SKJENIUS.COM, Jakarta.-- BERAT, Memang! Betapa Tidak? Rakyat Indonesia dihadapkan pada dua masalah pelik sekaligus yakni ancaman pandemi Covid-19 dan jepitan resesi ekonomi. Padahal selama delapan bulan belakangan ini, pandemi telah membuat perekonomian porak-poranda.
Namun,
hingga saat ini pandemi belum teratasi. Belum ada ahli yang bisa memprediksi
kapan meredanya. Di Indonesia angka kasus Covid-19 masih tinggi. Bahkan
angkanya terus naik signifikan pasca-new normal yang ditandai dengan
pelonggaran PSBB.
Sebagai
orang Beriman dan Berakal tentu saja masalah pelik ini harus dicarikan
solusinya dengan pendekatan keimanan. Pasalnya, pandemi Covid-19 bukan hanya soal
ujian kesehatan dan kesulitan ekonomi dan keuangan, namun juga bagian dari
ujian keimanan.
Ini
merupakan masa-masa yang sangat sulit bagi kita semua. Masa-masa yang penuh
dengan cobaan. Ujian terberat yang kita hadapi hari ini adalah ujian untuk
memahami tujuan dari Allah SWT, ujian ketauhidan dan ujian berbaik sangka
kepada Allah SWT.
Tafsir kita
menentukan langkah kita. Pemahaman kita menentukan gerak kita. Persepsi kita
terhadap ujian ini menentukan hidup kita ke depannya. Mengapa kita harus mengalami ini?
Mengapa di Indonesia harus ada 516.753 orang yang positif sampai hari ini?
Mengapa kita harus mengalami kesulitan ekonomi dan keuangan?
Melalui
tulisan ringkas ini, saya ingin mengajak para pemirsa untuk tafakkur
sejenak, refleksi diri agar bisa membaca dan mendengar Pesan
Ilahiyah yang disampaikan Allah melalui prahara corona ini. Semoga Covid-19
ini menyadarkan kita bahwa tidak ada tempat yang lebih layak, yang paling layak
untuk meminta dan memohon pertolongan kecuali Allah SWT. Allah memerintahkan
kepada kita untuk mengagungkan keesaan Allah SWT.
Maka,
di tengah ujian yang mahaberat ini, mari kita kembali meminta pertolongan
kepada Allah SWT. Ikhtiar adalah urusan manusia, tetapi keputusan adalah hak
prerogatif dari Allah SWT. Man proposes, God disposes. Let's do our
best, but God will do the rest. Agar manusia mengangkat harapan
hanya kepada Allah bukan kepada manusia.
Cultivating Faith in the Midst of a Crisis
Krisis
bisa terjadi pada semua orang. Sekalipun krisis finansial barangkali bukan hal
yang ingin dirasakan oleh semua orang. Disadari atau tidak krisis ekonomi dapat
mengubah kehidupan seseorang dari yang bergelimang harta menjadi miskin dalam
sekejap. Kehilangan materi berupa aset-aset berharga jelas dapat
mengguncang jiwa orang yang mengalaminya.
Tak
hanya itu, materi juga dapat mengubah hubungan keluarga yang awalnya harmonis
menjadi permusuhan yang diliputi kebencian. Demikian juga rekan dan relasi
bisnis, bukan mustahil akan menjauhi kita. Bahkan, ada orang yang tega
memperkarakan kawan yang pernah menolongnya di saat Pandemi ini. Karena itulah,
di saat menghadapi krisis, setiap detik kita harus mempertaruhkan
keimanan kita agar tidak stress dan kehilangan kontrol diri.
Untuk
menghindari hal-hal yang negatif selama krisis, maka penting memperkuat dan
mempererat hubungan dengan Allah. Menjalin hubungan dengan Allah adalah
kebutuhan yang paling utama dalam hidup didunia, karena bagaimanapun manusia
adalah mahkluk ciptaan Allah yang harus selalu mengingat akan Sang Pencipta.
Sebagaimana hal tersebut diingatkan
oleh Imam 'Ali Kwj, "Wahai anakku! dunia ini bagaikan
samudera tempat banyak ciptaan-ciptaaNya yg tenggelam. Maka jelajahilah dunia
ini dg menyebut nama Allah. Jadikan
ketakutanmu pada Allah sebagai kapal-kapal yang menyelamatkanmu. kembangkanlah
keimanan sebagai layarmu, logika sebagai pendayung kapalmu, ilmu pengetahuan
sebagai nakhoda perjalannanmu dan sabar sebagai jangkar dlm setiap badai dan
cobaan."
