SKJENIUS.COM, Cikarang.-- RISAU! Betapa Tidak? Perekonomian dunia, saat ini sedang menuju titik terlemahnya sejak krisis keuangan global pada 2007-2008 lalu. Bahkan, Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) menyatakan ekonomi dan keuangan global sudah mengalami krisis akibat pandemi virus corona (COVID-19). Kondisi itu diyakini cepat atau lambat juga bakal berdampak pada perekonomian Indonesia.
Realitanya,
pandemi Covid-19 yang terjadi sejak Maret mengganggu produktivitas perekonomian
nasional dari yang biasanya tumbuh rata-rata 5%. Di kuartal I-2020 perekonomian
Indonesia tumbuh 2,94%, kemudian pada kuartal II-2020 minus 5,32%. Pada kuartal
III, Perekonomian Indonesia Kembali Minus 3,49 Persen. Maka Indonesia
masuk jurang resesi.
Hal ini,
tentu saja tidak boleh disepelekan, karena dampaknya akan sangat nyata menimpa
masyarakat. Pasalnya, saat resesi akan banyak terjadi pemutusan hubungan kerja
(PHK). Kemungkinan bagi pekerja yang memiliki kontrak jangka pendek, tidak akan
diperpanjang. Maka dengan sendirinya jumlah pengangguran semakin bertambah dan
kemiskinan pun akan meningkat.
Sehubungan
dengan hal tersebut di atas, Spiritual Business Consultant
berupaya memberikan solusi, konsultasi dan bimbingan teknis bagaimana mengatasi
Tantangan Bisnis di tengah Jepitan Pandemi Covid-19 dan Ancaman Resesi Ekonomi.
Seiring
dengan itu, Spiritual Business Consultant menyampaikan harapan kepada para elit
pimpinan dan penyelenggara negara agar situasi pandemi ini menjadi momentum
penting untuk refleksi dalam pengelolaan negara ke arah yang lebih baik. Mereka
serta tokoh masyarakat harus memberikan teladan dalam menghadapi dan mencari
solusi atas pandemi Covid-19 dan resesi ekonomi ini.
Kembali ke Jati Diri Bangsa,
Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Sebagai
bangsa memegang teguh konsep atau prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa, maka sudah
seharusnya Pandemi Covid-19 ini, kita sikapi sebagai Pesan Spiritual dari
Langit. Sebagaimana diingatkan oleh Sandiaga Uno, "Pandemi Covid-19 Ini Jadi
Pengingat Ekonomi Kita yang Terlalu Kapitalis."
Karena
itulah kita sepakat dengan Ketua MPR RI Bambang Soesatyo yang mengungkapkan
bahwa pandemi COVID-19 bukan hanya menciptakan krisis kesehatan, ekonomi,
sosial, dan politik, namun juga menyebabkan krisis globalisasi akibat hantaman
keras terhadap liberalisasi dan kapitalisme.
Dikatakannya,
hal ini bisa menjadi peluang bagi negara dengan kekayaan sumber daya alam
melimpah seperti Indonesia, untuk menegakkan kedaulatannya di bidang ekonomi
melalui Sistem Ekonomi Pancasila.
"Inilah waktunya Indonesia
kembali kepada sistem ekonomi Pancasila warisan founding fathers dari mulai
Soekarno - Hatta, yang kemudian dilanjutkan para ekonom seperti Emil Salim,
Mubyarto, Dawam Rahardjo, hingga kini Didin S Damanhuri dan Erani Yustika.
Sebagai sebuah sistem ekonomi yang khas dan genuine, Ekonomi Pancasila
dijabarkan dalam Pasal 33 UUD NRI 1945 sebagai perwujudan dari sila kelima
Pancasila yakni Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia," kata Bambang Soesatyo.
Ya...Memang
tak boleh diingkari, bahwa bangsa Indonesia atau manusia Nusantara adalah
bangsa yang memiliki kebudayaan yang luhur (adhiluhung), suatu bangsa yang
berkebudayaan dan berketuhanan (spiritualitas). Bangsa yang
mempunyai kearifan-kearifan dalam hidup bersuku, berbangsa-bernegara, berbahasa
bahkan berekonomi.
