Oleh : Kyai Ageng Khalifatullah Malikaz Zaman
Satu hal yang merisaukan dalam beberapa tahun belakangan
ini adalah terjadinya krisis spiritual di tengah masyarakat. Krisis spiritual
ini, bukan hanya terjadi pada sebagian kalangan lapisan masyarakat saja. Tapi
bahkan hampir melingkupi seluruh elemen bangsa.
Manusia Indonesia di Zaman Now ini semakin
tidak Menghiraukan Lagi Unsur Spiritual, Kebatinan atau Keruhanian dalam
kehidupan. Nampaknya Mereka tidak menyadari akan Pentingnya Spiritualitas Dalam
Hidup.
Padahal unsur kebatinan atau spiritual itu
hadir pada semua aspek kehidupan manusia, termasuk di dalam aktivitas manusia
dalam mempelajari dan menekuni berbagai jenis keilmuan.
Maka,
menjadi kesalahan FATAL, ketika manusia mengabaikan dimensi spiritual dalam
kehidupan. Pasalnya, Basic
Skill (skil dasar) yang perlu dimiliki setiap Insan Indonesia hari ini seharusnya
adalah Spiritual Skill. Kenapa?
Karena setiap
insan terlahir dengan naluriah spritualitas dalam dirinya. Namun,
Naluriah spritual itu tidak akan maksimal bersumbangsih terhadap diri seseorang
jika tidak mampu diolah menjadi sebuah kekuatan dan kemampuan dasar (Kompetensi)
dalam meraih sukses, sejahtera dan bahagia.
Unsur spiritual itu adalah apa yang biasa
disebut sebagai penjiwaan atau PENGHAYATAN, yang sangat erat hubungannya dengan
Rasa, Intuisi dan Sugesti.
Karena itulah, Nenek Moyang kita, para Leluhur Nusantara sangat mengutamakan OLAH RASA sebagai dasar dalam membangun Budaya dan Peradaban.
Dengan rasa, orang akan lebih peka terhadap
sesuatu yang bersifat gaib, dapat mendeteksi / merasakan keberadaan sesuatu
yang gaib, dapat mendeteksi apakah sakit yang diderita oleh seseorang merupakan
sakit biasa ataukah karena adanya pengaruh negative dari sesosok mahluk halus (
disantet, guna-guna, dan black magic lainnya).
Dalam tradisi budaya Nusantara, resep sukses
itu terangkum dalam istilah TRIDAYA CHAKTI, yakni Tiga Daya yang mampu (kuasa)
berbuat sesuatu yang melampaui kodrat alam, yakni RASA, CIPTA dan KARSA.
Tiga komponen kata tersebut merupakan satu
kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan (tritunggal). Pada masa lalu,
kemampuan manusia dalam mengolah cipta, rasa, karsa telah menghasilkan
peradaban menakjubkan.
RASA, Cipta dan karsa adalah kekuatan manusia
dalam mempertahankan kelangsungan hidup. Inilah yang melahirkan peradaban ADHI LUHUNG
di masa lalu.
Maka, sangatlah disayangkan, jika manusia
Indonesia di era Millenial ini, justru KURANG memperhatikan OLAH RASA. Padahal,
orang-orang tua dahulu sering mengatakan bahwa apabila kita bisa menyelaraskan
3 komponen kata di atas, maka kita akan bisa merasakan nikmatnya kehidupan
(kemakmuran dan kebahagiaan).
Manusia
selain punya akal juga punya rasa
Rasa ialah kekuatan halus yang menyelimuti dan
menyatu dari setiap gambar-gambar atau citraan terhadap segala sesuatu yang
membawa kesan, hal ini sering kita namakan PERASAAN (emosi pribadi).
Manusia selain punya akal juga punya rasa,
namun terkadang keduanya saling berlomba. Ada saat ketika akal menjadi pemenang
mengalahkan rasa, atau sebaliknya rasa yang menjadi juara.
Ketika akal menang
dan menjadikan rasa sebagai pihak yang kalah, tercipta kemenangan yang sarat
ego. Ketika rasa yang juara dan meninggalkan akal, yang lahir adalah
kemenangan semu.
