SKJENIUS.COM, Jakarta.— Pandemi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) tak kunjung berakhir melanda dunia, juga Indonesia, dan menyebabkan dampak negatif pada berbagai aspek kehidupan, termasuk perekonomian. Bahkan, Indonesia telah terjerambab ke jurang resesi ekonomi karena dua kuartal berturut-turut pada 2020 pertumbuhan ekonomi negara selalu negatif.
Secara sederhana, resesi ekonomi berarti sebagai pelemahan atau penurunan aktivitas perekonomian ditandai penurunan produk domestik bruto (PDB). Selama ini, sebuah negara dapat dikatakan mengalami resesi kalau pada dua kuartal atau lebih berturut-turut dalam satu tahun mengalami pertumbuhan ekonomi negatif (minus).
Resesi ekonomi momok bagi setiap negara di dunia, karena begitu nyata bagi masyarakat. Dampak terparah masyarakat adalah kehilangan lapangan pekerjaan hingga pengangguran dan kemiskinan meningkat. Apalagi Resesi Ekonomi di tengah Eskalasi Pandemi COVID-19 sesungguhnya adalah masalah besar yang harus dihadapi rakyat Indonesia.
Pasalnya, pada saat pandemi dan resesi ekonomi terjadi dalam periode waktu yang sama seperti sekarang, keduanya menjadi sentimen negatif yang mendorong setiap orang atau konsumen dan investor semakin berhati-hati dan menahan diri, termasuk belanja atau konsumsi.
Pandemi menyebabkan banyak orang takut keluar rumah. Konsekuensinya, alat transportasi seperti mobil dan motor lebih sering diam dan tidak perlu isi atau beli bensin minimal selama beberapa hari. Jadi, memang cukup berat pekerjaan bersama dalam merangsang minat masyarakat untuk berbelanja. Apalagi daya beli masyarakat memang semakin melemah.
Semua orang butuh kepastian dan suasana kondusif untuk belanja maupun investasi. Pandemi dan resesi sudah menghadirkan tekanan psikologis bagi banyak orang. Maka, tantangan terbesar bagi Spiritual Business Consultant adalah, “Bagaimana membantu Umat secara spiritual saat mereka hidup melalui masalah besar ini.”
Hadiah terbesar yang bisa kita berikan kepada dunia, khususnya Umat Islam Indonesia adalah kehadiran kita, kepedulian dan perhatian. Pengalaman, penghayatan dan pengetahuan spiritual yang dikembangkan Spiritual Business Consultant punya peluang sebagai satu tawaran alternatif solusi spiritual bangsa dalam menyikapi Covid-19 dan dampak resesi.
Maka para Counselor di Spiritual Business Consultant sebagai penghayat dan pengamal Tasawuf Transformatif harus melibatkan diri secara aktif dalam pertukaran pemikiran merespon covid-19 dan Resesi Ekonomi, terutama nilai spiritualitas untuk membangun karakter bangsa yang tangguh.
Building Your Spiritual Life During Changes Brought About by the COVID-19 Pandemic
Indonesia pernah mengalami dua kali masa krisis. Tahun 1998 dan 2008. Dua momen ini menjadi pelajaran penting menghadapi resesi ekonomi akibat pandemi corona.
Krisis 1998, hampir semua komponen ekonomi makro melenceng. Bahkan, nilai tukar Rupiah menyentuh level Rp16.000 per USD dan inflasi mencapai 78,2 persen serta kemiskinan mencapai 24,2 persen.
Berbekal pengalaman menghadapi dua kali masa krisis, tahun 1998 dan 2008, Spiritual Business Consultant ingin berbagi Tips Bisnis tentang Relevansi Spiritualitas Sebagai Satu Tawaran Alternatif Solusi Dalam Menyikapi Covid-19 dan Dampak Resesi Erat.
Untuk itu, Umat perlu menyadari bahwa melalui pandemi Covid-19 ini Allah sedang menguji spiritualitas seseorang. Spiritualitas yang dimaksud dalam tulisan ini adalah relasi setiap orang dengan dirinya dan hal-hal lain di luar dirinya sebagai hasil relasinya dengan Allah.
Spiritualitas tidak sekadar relasi pribadi seseorang dengan Allah yang bersifat mistik, melainkan juga meliputi relasi orang itu dengan orang lain, alam sekitar, maupun situasi dan keadaan di luar dirinya yang kasat mata.
Apa yang keluar dari seseorang adalah hasil dari relasinya dengan Allah. Bagaikan fenomena gunung es, tindakan aktual yang dilakukan seseorang adalah puncak gunung es yang terlihat sebagai ekspresi dari relasi dengan Allah yang tidak terlihat. Karena itulah Manusia perlu membangun kehidupan spiritualnya sebagai suatu upaya mendekatkan dirinya pada Allah.
Berikut adalah 7 Tips Sukses dari Spiritual Business Consultant tentang bagaimana membangun kehidupan spiritual Anda selama masa perubahan ini:
1. Narimo Ing Pangdum
Terima krisisnya. Sekalipun sangat sulit, terutama ketika infeksi dan kematian menimpa keluarga kita sendiri, krisis tidak dapat diatasi secara pribadi sampai ia diterima sepenuhnya dengan segala tragedi dan segala konsekuensinya.
Menerima itu tidak berarti memiliki sikap pasif atau acuh tak acuh. Menerima jauh lebih dari sekadar menoleransi, bertahan, atau bersabar. Namun, Narimo Ing Pangdum adalah menerima ujian dari Allah dengan Ikhlas karena menyadari sepenuhnya bahwa ketika pandemi dan resesi datang, pada dasarnya Allah sedang menghadapkan kita pada suatu tantangan yang sesungguhnya dimaksudkan sebagai datangnya peluang pertumbuhan.