Uniknya,
sekalipun penduduknya mayoritas Muslim, namun Indonesia bukanlah negara Islam
dan juga bukan negara sekuler. Tetapi, Indonesia berdiri dan menjelma
diantaranya dengan memegang teguh konsep atau prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa. Meski terdiri dari ragam suku, bahasa dan
bangsa bahkan agama, tetapi bangsa Indonesia/Nusantara selalu berpegang teguh
pada spiritualitasnya (yaitu mengakui adanya dzat Yang Maha Ghaib/Kuat/Kuasa)
yang diwujudkan dalam beragam bentuk dan kepercayaan. Yang kesemuanya itu kita
sebut sebagai “Spiritualitas Islam Nusantara.”
Maka,
marilah kita jadikan Spiritualitas Islam Nusantara
sebagai Energi Kehidupan di Tengah Kemelut Ekonomi. Untuk itu, Kita
perlu mengembangkan Sistem Ekonomi yang berbasiskan Spiritualitas Islam
Nusantar. Sehingga dari spiritualitas tersebut melahirkan tata perekonomian
yang juga melibatkan norma dan moral sekaligus, dalam tataran pelaksanaan
perekonomian bangsa dan negara.
Sistem
ekonomi ini sebenarnya sudah ada sejak nenek moyang kita bangsa Nusantara
mengenal akan theologi dalam kehidupannya. Dari sinilah kemudian berkembang dan
melahirkan kehidupan bermasyarakat termasuk juga dalam bidang
perekonomian.
Menjadi Khalifah di Bumi Nusantara
Indonesia
menjadi Negara Maju dengan Peradaban Adhi Luhung, Keadilan Tegak dan
Rakyatnya Sejahtera adalah cita-cita seluruh masyarakat Indonesia saat ini,
khususnya Kaum Muda. Namun realitanya sudah 75 sejak Proklamasi, nyatanya
rakyat Indonesia belum merdeka dari kemiskinan dan pengangguran. Badan Pusat
Statistik (BPS) melaporkan pada Maret 2020 jumlah orang miskin sebesar 26,42
juta. Sedangkan
jumlah
pengangguran periode Agustus 2020 meningjat menjadi 9,77 Juta Orang.
Penyebab
utama tingginya tingkat kemiskinan dan pengangguran karena Sumber Daya Manusia
Indonesia (SDM) yang kurang berkualitas. Pasalnya, kualitas SDM merupakan yang
paling penting dalam setiap gerak pembangunan. SDM yang berkualitas dapat
mempercepat pembangunan pembangunan suatu daerah/negara.
Maka,
Ironis memang, negara yang kaya dengan Sumber Daya Alam yang Berlimpah, namun
rakyatnya hidup dalam kemiskinan. Sementara itu, banyak negara yang miskin
dengan kekayaan alam, justru menjadi negara maju karena mereka kaya dengan
Sumber Daya Manusia yang Unggul. Sehingga rakyatnya pun sejahtera.
Karena
itulah, patut kita pertanyakan sistem pendidikan yang dikembangkan negara saat
ini mengapa tidak berhasil menciptakan Manusia Unggul dalam Ilmu dan Teknologi.
Sehingga Mampu Menjadi Pencipta Lapangan Kerja?
Pendidikan
yang Baik dan Bermutu tentu akan Membentuk Manusia Indonesia yang Unggul
di Berbagai Sektor. Pasalnya, Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas yang
mampu dan unggul dalam berbagai sector kehidupan sangat dibutuhkan dalam rangka
mewujudkan Visi Indonesia seperti yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945 serta dalam Butir-Butir Sila Pancasila.
