SKJENIUS.COM, Cikarang.-- Manusia selain punya pikiran juga punya rasa. Namun terkadang keduanya
saling berlomba. Ada saat ketika pikiran menjadi pemenang mengalahkan rasa,
atau sebaliknya rasa yang menjadi juara.
Ketika pikiran menang dan menjadikan rasa
sebagai pihak yang kalah, tercipta kemenangan yang sarat ego. Ketika rasa yang
juara dan meninggalkan pikir, yang lahir adalah kemenangan semu.
Ketika hanya pikir atau hanya rasa yang menjadi
pemenang, maka selalu menyisakan kecewa bahkan duka nestapa. Untuk mencapai
kemenangan hakiki, pikir dan rasa harus sama-sama menjadi pemenang. Dan, pada
kenyataannya itu sulit. Namun kita harus berupaya menggapainya
Lalu, apa hubungan olah rasa dan Arena Bisnis
yang berbudaya dalam kompetisi pikir dan rasa ini?
Penghubungnya adalah kita, manusia, makhluk
sosial yang berwujud dan karena itu kita memasuki arena bisnis. Dalam hidupnya
manusia tidak dapat melepaskan diri dari dunia bisnis. Sepertinya bisnis
ditakdirkan untuk manusia.
Beragam bisnis kemudian direkayasa dan dicipta
oleh manusia, mulai dari bisnis hasil bumi, bisnis hasil tambang dan bisnis
hasil ternak. Manusia pun bergerak dalam bisnis hasil cipta, bisnis kapal dan
tongkang. Bahkan, sampai bisnis ruang angkasa
Bisnis menjadi sebuah konsep bagi manusia untuk
berkreasi. Namun terkadang ruang itu dijadikan sebagai sesuatu yang “mati”, “bebas” untuk diperlakukan tergantung
keinginan “tuannya”. Itulah yang kemudian menjadikan
banyak bisnis kehilangan makna.
Revitalisasi
Kearifan Luhur Nusantara
Mau disadari atau tidak, nampaknya kegiatan
bisnis di Tanah Air saat ini, sebagian besar telah tercerabut dari akar
budayanya. Sehingga menghilangkan konteksnya. Melenyapkan nilai sejarahnya dan
menggerus nilai pentingnya
Malalui paparan ini, kami mengajak Anda untuk
kembali ke arena Bisnis yang Berbudaya dan Beretika.
Masyarakat Nusantara perlu merevitalisasi
kearifan luhur Nusantara untuk menciptakan sebuah arena Bisnis tanpa
mengkapitalisasi. Kita perlu membangun sebuah jenis Bisnis yang murni
berdasarkan relasi manusiawi. Bisnis yang memberi ruang pada kedewasaan,
kemandirian, dan kehidupan bersama dengan adil
Pendek kata, masyarakat Nusantara harusnya bisa
membangun sebuah bisnis dengan berpondasi pada nilai-nilai. Kita perlu
mengembangkan bisnis yang bisa dijalankan tanpa manipulasi sebagai proses hidup
bersama dengan penuh makna.
Sebagai Muslim kita perlu menyadari bahwa
Bisnis menurut islam adalah suatu yang dihalalkan, bahkan sangat dianjurkan
oleh islam. Bisnis bahkan dilakukan oleh Nabi dan Sahabat Rasulullah SAW di
zaman dahulu.
Sangat banyak sekali sahabat-sahabat Nabi yang
merupakan para pebisnis. Beliau-beliau pun dapat memberikan manfaat yang sangat besar dari
hartanya tersebut bagi perkembangan Islam
Islam memperbolehkan bisnis asalkan bukan hal
hal yang mengarah kepada riba, judi, penyediaan produk atau layanan yang
mengandung barang-barang haram. Untuk itu di balik bisnis menurut islam yang
dihalalkan ini, tentu saja ada etika dan manfaat yang dapat diperoleh. Menurut
Islam Etika dan Manfaat merupakan bagian tak terpisahkan dari Bisnis.
Orientasi bisnis menurut Islam sejatinya tidak
bertentangan dengan Tujuan Penciptaan Manusia, Proses Penciptaan Manusia ,
Hakikat Penciptaan Manusia dan Konsep Manusia dalam Islam sesuai dengan fungsinya.
Pelaksanaan bisnis menurut Islam adalah dengan
etika harus berdasarkan kepada suka sama suka. Untuk itu membuka diri dan
menjelaskan produk atau jasa dalam bisnis dengan apa adanya adalah hal yang
harus dilakukan. Melakukan penipuan tentu saja dapat merugikan di kemudian hari
baik penjual ataupun pembeli.
Untuk itu Allah mengingatkan dalam Al-Quran, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan
jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan
janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu”. (QS An Nisa : 29).
Jadi, Bisnis yang kita lakukan tentu saja tidak
boleh membuat seseorang menjadi tertindas. Bisnis yang kita lakukan haruslah
dapat memberikan manfaat yang besar bukan malah menjadikan orang semakin miskin
dan lemah atau berdampak buruk kepada sekitar kita
Karena itulah bisnis islam juga berorientasi
pada:
- Keuntungan Penjual dan Pembeli
- Kemasalahatan Masyarakat
- Memberdayakan Masyarakat
- Hilangnya pengangguran dan bertambahnya lahan pekerjaan
- Mengoptimalkan sumber daya alam yang telah Allah berikan.
Dengan demikian, Orientasi Bisnis dalam Islam
sangat bertolak belakang dengan orientasi bisnis para Kapitalis. Sistem ekonomi
kapitalis merupakan sebuah sistem ekonomi yang memberikan kebebasan yang
seluas-luasnya kepada pemilik modal dalam kegiatan perekonomian.
Pemilik modal juga mempunyai kebebasan dalam
memanfaatkan dan mengeksploitasi sumber daya yang tersedia dalam memenuhi
kebutuhan dan kepentingannya.
Kapitalisme tak mengenal etika, bahkan berlaku
hukum mengeksploitasi tenaga kerja, baik laki-laki, perempuan dan anak-anak
dengan upah yang rendah. Prinsip dari sistem ekonomi kapitalisme adalah
bagaimana cara individu memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya.
Sehingga melalui prinsip tersebut, pemerintah
tidak dapat melakukan intervensi pasar untuk memperoleh keuntungan Bersama. Karena
itu sistem ekonomi kapitalis sangat bertentangan dengan ajaran Islam dan Budaya
Nusantara.
Islam mengajarkan manusia harus dapat
memberikan rahmat bagi semesta alam, bukan justru merusaknya atau membuatnya
menjadi lemah
Maka,
Islam sangat tepat dijadikan rujukan dalam berbisnis. Pasalnya
menjunjung tinggi prinsip kejujuran, keadilan, kehalalan dan tanggungjawab yang
betumpu pada nilai-nilai tauhid. (AZ)
Silakan Kunjungi, Subscribe, Like dan Share
Link SKJENIUS.COM:
1. Bagian
Tak Terpisahkan Dari Arena Bisnis : https://youtu.be/jKwi1rcZ2gw
2. TIDAK
ADA ALASAN MENGANGGUR !!! Kembangkan Potensi Diri : https://youtu.be/AB2d_YOnywE
3. PELIHARA
NAFSU SEBAGAI KEKUATAN PERUBAHAN : https://youtu.be/6AlYex1iK-Y