SKJENIUS.COM.— MERISAUKAN! Betapa Tidak? Di tengah Maraknya Eskalasi Pandemi yang terus bertambah tiap hari, Indonesia terperosok ke Jurang Resesi. Parahnya lagi, Ancaman Krisis Ekonomi Global 2020 pun datang menerjang. Bahkan, Managing Director International Monetary Fund (IMF) Kristalina Georgieva mengingatkan bencana pandemi Covid-19 masih jauh dari selesai.
"Semua negara sekarang menghadapi apa yang saya sebut 'The Long Ascent' atau pendakian sulit yang akan panjang, tidak rata, dan tidak pasti. Serta cenderung mengalami kemunduran," ujar Georgieva dalam pidatonya, Rabu (6/10/2020)
Seiring dengan itu, Utang Indonesia pun semakin menggunung, pada Agustus 2020 Tembus Rp 6.076 Triliun. Karuan saja para ekonom senior khawatir Utang Pemerintah yang sangat Agresif ini, bisa Picu Krisis Ekonomi. Ekonom Indef Bhima Yudhistira Adhinegara menilai lonjakan utang pemerintah bisa berpotensi memicu aliran modal asing keluar (capital outflow) hingga krisis ekonomi.
Ia menilai utang pemerintah saat ini tumbuh lebih agresif ketimbang utang sektor swasta yang justru mulai melandai sejak 2018 lalu.
"Ini kondisinya beda dengan 1998 silam. Bahkan, lebih bahaya karena penyebab capital outflow justru bisa berasal dari pemerintah, dari government bond (utang pemerintah)," ujarnya dalam sebuah diskusi, Senin (7/9) malam.
Jadi, sebagai Rakyat jelata tentu saja kita risau dengan kondisi yang sedang dihadapi bangsa kita saat ini. Setidaknya dalam pengamatan kita ada Lima Masalah Besar yang sedang dihadapi Pemerintah Indonesia saat ini. Pertama adalah Eskalasi Pandemi yang terus bertambah setiap hari. Hingga Kamis (12/11/2020) siang, tercatat ada 4.173 kasus baru.
Kedua, Resesi Ekonomi sudah menerjang, maka siap tidak siap masyarakat tentu akan menanggung dampaknya. Ketiga, Badai PHK massal melanda, sehingga menambah jumlah pengangguran dan memicu kemiskinan makin meningkat. Keempat, Utang LN yang semakin membengkak, sehingga untuk membayar bunganya saja harus utang lagi? Kelima, tekanan krisis ekonomi global tentu bakal turut memengaruhi perekonomian Indonesia. Sektor yang pertama kali terpukul oleh krisis tersebut adalah sektor produksi dan pengeluaran.
Sementara itu, sejak pandemi menghantam Indonesia, masyarakat sangat merasakan sekali imbas dari wabah Covid-19 ini. Bahkan ada beberapa kebutuhan pokok masyarakat yang harganya beranjak naik. Terutama keluhan dari masyarakat umum, tingkat ekonomi mereka yang setiap harinya hanya di topang oleh pendapatan perhari dari mereka yang berpenghasilan tidak tetap serta buruh harian, petani, pertukangan dan lain-lain, pemasukan menjadi sangat rentan karena ketika mereka tidak bekerja, maka pendapatan mereka juga tak ada.
Orang Bertaqwa Tidak Pernah Merasa Miskin
Sebagaimana sudah kita rasakan bersama dalam tempo delapan bulan ini, dampak pandemi corona menerjang hampir semua lapisan masyarakat. Baik masyarakat awam, pekerja, pengusaha hingga pesohor Tanah Air tak luput dari dampaknya. Saat ini, Hidup Makin Susah Saat Pandemi Virus Corona, Bahkan Sudah ada yang Terpaksa Berutang untuk Bertahan Hidup.
Apalagi, sekarang perekonomian sudah terpuruk ke jurang resesi, Badai PHK Mulai Terjadi. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang kerap disebut jadi dampak nyata resesi pun sudah terjadi. Setidaknya sudah ada ribuan orang yang telah ter-PHK. PHK terjadi pada beragam perusahaan, mulai dari pabrik sepatu hingga perusahaan karaoke.
Resesi dan Pandemi, nampaknya telah mempersulit rezeki? Benarkah demikian? Sewaktu terjadi Krisis Moneter 1998, saya pun pernah menanyakan hal tersebut pada Guru Mursyid kita, Allahyarham KH. Abdurrahman Siregar. Sambil tersenyum dan menepuk-nepuk bahu saya, Beliau menjawab, “Sesungguhnya di dalam kondisi rumit pun umat manusia harus tetap percaya bahwa Allah telah menjamin rezeki setiap makhluk-Nya.”
Lalu Beliau mengutip firman Allah dalam Alquran Surah Hud ayat 6: “Wa maa min daabbatin fil-ardhi illa alallahi rizquha wa ya’lamu mustaqarraha wa mustaudaha, kullun fi kitabin mubinin,”. Yang artinya: “Dan tidak ada sesuatu yang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya. Dan Dia mengetahui tempat berdiam itu dan tempat penyimpanannya. Semua tertulis dalam kitab yang nyata,”.
KH. Abdurrahman Siregar menjelaskan, Ayat tersebut di atas, merupakan penegasan dari Allah bahwa rezeki telah diatur kepada setiap makhluk-Nya. Seluruh makhluk yang hidup, semua diberikan rezekinya masing-masing. Asalkan syaratnya, makhluk-makhluk tersebut harus bergerak.