Dalam
isi Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, pada Alinea ke-4 jelas dikatakan bahwa
Tujuan dari terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah: “Melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, Memajukan
Kesejahteraan Umum, Mencerdaskan Kehidupan Bangsa, dan Ikut Melaksanakan
Ketertiban Dunia yang Berdasarkan Kemerdekaan, Perdamaian Abadi dan Keadilan
Sosial”
Dalam
Budaya Spiritual Nusantara resep sukses itu terangkum dalam istilah cipta,
rasa
dan karsa.
Tiga komponen kata tersebut merupakan satu kesatuan utuh yang tidak dapat
dipisahkan (tritunggal). Pada masa
lalu, kemampuan manusia dalam mengolah cipta, rasa, karsa telah menghasilkan
peradaban menakjubkan.
Cipta,
rasa dan karsa merupakan kekuatan manusia dalam mempertahankan kelangsungan
hidup. Inilah yang melahirkan peradaban besar di masa lalu, sebagaimana
ditunjukkan orang-orang yang hidup pada masa Majapahit, Mataram, Singasari,
Demak, Sriwijaya, dll. Begitupula dengan tokoh-tokoh besarnya, seperti Gajah
Mada, Hayam Wuruk, Sultan Agung, Prabu Siliwangi, Wali Songo, Sukarno,
Arupalaka, Diponegoro, dll.
Itulah
sebabnya, pada umumnya orang-orang tua dahulu sering mengatakan bahwa apabila
kita bisa menyelaraskan 3 komponen kata di atas, maka kita akan bisa merasakan
nikmatnya kehidupan (kemakmuran dan kebahagiaan).
Ketiga
komponen (cipta, rasa dan karsa) tersebut merupakan bagian dari sistem
kebudayaan Nusantara yang tak terpisahkan dari bingkai utamanya, yaitu spiritualitas.
Maka,
untuk menjadikan Indonesia Negara Maju, pemerintah haruslah mengembangkan
sistem pendidikan yang dapat menciptakan Manusia Indonesia Seutuhnya yang
Beriman dan Berakal Cerdas serta kokoh dalam spiritual. Indonesia membutuhkan
Sistem Pendidikan yang Membangun Jiwa dan Raga rakyatnya.
Manusia Indonesia Seutuhnya adalah Seorang Spiritualis Sejati yang menyadari bahwa kodrat
jatidirinya sebagai seorang manusia adalah Khalifatullah yang mewakili
kepemilikan dan kepenguasaan Allah SWT dalam mengatur dan mengendalikan energy,
daya, cahaya dan matery kehidupan bumi alam semesta raya.
Artinya
bahwa Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia Indonesia di Bumi
Nusantara ini menjadi baik atau buruk (berkah atau bencana), menjadi surga atau
neraka bagi hidup dan kehidupan manusia, tergantung pada manusia itu sendiri.
Karena realitanya bahwa Allah SWT telah menciptakan surga dan neraka itu
bersamaan dengan penciptaan bumi alam semesta raya ini.
Bumi
Nusantara, bagaikan sepotong surga di bumi. Indonesia, sebuah negeri dengan
begitu banyak keistimewaan yang telah Allah karuniakan. Mulai dari bentang alam
yang elok rupawan, kekayaan alam yang melimpah, hingga suku bangsa dan budaya
yang sangat beragam.
Membicarakan
tentang kecantikan alam Indonesia memang tiada pernah ada habisnya. Dalam dunia
bahari, Indonesia memiliki taman laut yang sangat indah seperti di Bunaken,
Wakatobi, dan Raja Ampat yang merupakan jantung kekayaan terumbu karang
dunia.
Sumber
daya alam di Indonesia tidak terbatas
pada kekayaan hayatinya saja. Berbagai daerah di Indonesia juga
dikenal sebagai penghasil berbagai jenis bahan tambang, seperti petroleum,
timah, gas alam, nikel, tembaga, bauksit, timah, batu bara, emas, dan
perak.
Maka,
jangan sampai anak negeri tidak menjadi kuli di negeri sendiri. Karena manusia
Indonesia, sesungguhnya kita di utus Allah menjadi Khalifah-Nya di Bumi
Nusantara ini. (az).