Untuk mencapai kemenangan hakiki, akal
dan rasa harus bisa BERSINERGI, sehingga sama-sama menjadi pemenang. Sebagaimana
hal tersebut dijelaskan dalam Al-Qur'an Surat Al-Imran ayat 191, “Yaitu orang-orang yang mengingat Allah
sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi.” (QS. Al-Imran :191)
Jadi, agar memiliki ketajaman nalar (daya
cipta/intelegensia otak), nalar harus bisa menangkap makna yang terbersit
dalam nurani. Jangan sampai lengah, sebab proses untuk menangkap
getaran nurani hanya berlangsung secepat kilat.
Nah, untuk menangkap Getaran Nurani itulah
diperlukan OLAH RASA. Olah Rasa adalah dasar dari kebatinan dan kekuatan
batin atau spiritual.
Kekuatan yang dibangun dalam olah rasa adalah kekuatan rasa (bersifat gaib), dihasilkan oleh Lathifah dalam tubuh di bagian dada. Maka, mengolah rasa adalah inti dari kemenangan dan kekuatan, karena hakekat setiap pencapaian tujuan selalu diawali dengan olah rasa.
Reaksi dari olah rasa inilah yang akhirnya menjadikan diri kita, pemenang atau pecundang. Baik dihadapan Allah, atau dihadapan masyarakat, ataupun dihadapan diri sendiri. “Ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (QS. Al-Baqarah : 152).
Weruh
Sadurunge Winara
Jadi seni dalam menjalani hidup adalah
kepiawaiandalam mengolah rasa. Mengubah sesuatu yang bersifat negative, menjadi
sesuatu yang positif. Hidup adalah seni mengolah rasa miskin menjadi kaya. Rasa
malas menjadi aktifitas. Rasa ingin tahu menjadi ilmu. Rasa marah menjadi
ramah. Rasa terinjak menjadi pijakan.
Tanpa olah rasa, manis akan berujung pahit.
Duka akan berakhir di ujung tangisan..Amarah berakhir dengan cacian. Bahagiapun
bisa berakhir dengan keterlenaan,…bahkan keterpurukan.
Jadi, dalam mengatasi berbagai problema
kehidupan ini, dipertaruhkan kemampuan kita dalam mengolah rasa. Tak obahnya
bagai Meramu secangkir kopi. Mampukah kita menghidangkan kopi yang nikmat dari
perpaduan Pahitnya Kopi, Manis Gula dan Tawarnya air.
Jika Kita mampu memadukan rasa pahit, tawar dan
manis menjadi minuman yang nikmat, maka dalam menjalai hidup ini Kita sudah
mencapai level S 4 , Susah, Senang, Sama, Saja.
Olah Rasa meningkatkan Daya Intuitif dan
Firasat seseorang, sehingga dia merasakan sesuatu yang akan terjadi. Dalam
budaya Jawa disebut Weruh Sadurunge Winara.
Karena itulah, Olah Rasa adalah proses yang
harus dilalui seseorang agar dia mampu menerima pengetahuan spiritual tingkat
tinggi yang mengantarkan seseorang menjadi linuwih dan waskito.
Kepekaan rasa itu
juga yang nantinya akan berlanjut dengan ide-ide / ilham yang mengalir di dalam
pikiran yang mengantarkan pada pengetahuan yang lebih tinggi
Olah rasa adalah ilmu untuk mengontrol emosi,
perasaan dan hati agar bisa merasa bahagia dalam kondisi yang sulit, sakit,
miskin, terancam dan dalam menghadapi kepedihan hidup, serta menghadapi krisis
multi dimensi saat ini.
OLAH RASA, juga merupakan satu cara yang dapat membangun
karakter. Tidak hanya logika, naluri akan keindahan pun memiliki peran penting
dalam membentuk karakter manusia.
Karena itulah mereka yang KURANG OLAH RASA ini
disebut juga sebagai orang yang TIDAK punya rasa dan tingkat KECERDASAN
EMOSIONAL rendah. Mereka tidak tahu Rasa Periksa. Mereka pun tidak punya
TENGGANG RASA.
