SKJENIUS.COM,
Cikarang.-- Tak Bisa Dipungkiri, Banyak
Stigma Disematkan kepada Generasi Millenial. Mereka sering dicap
sebagai generasi "Mager"
yang Malas Gerak, disebut juga kaum rebahan
dan Manja. Mereka dinilai menyukai gaya hidup yang serba instan, tidak loyal,
dan gemar pindah-pindah kerja.
Demikian
disampaikan oleh CEO GEN-Z Entertainment, Rully Zamri, SH menjawab pertanyaan
wartawan seputar "Degradasi Moral Generasi Milenial, Salah Siapa?" di
Pendopo Al-Hikmah, Cikarang, Jawa Barat, seusai menghadiri peluncuran konten "NGOPI
YUK...!" Ngobrol Spiritual Bareng Aby.
"Inilah yang menjadi keluhan masyarakat akhir-akhir ini. Pasalnya generasi muda bangsa yang seharusnya menjadi tokoh dibalik kemajuan bangsa justru dinilai mengesampingkan etika dan moral dalam perilaku kesehariannya," imbuhnya.
Akan
tetapi, Rully, mengingatkan, stigma itu belum tentu benar. Karena itu, perlu diadakan survey yang terutkur untuk membuktikan keadaan yang sebenarnya. Maka,
jangan buru-buru berpandangan negatif pada komunitas millenial. Jadi, kurang
fair, jika kita hanya menyalahkan millenial tanpa menyelidiki dan memahami akar
masalahnya.
Namun,
CEO GEN-Z Entertainment itu mengakui banyak diantara generasi millenial dan
generasi z pada saat ini terpapar oleh
masifnya perkembangan teknologi, terutama teknologi digital. "Digitalisasi di berbagai bidang ini
juga membuka jendela peluang dan ancaman yang sama. Ia akan menjadi
ancaman jika hanya pasif menjadi pengguna dan pasar, namun akan menjadi
berkah jika kita mampu menaklukkannya menjadi pemain yang menentukan
lanskap ekonomi berbasis digital dunia," papar Rully.
Karena
itu, katanya lebih lanjut, kita harus bersyukur dan mengakui bahwa tak sedikit
pula bermunculan anak muda kreatif yang mampu menaklukkan gelombang
digitalisasi dengan cara mencari berkah di dalamnya.
"Alhamdulillah, internet, media sosial, situs web, layanan multimedia aplikasi ponsel, telah dijadikan ladang baru buat berkarya, dan pasar yang menjanjikan bagi kreativitas. Banyak kreator konten dan pengembang aplikasi Indonesia yang mendunia, mendapatkan apresiasi baik material maupun non-material," tuturnya.
Membangun Karakter Millenial Berbasis
Spiritual
Berkaca
dari permasalahan yang terjadi, kata Rully, maka sudah seharusnya dilakukan
upaya-upaya yang dapat membangun karakter bangsa khususnya dalam hal adat-istiadat, budaya dan budi pekerti di
Era Milenial ini.
"Ada baiknya untuk memahami dan menyadari
bahwa jangan-jangan berbagai stigma negatif yang timbul di kalangan milenial
dan generasi z ini akibat Salah Asuhan selama ini. Maka, jangan salahkan
millenial, tapi cara mendidik kita yang perlu diperbaiki," tandas Rully.
Maka, menurut
Rully, sangatlah tidak adil, jika para millenial dan generasi z disalahkan
karena gaya hidup mereka. Pasalnya orang menganggap generasi millenial
mempunyai banyak perilaku buruk. Salah satu nya adalah gaya hidup mereka yang
serba instan dan lunturnya sopan santun.
"Tapi pernahkah kita bertanya
kepada mereka dan kepada diri kita sendiri, sudah pernahkah kita mendidik
mereka dengan adat istiadat dan sopan santun. Adakah pendidikan tentang
spiritualitas diajarkan di sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Sudahkah para
orang tua membimbing dan memberi teladan kepada anak-anaknya agar mempunyai
budi pekerti luhur?" Tandas CEO GEN-Z Entertainment itu.
Maka,
kata Rully, solusi terbaik untuk mengatasi Degradasi Moral Generasi Milenial
dan Generasi Z adalah dengan Mengembangkan Sistem Pendidikan yang dapat
Membangun Karakter Millenial Berbasiskan Budaya Spiritual Nusantara.
"Pendidikan berbasis spiritual adalah sistem pendidikan yang menekankan pada pengembangan kemampuan ruhaniyah atau spiritual dengan standar spiritual yang dapat dirasakan oleh peserta didik untuk meraih kesempurnaan hidup menurut ukuran Budaya Nusantara yang Bernuansa Islam," pungkas CEO GEN-Z Entertainment itu. (az).