Karena itulah, kata Beliau, kita harus bergerak untuk memperoleh rezeki, harus kreatif di masa pandemi begini. Jangan lupa, tawakal kepada Allah, ingat dosa-dosa kita dan senantiasa meminta Petunjuk-Nya. Lalu berusaha tunduk, taat dan patuh serta bergerak mengikuti Petunjuk-Nya. Semoga Allah menilai kita sebagai orang yang bertaqwa Pada-Nya.
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS. Ath Tholaq: 2-3).
Dalam ayat ini diterangkan bahwa Allah akan menghilangkan bahaya dan memberikan jalan keluar bagi orang yang benar-benar bertakwa pada-Nya. Allah akan mendatangkan padanya berbagai manfaat berupa dimudahkannya rizki. Rizki adalah segala sesuatu yang dapat dinikmati oleh manusia. Rizki yang dimaksud di sini adalah rizki dunia dan rizki akhirat.
KH. Abdurrahman Siregar mengatakan, “Orang yang bertakwa itu tidak pernah merasa fakir (miskin atau merasa kekurangan) sama sekali.”
Sedekah Mengubah Corona Menjadi Karunia
“Sesungguhnya sedekah benar-benar memadamkan kemurkaan Rabb, dan mencegah kematiaan su’ul khatimah.”(HR. At Tirmidzi).
Dalam hadits lain Nabi Muhammad SAW juga bersabda bahwa sedekah itu menolak 70 jenis bala atau musibah.
“Sedekah dapat menolak 70 macam bencana dan yang paling ringan (di antara bencana itu) adalah wabah penyakit kusta dan lepra.” (HR. Thabrani).
Bencana selamanya takkan bisa mendahului sedekah, Rasulullah bersabda :
“Bersegeralah bersedekah, sebab bala bencana tidak pernah bisa mendahului sedekah.” (HR. Imam Baihaqi).
Jadi, sedekah bukan hanya menolak bencana, tapi juga mengundang Simpati Langit. Semoga Allah Menurunkan Rahmat dan Berkah-Nya : “Orang-orang yang ada rasa Rahim akan dirahmati oleh Allah yang Maha Rahman, yang memberikan berkat dan Mahatinggi. Sayangilah orang-orang yang di bumi supaya kamu disayangi pula oleh yang di langit." (HR. Imam Ahmad).
Maka, marilah kita bersama memohon kepada Allah melalui sedekah, semoga Dia berkenan mengubah corona menjadi Karunia-Nya. Yakinlah dengan bersedekah berarti kita sudah menolak pandemi dan mengusir resesi, sekaligus memanggil rezeki!
Sebagaimana hal tersebut sudah disampaikan dan dijelaskan oleh Rasul-Nya yang tercatat dalam berbagai Hadits Nabi SAW. Seiring dengan itu, membuka pintu rezeki dengan infak atau sedekah, juga diperintahkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam beberapa firman-Nya, antara lain ayat:
“Katakanlah: “Sesungguhnya Rabbku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya).” Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.” (Saba’: 39).
Syeikh Fadhal Ilahi mengatakan: “Barangsiapa menginfakkan rezekinya, berarti dia telah melakukan syarat datangnya rezeki pengganti. Barangsiapa menahan hartanya dari infak, maka harta dunia pastilah akan habis. Orang yang menahan rezekinya dari infak, berarti dia belum menjalankan syarat untuk datangnya rezeki lain yang menjadi penggantinya.”
Dengan demikian, sedekah merupakan satu cara pembuka pintu rezeki yang terbuka luas tanpa harus berpeluh keringat. Dengan bersedekah, terbentuklah rumus memberi bukan berarti mengurangi. Namun rumus yang sesungguhnya adalah memberi sama dengan menambah rezeki. Sedekah melapangkan jalan rezeki. Bagi yang merasa sedang seret rezekinya bacalah ayat dibawah ini:
“…Dan barangsiapa yang sedang disempitkan rezekinya, maka hendaknya ia menafkahkan sebagian rezeki yang Allah berikan padanya.” (Q.S.At-Thalaq : 7).
Nabi bersabda, “Belilah semua kesulitanmu dengan sedekah.”
Sahabat Ali R.A berkata, “Pancing rezekimu dengan sedekah.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hendaklah kalian mempercepat datang-nya rejeki dengan sedekah.”
(H.R. Abu Dawud).
Bagi otak kita yang terbatas pasti tidak bisa memahami, bagaimana mungkin saat kondisi keuangan susah diharuskan bersedekah untuk memancing rezeki datang kembali dalam jumlah lebih banyak. Bukankah bersedekah artinya mengeluarkan uang, sementara untuk memenuhi kebutuhan saja susah? Disinilah perlunya kewajiban Muslim untuk mempercayai janji Allah, janji yang tidak pernah ingkar. Jika bersedekah, sekecil apapun akan di balas olehNya.
Sedekah membawa rezeki yang berlipat 700 kali. Perhatikan janji Allah pada ayat ini “Perumpaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang mengeluarkan nafkahnya di jalan Allah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tipa butir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunianya) lagi Maha Mengetahui” (Al Baqarah : 261).
Kalau dilihat dari kacamata bisnis, inilah bisnis yang paling menguntungkan dan bebas rugi. Kalau bisnis dengan manusia pasti tetap ada potensi rugi, meskipun besar untungnya tapi tidak akan bisa menyaingi Zat yang Maha Memberi. (az).