SKJENIUS.COM, Cikarang.-- Tak bisa kita pungkiri, Pandemi Covid-19 telah memberikan dampak yang luar biasa terhadap seluruh aspek kehidupan rakyat Indonesia. Wabah yang semula mengancam kesehatan itu pun bagai badai yang sempurna (perfect storm), telah memporak-poranda perekonomian hingga terperosok ke jurang resesi. Bahkan prahara corona ini telah meluas pada aspek keagamaan, pangan, pendidikan dan politik.
Parahnya, sampai
hari ini belum munculnya tanda-tanda penurunan kasus Covid-19. Hal ini tentu
saja membuat kita harus terus meminta pertolongan Allah SWT agar selalu diberi
kesabaran. Kita yakin pasti Allah SWT selalu memberikan hikmah dari sebuah
kejadian. Artinya kita tetap harus terus ber-husnudzon kepada Allah SWT dan
menjadikan peristiwa ini momentum untuk meng-upgrade kehidupan kita agar
lebih baik.
Marilah
meng-upgrade pola kehidupan kita dimasa Pandemi Covid-19 sebagai ikhtiar dan
sikap tunduk kita pada Allah. Menurut saya, inilah cara Allah SWT meminta
kita untuk meng-upgrade tata kehidupan kita, agar kita makin bersyukur atas
nikmat alam, nikmat kesehatan, nikmat ilmu dan nikmat iman.
Melalui tulisan
ringkas ini saya ingin berbagi pengalaman bagaimana menghadapi situasi dan
kondisi yang sulit dalam kehidupan. Jika saya bisa melihat kembali masa-masa
itu sekarang, saya tahu persis dan saya percaya 100% yang membuat saya mampu
bertahan adalah karena Mindset atau Cara Berpikir yang saya miliki karena
dibimbing dan ditempa selama bertahun-tahun sebelumnya oleh Guru Mursyid kita,
Allahyarham Syaikh Inyiak Cubadak.
Sementara itu,
saya melihat cukup banyak orang yang mengalami masalah besar dalam
hidupnya, tidak berhasil bangkit dan terus terpuruk dalam hidupnya karena tidak
memiliki mindset atau cara berpikir yang mendukung dirinya.
Pikiran itu
menembus waktu. Pikiran itu melampaui jarak. Pikiran bisa mempengaruhi fisik
dan kesehatan seseorang. Maka, kita mesti berhati-hati dalam berpikir. Karena
pikiran adalah do'a, sekaligus energi. Jadi, siapapun manusia di dunia ini bisa
berubah sesuai apa yang dipikirkannya.
Jangankan
manusia, bendapun bisa menyerap energi. Masaru Emoto, seorang peneliti Jepang,
telah berhasil membuktikan bahwa energi positif tidak hanya mempengaruhi
manusia, tetapi juga benda-benda di lingkungan sekitar kita, contohnya air.
Dalam sebuah hadist dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku.”
Hadist ini
menegaskan kepada kita untuk selalu berfikir positif. Yakin bisa. Pasti
mampu. Tak boleh mengeluh dengan beban pekerjaan dan harus mampu mengelola
pikiran-pikiran negatif agar tidak menjadi karakter kita.
Law of Attraction : Energi Positif akan Menarik Hal yang Positif
Setiap orang pada
dasarnya memiliki energi positif dan energi negatif. Maka, pada saat kita
menjalani hari kita, kita mengirimkan energi ke dunia dan kita menerima energi
kembali. Pikiran, tubuh, dan jiwa kita terdiri dari energi, yang bergetar
dan dirasakan oleh orang lain. Getaran itu bergema di dalam diri kita dan
memengaruhi simpanan energi kita sendiri.
Inilah mengapa
kita mungkin merasa hangat, tenang, dan ceria di hadapan beberapa orang, tetapi
dingin, cemas, dan biru di sekitar orang lain. Kita membawa energi itu
bersama kita, dan itu berdampak tidak hanya pada kita tetapi semua orang lain
yang berhubungan dengan kita.
Energi yang baik
dapat meningkatkan perasaan nyaman kita, menghilangkan perasaan cemas, dan
meningkatkan komunikasi. Energi buruk menghasilkan perasaan perselisihan,
konflik dan kebencian. Tujuan kita seharusnya menarik energi baik dan
menolak yang buruk.
Energi itu
menular, karena itulah kita perlu mengelilingi diri kita dengan orang-orang
yang memiliki energi positif dan memancarkannya setiap saat. Maka, perlu kita
perhatikan selamanya apa dan siapa yang kita izinkan masuk ke ruangan kita.
Jadi, perlu kita sadari bahwa segala sesuatu di sekitar kita terbuat dari energi. Seiring dengan itu, perlu juga kita fahami bahwa di alam semesta ini berlaku hukum tarik menarik (Law of Attraction). Energi Positif akan Menarik Hal yang Positif. Maka, untuk menarik hal-hal positif dalam hidup kita, mulailah dengan mengeluarkan energi positif.
