SKJENIUS.COM, Jakarta.- Satu hal yang sangat
merisaukan kita, Berkembangnya Sikap Individualisme di tengah Masyarakat yang
di Pengaruhi oleh Globalisasi dan Sistem Ekonomi Kapitalis.
Jiwa
individualis yang mementingkan kehidupanya sendiri dan tidak peduli dengan
kehidupan orang lain, sangatlah bertentangan dengan budaya Nusantara yang
berazaskan gotong royong
Apalagi saat ini, kesenjangan sosial semakin
lebar, seiring dengan meningkatnya angka pengangguran dan kemiskinan
Dampak
negatif sikap Individualis ini melahirkan manusia egois yang kehilangan rasa solidaritas
terhadap sesame. Padahal, kita tidak boleh melupakan kodrat
kita sebagai makhluk sosial. Mungkin sewaktu-waktu kita pasti membutuhkan
bantuan orang lain.
Karena itulah Sikap Individualis Harus
Dihindari, terutama di Tempat Kerja dan Arena Bisnis.
Orang
yang individualis membatasi interaksi dengan orang-orang sekitarnya. Karena itu,
mereka cenderung kurang kooperatif dan ingin menangani segala sesuatu seorang
diri.
Karuan saja, sikap individulis
akan menebarkan energi negatif kepada orang sekitarnya. Sehingga menyebabkan rendahnya etos kerja dan semangat binsis. Padahal memiliki etos
kerja dan semangat binis sangat penting untuk meraih sukses dalam hidup.
Etos kerja merupakan sikap kerja yang berlandaskan
nilai-nilai luhur, yang berorientasi pada hasil terbaik, bersemangat tinggi,
optimistis, kreatif, inovatif, serta produktif.
Dalam kaitan inilah Penting dan Perlunya kita Menggali
Sejarah Nusantara. Pasalnya dengan Menggali
sejarah berarti kita bisa menggali nilai-nilai luhur dan Khazanah yang terpendam
dalam Kisah Kejayaan Nusantara masa lampau
Maka dengan mempelajari sejarah, kita bisa
menimba Ilmu Rahasia yang tenggelam dalam riwayat Kedigjayaan Nenek Moyang kita
di masa lampau.
Marilah
sejenak kita kaji bersama, “Bagaimana cara Leluhur Nusantara Berpikir, sehingga
Beliau-beliau itu bisa membangun Kebudayaan dan Peradaban yang Adhi Luhung?”
Kepentingan Bersama Lebih Utama daripada
kepentingan perorangan. Hal inilah yang
menjadi INTI dari cara berpikir Nenek Moyang kita, Bangsa Melayu Nusantara. Karena
itu, kebutuhan banyak orang lebih penting daripada kebutuhan segelintir orang.
Maka,
keperluan masyarakat lebih diutamakan dibanding kepentingan kaum. Namun tetap
menghormati hak pribadi
Nampaknya para Leluhur kita, terutama pada
Masyarakat Minangkabau di zaman silam, sangat
memahami betul apa artinya hidup bermasyarakat
secara Komunal, yakni Kebersamaan. Tanpa harus menggugurkan hak
milik perseorangan dan kaum.
Menurut Guru Mursyid kita, Allahyarham Syaikh
Rifa’i Datuk Indo Maradjo, para Leluhur Orang Minangkabau itu, Berpikir
Bersama, Merumuskan Kebijakan Sosial, Melakukan Tindakan Kolektif, dan Mencapai
Kebaikan Bersama.
Karena itulah mereka senantiasa
Bermusyawarah dan Bergotong royong dalam
mencapai tujuan bersama. Kehidupan komunal sangat erat di kalangan masyarakat
Minangkabau. Mereka hidup seiya sekata dalam segala hal.
“Dari
Pikiran Bersama itulah terwujud Adat dan Budaya yang berlandaskan Budi Luhur
dan terbentuk Peradaban Tinggi yang berazaskan Musyawarah dan Gotong-royong,” kata
Syaikh Rifa’i
Syaikh Rifa’i Dt. Indo Marajo yang dikenal juga
dengan sebutan Syaikh Inyiak Cubadak itu menjelaskan bahwa hubungan individu
sesama anggota masyarakat suatu kampung dan nagari sangat dekat.