Sehingga mereka yang tidak punya RASA (DZAUQ)
ini sulit diajak bicara. Pasalnya, jika
seseorang tidak punya rasa, maka perhatiannya hanya terfokus pada manusia,
bukan perasaan manusia.
Padahal Rasa itu yang menjadi KEUNGGULAN dan
perbedaan orang yang Berbudaya Nusantara. RASA inilah yang menjadikan manusia
tidak kehilangan kemanusiaannya. Maka, kehilangan rasa adalah kondisi yang
membahayakan tatanan hidup manusia. Apalagi yang HILANG itu RASA MALU.
“Rasa malu adalah bagian dari iman.” (HR.
Bukhari dan Muslim).
Menurut penuturan Imam Ibnul Qoyyim, alhaya’
(rasa malu) diambil dari kata-kata hayat (kehidupan). Sehingga kekuatan
rasa malu itu berbanding lurus dengan sehat atau tidaknya hati seseorang.
Berkurangnya rasa malu merupakan pertanda dari matinya hati dan jiwa orang
tersebut.
Jadi, matinya rasa dalam diri manusia, berarti
matinya kemanusiaan. Maka, Belajarlah peka terhadap bisikan-bisikan nurani.
Jangan mengabaikan bisikan hati dan firasat, tetapi juga jangan mengada-ada,
jangan melebih-lebihkan, jangan ber-ilusi.
Inilah arti penting dan perlunya OLAH RASA
dilakukan setiap umat yang hadir dalam mengisi dan membangun peradaban bumi,
terutama di Bumi Nusantara ini.
Jika ingin SUKSES, maka Anda harus Mampu
Mengolah Rasa dengan baik dan Benar Sesuai Tuntunan Qur’an, Sunnah dan Budaya
Nusantara.
Demikianlah uraian singkat yang dapat saya
sampaikan dalam upaya berbagi ilmu dan pengalaman tentang OLAH RASA : KEMBANGKAN
Sumber Daya Manusia Indonesia.
Semoga para Ikhwan dan Akhwat
Majelis Dakwah Al-Hikmah dan para pemirsa yang menonton dan menyimak video ini
dapat merasakan Nikmat dan manfaat Olah Rasa dalam mengembangkan SDM nya
masing-masing.
Mari kita kembangkan potensi
diri untuk meningkatkan kualitas hidup kita. Sehingga bisa meningkat pula
kualitas jihad kita di Jalan Allah. Terutama dalam membela kaum tertindas,
menyantuni yatim dan dhu’afa serta memberdayakan masyarakat yang termarjinalkan
dalam pembanguan.
Semoga Allah Melindungi kita
semua dan senantiasa memberi Petunjuk dan bimbingan dalam upaya kita mengabdi
kepada-Nya.
Wa a'fu Minkum
Wassalamu'alaikum. Wr.Wb.
Silakan Kunjungi, Subscribe, Like dan Share
Link Spiritual Solution :
OLAH RASA Kembangkan
SDM Bangsa : https://youtu.be/Q0V3VdmZL5s
MANFAAT ENERGI
ILAHIYAH Untuk Hidup Yang Lebih Indah : https://youtu.be/FK_w6VN9LB8
PELIHARA
NAFSU SEBAGAI KEKUATAN PERUBAHAN : https://youtu.be/6AlYex1iK-Y
Bagaimana Menyelesaikan Masalah Dengan Cara
Spiritual???: https://youtu.be/KcPmAjjHf2U
Shalat Menyehatkan : https://youtu.be/rXHFyrVyU4s
Zikir Menyembuhkan : https://youtu.be/S4DzPPW2kno
Ruqyah dengan Wirid Al Hasyr: https://youtu.be/Pw7Qq3MGDFY
SOLUSI SPIRITUAL Atasi Krisis Keuangan : https://youtu.be/_fMmveHRQ8o
https://vt.tiktok.com/ZSJFgsocp/
Contact Person :
Suhu Rosi Wibawa, S.Kom – 089505793048
Nita Yuliana – 085210132089