Menjadi Gardu Penyalur Energi Ilahiyah
Dalam hidup
manusia, Allah adalah Pemilik Sumber Energi. Energi-Nya tidak memiliki stigma
dan prasangka buruk terhadap manusia. Semua akan dibagikan sebanyak yang
manusia inginkan dan semampu mereka menampungnya. Tidak ada anak emas, tidak
ada anak tiri.
Para Nabi
mendapat curahan energi lebih banyak, karena Beliau mampu menerimanya.
Seandainya seluruh makhluk di alam semesta ini berlomba mendapatkan curahan
energi-Nya, energi itu tidak akan pernah habis, bahkan akan bertambah dan tidak
akan berkurang sedikitpun. Allah akan terus-menerus menjadi sumber energi yang
melimpah tiada henti. Menyalurkan berbagai bentuk energi
positif kepada hamba-Nya. Hanya saja, sumber energi positif itu disalurkan
melalui proses, yakni melalui “gardu-gardu perantara” (di dalamnya
adalah manusia seperti kita) agar kita sanggup menerimanya.
Bagi manusia yang ingin mendapatkan limpahan energi positif dari Allah , jadilah “gardu perantara”. Caranya, jika limpahan energi itu ada pada diri kita, berbagi dan sebarkanlah energi itu kepada orang lain dan alam semesta. Semakin besar gardu energi yang kita siapkan, maka akan semakin besar pula energi yang bisa kita salurkan.
Dan, semakin
besar gardu energi kita, maka akan semakin dekat pula kita kepada Yang Maha
Pencipta. Begitulah, energi positif itu sesungguhnya tidak akan pernah hilang,
tapi ia selalu bermetamorfosis ke dalam bentuk-bentuk energi positif lainnya.
Sebagaimana Janji
Allah pada orang yang bersyukur ialah Dia akan menambahkan nikmat-Nya pada
mereka yang bersyukur, “Dan (ingatlah
juga), tatkala Rabbmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti
Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku),
maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” (QS. Ibrahim: 7).
Energi
dan segala kebaikan yang
ada pada kita itu sering disebut ‘rahmat'. “Dan
tidaklah Aku mengutusmu, wahai Muhammad (dan tentu saja juga kita sebagai
penebar kebaikan dari Rasulullah),
kecuali sebagai rahmat bagi seluruh
sekalian alam semesta.” (QS. Al-Anbiya’: 107).
7 Langkah Menarik Energi Positif Untuk
Meningkatkan Kualitas Hidup Kita
Hidup yang
berkualitas harus dengan motivasi, sementara motivasi membutuhkan energi
positif, agar bisa menjaga stabilitas motivasi terus berada dipuncaknya.
Sehingga dibutuhkan bahan bakar yang cukup untuk bisa bertahan dalam proses
Meningkatkan Kualitas Hidup Kita.
Seseorang yang
selalu berpikiran positif akan mendapatkan energy positif yang bebas dari
ruang, waktu dan pengaruh lingkungannya. Tidak hanya itu dalam diri yang
berpikiran positif dan juga akan diliputi oleh energy spiritual, karena dirinya
mampu membiasakan diri prilaku positif dengan cara ber husnudzon. Sehingga
apabila ia menginginkan atau mengharapkan sesuatu, maka keinginan atau
harapannya itu akan segera terwujud.
Ketika seseorang
dalam titik terendah, dorongan semangat dan motivasi sangat dibutuhkan.
Dorongan semangat dan motivasi bisa datang dari orang terdekat seperi keluarga
atau sahabat. Selain orang terdekat, memunculkan semangat juga perlu dipacu
oleh diri sendiri. Akan menjadi percuma jika orang lain telah memberikan
motivasi lebih agar bangkit, namun kamu tak memiliki keinginan maju.
Berikut ini Tujuh Langkah yang perlu kita lakukan agar kita senantiasa dapat menyerap energi-energi positif baru untuk mencapai kesuksesan; menciptakan sesuatu yang baru serta mengubah sesuatu yang kurang begitu penting menjadi amat penting dalam kehidupan kita-mengubah energi negatif dalam diri kita menjadi energi positif!
- Zikir, Mendekatkan Dir Pada Sumber Energi Positif,,
- Bersyukur atas segala Rahmat dan Karunia-Nya,
- Qiyamul Lail pada Sepertiga Malam Menjemput Energi Positif ke Hadhirat Allah,
- Berpikir Positif,
- Berprasangka Baik (Hushnudz Dzon),
- Ruqyah Rumah dan Ruangan Kantor dengan Membaca Al-Qur'an pada Pagi dan Sore,
- Sedekah, Menebar Rahmat.
Akhirul Kalam,
sadarilah bahwa tak ada kesuksesan yang akan menghampiri kehidupan kita, tanpa
kita sendiri yang berusaha menciptakannya.
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah
keadaan suatu kaum, sebelum kaum itu sendiri mengubah apa yang ada pada diri
mereka". (QS. Ar-Ra’d :
11)
Karena itu,
segera praktikkan pelajaran berharga yang Anda dapatkan dari buku ini. Niscaya,
Anda akan mampu melesatkan mukjizat untuk meraih segala hal yang Anda inginkan.
Semoga Sukses Selalu Sobat-sobatku! (az).