Mereka bagaikan suatu kesatuan yang
tunggal-bulat. Jarak antara “kau dan aku” menjadi hampir tidak ada. Istilah
“awak” menggambarkan kedekatan ini.
Serumit
apa pun urusan, jika diselesaikan dengan cara “awak samo awak”, semuanya akan
menjadi mudah
Demikian pula kedekatan hubungan dalam kelompok
suku atau kaum sangatlah erat. Kedekatan ini, menjadikan harga diri individu,
melebur menjadi satu menjadi harga diri kelompok suku. Kalau seseorang anggota
suku diremehkan dalam pergaulan, seluruh anggota suku merasa tersinggung.
Cara
Berpikir Kolektif
Cara
berpikir sebagaimana dikembangkan di Era Nusantara itulah yang kemudian kita
sebut sebagai Pola Pikir Kolektif
Jadi sangat jauh BERBEDA dengan cara Berpikir
orang-orang Barat yang Individualis dan Materialistis.
Seperti
yang sedikit banyaknya telah MENGUBAH pola pikir orang Indonesia di era
millenial ini. Pasalnya, Pola Pikir Barat itu telah Merasuk ke
dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
Lihatlah
betapa semakin individualisnya sebagian dari kita saat ini. Mereka lebih
menekankan pilihan pribadi dan kebebasan masing-masing
Maka, dalam menghadapi masalah pun pola
pikirnya berbeda. Pasalnya, Orang Barat
cenderung melawan masalah, sedangkan masyarakat Nusantara lebih suka mencari
SOLUSI terbaik
Oleh karena itu, kita harus mengembangkan Pola
Berpikir Kolektif untuk mengatasi Cengkeraman Pola Hidup Individualis ini.
Kita
harus menyadari bahwa DNA orang Indonesia adalah masyarakat yang berpikir
kolektif dalam mengatasi masalah demi mencapai tujuan Bersama.
Sebagaimana hal tersebut ditegaskan dalam Pancasila dan UUD 45. Yaitu Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Karena itulah kita
harus berpikir, berkehendak dan bertingkah laku secara kolektif.
Pentingnya
Kebersamaan Dalam Bermasyarakat
Kita
berbuat sesuatu karena didasari oleh pemahaman bahwa manusia tidak mungkin
hidup sendirian atau tidak dapat berbuat sesuatu dari dirinya sendiri
Manusia membutuhkan orang lain untuk
membuktikan bahwa ia ada. Dalam hal ini
kebersamaan merupakan tekanan utama sebagai suatu kaum, suku dan masyarakat
Maka, yang dipentingkan dalam kaum, suku,
kelompok atau masyarakat adalah kepentingan, kerukunan, kebersamaan dan
keharmonisan dalam suku atau kelompok tersebut.
Kebersamaan menjadi penting adanya
karena kita bisa saling membantu, memahami dan mengerjakan sesuatu yang di
lakukan bersama. Ringan sama dijinjing berat sama dipikul.
Dengan adanya kebersamaan kita bisa saling bertukar pemikiran,
pengalaman hidup, dan pendapat yang nantinya berguna saat kita mengatasi suatu
masalah.
Karena itulah, penting untuk menjaga
kebersaman dalam hidup bermasyarakat agar tercipta lingkungan sosial yang baik
dan menyenangkan
Akhirul kalam, mari kita akhiri paparan ini
dengan merenungkan makna yang terkandung dalam sebuah Pepatah Arab yang artinya,
“Orang-orang
terdahulu sudah menanam, lalu kita memetik hasilnya. Apakah kita sudah mampu
menanam, untuk bisa dipetik hasilnya oleh generasi mendatang⁉️”
Wa Billahi Taufiq wal Hidayah.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.
Silakan Kunjungi, Subscribe, Like dan Share
Link SKJENIUS.COM :
1. BERPIKIR
KOLEKTIF : Untuk Kemajuan Bersama: https://youtu.be/UI5huALEnuY
2. TIDAK
ADA ALASAN MENGANGGUR !!! Kembangkan Potensi Diri : https://youtu.be/AB2d_YOnywE
3. PELIHARA
NAFSU SEBAGAI KEKUATAN PERUBAHAN : https://youtu.be/6AlYex1iK-Y