2. Berusahalah untuk Menjalani kehidupan Spiritual yang Berkualitas
COVID-19 menyebabkan banyak dari kita berpikir tentang bagaimana kita menghabiskan waktu kita. Sebelumnya, sebagian besar hidup kita dihabiskan oleh berbagai aktivitas. Kita pada dasarnya adalah manusia yang sosial dan sibuk, jadi kali ini sendiri seperti novel baru bagi kita semua.
Karena itulah kita harus memanfaatkan Social Distancing menjadi penjadwalan waktu untuk membangun kehidupan spiritual yang dapat menjadi bagian dari perubahan hidup kita selanjutnya. Sehingga kita bisa Menjalani kehidupan Spiritual yang Berkualitas.
3. Lihat Pandemi COVID-19 Sebagai Peluang, Bukan Masalah.
Pandemi COVID-19 memang masalah besar, tapi tak perlu dipermasalahkan. Dengan demikian kita terhindar dari kesepian dan stres. Maka, kita bisa berdo’a dengan tenang dan khusyu’ untuk memohon petunjuk Allah agar kita bisa mengambil Hikmah di balik wabah corona ini. Sehingga kita bisa melihat peluang di balik masalah besar ini.
Sekali lagi, kami segarkan ingatan Anda dengan pepatah "Jangan sia-siakan krisis yang baik." Artinya, temukan sesuatu untuk dilakukan. Sometimes the world needs a crisis: Turning challenges into opportunities.
4. Kelola Ketidakpastian Sesuai Petunjuk Allah.
Krisis membantu kita untuk belajar bagaimana hidup di saat ketidakpastian, yang menyiratkan tingkat keterpisahan pribadi yang tinggi dan pengabaian kepada Penyelenggaraan Ilahiyah. Mungkin selama ini kita lupa bahwa ada Allah yang Mengatur segala sesuatunya di Alam Semesta ini.
Salah satu kebutuhan dasar ego, yang kita semua miliki, adalah keinginan untuk mengontrol sesuatu - untuk merasa aman. Krisis ini mempermalukan egosentrisitas manusia, karena jika hal itu menunjukkan kepada kita apa pun, itu berarti manusia tidak mengendalikan planet ini, bahkan tidak sebagian darinya - bahkan lebih sedikit dari alam semesta.
Maka, marilah kita kembali ke Jalan Allah. Pasalnya, satu-satunya cara terbaik mengelola ketidakpastian ini adalah mengikuti Kehendak (Iradat) dan Kuasa (Qudrat) Allah, sesuai Petunjuk-Nya Yang Maha Pasti. “Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa” (Al Baqoroh : 2).
5. Perhatikan Cara untuk Tumbuh dan Belajar.
Selama waktu ini, sebagian besar dari kita, mengikuti Majelis Taklim melalui streaming virtual. Meskipun tidak seefektif layanan tatap muka, alternatif ini memberikan cara baru bagi komunitas Muslim dan peserta untuk terlibat dalam Pengajian dan Zikir bersama secara online.
Namun, sekaranglah Kita bisa menggunakan beberapa pemikiran di luar kotak (out of the box) dan krisis nampaknya memberikan kesempatan itu.
6. Tingkatkan Semangat Hidup.
Manusia dapat beroperasi dari dimensi biologis, emosional, rasional, atau spiritualnya. Krisis membantu manusia untuk menemukan dimensi tertinggi mereka - dimensi spiritual - untuk menemukan kedamaian yang lebih dalam di tengah situasi yang benar-benar tragis dan untuk memperoleh kesadaran yang jauh lebih lengkap tentang realitas.
7. Menjaga Keharmonisan Hubungan dengan Allah dan Keselarasan antar Manusia.
“Berpegang teguhlah dengan tali agama Allah dan janganlah kalian saling bercerai-berai.” (QS. Ali-Imran : 103).
Dan seluruh manusia tidak mungkin selamat kecuali dengan berpegang teguh dengan dua hal ini. Pertama berpegang teguh dengan Allah, artinya menyerahkan segala urusan hanya kepadaNya, bertawakal hanya kepadaNya dan meminta tolong hanya kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Yang kedua, berpegang teguh dalam jama’ah, sehingga tidak bercerai-berai.
Karena itulah kita harus senantiasa harmonis dalam Hablum Minallah (tali hubungan dengan Allah) dan selaras dalam Hablum Minannas (tali hubungan antar sesama manusia) serta senantiasa seimbang dengan Hablum min al Bi'ah (tali hubungan dengan lingkungan hidup dan alam sekitar).
Krisis adalah kesempatan besar untuk meningkatkan hubungan kita dengan orang-orang terdekat kita. Social distancing yang dialami oleh jutaan orang memaksa banyak orang untuk tinggal bersama orang yang mereka cintai, terkadang di tempat yang kecil dan dengan sarana yang terbatas.
“Pengurungan” terkadang menimbulkan ketegangan. Rasa hormat, humor yang baik, dan saling pengertian dalam hubungan antarmanusia haruslah memenuhi rumah kita dan menjadikannya rumah tangga yang layak dan mulia, cocok untuk keluarga yang tinggal bersama.
Semoga uraian singkat tentang Relevansi Spiritualitas Sebagai Satu Tawaran Alternatif Solusi Dalam Menyikapi Covid-19 dan Dampak Resesi Ekonomi ini bermanfaat untuk kita bersama. Silakan share kepada karib kerabat Anda. Allah Bless You. Good Luck! (az).