Hubungan
kepada Allah dibangun melalui ibadah kepada-Nya. Itulah sebetulnya tujuan Allah
menciptakan makhluk manusia dan jin yang tidak lain untuk mengabdi kepada Allah
SWT. Allah berfirman, "Aku tidak menciptakan jin dan manusia,
kecuali agar mereka mengabdi kepada-Ku." (QS Az-Zariat: 56)
Hubungan
kepada Allah SWT dilakukan dengan menjalankan perintah dan menghentikan
larangan-Nya. Secara khusus komunikasi dengan Allah dilaksanakan dengan shalat
karena shalat itu menjadi sarana munajat kita kepada Allah SWT. Di dalam shalat
itu keluhan dan permohonan kita kepada-Nya berlangsung dengan baik dan khusyuk.
Bahkan,
setelah shalat komunikasi itu berlanjut dengan berdo'a kepada-Nya.
Kita
adalah hamba Allah, Rabb Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Dia tidak
letih mengurus dan memelihara kita serta mengetahui kebutuhan kita. Dia ingin
kita berkomunikasi dengan-Nya melalui do'a-berdo'a kepada-Nya dan bukan kepada
siapa pun yang lainnya.
Berdo’alah
Hanya Kepada Allah Niscaya Akan Allah Kabulkan, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya
orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka
Jahannam dalam keadaan hina dina“. (QS. Ghafir: 60)
Kita
akan mengenal Allah, Rabb Yang Maha Kuasa dengan lebih baik dan menjadi semakin
dekat dengan-Nya ketika menghampiri Dia dalam do'a menjadi suatu kebiasaan
dalam kehidupan kita. Mari kita perbanyak do’a niscaya Allah akan mendengar
do’a-do’a kita.
How Allah Shows Up When You Need Him
Most
Beberapa
bulan lalu, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan resmi mengumumkan
penerapan status DKI Jakarta dengan status Pembatasan Sosial Berskala
Besar (PSBB) dalam menghadapi
penyebaran virus corona, efektif mulai Jumat 10 April 2020.
Karuan
saja hal ini mengagetkan saya dan kawan-kawan di Spiritual Business Consultant.
Pasalnya, pada 15 April, kami sudah ada kesepakatan dengan sebuah Group
Perusahaan Pelayaran terkemuka di Jakarta untuk mengadakan workshop bagi
karyawan dengan tema "Spiritual Management Based on Ilahiyah
Management." Mau tidak mau jadwal workshop itu ditunda. Dan, ternyata
tertunda sampai hari ini.
Bukan itu saja, PSBB dan berbagai protokol kesehatan yang harus dipatuhi masyarakat tersebut berdampak terhadap semua sektor bisnis di Jakarta. Utamanya bagi sektor-sektor yang bukan bergerak dalam penyediaan kebutuhan dasar publik.
Tentu
saja PSBB ini impact-nya cukup besar. Bisnis kami pun mengalami penurunan
omzet yang cukup drastis. Apalagi beberapa hari kemudian PSBB pun di berlakukan
di berbagai daerah. Maka, dampaknya hampir merata ke semua sektor, mulai dari
perkantoran yang tidak esensial, wajib diliburkan.
Dampak
PSBB di Jakarta tentu saja terasa bagi perekonomian nasional. Pasalnya, 70%
perputaran uang itu di Jakarta. Selama ini, Jakarta menyumbang cukup signifikan
terhadap pendapatan nasional, khususnya penerimaan pajak. Jadi akan ada efeknya
terhadap makro ekonomi, maupun terhadap APBN. Maka sampai hari ini perekonomian
Indonesia amburadul. Bahkan sudah terpuruk ke Jurang Resesi. Sementara itu,
eskalasi pandemi terus meningkat setiap hari. Entah kapan akan berakhir?
Hal ini
terlihat dari terus bertambahnya kasus Covid-19, dengan adanya lebih dari 4.000
pasien baru. Data pemerintah hingga Kamis (26/11/2020) mencatat ada 4.917 kasus
baru Covid-19 dalam 24 jam terakhir. Penambahan itu menyebabkan total kasus
Covid-19 di Indonesia kini mencapai 516.753 orang, terhitung sejak diumumkannya
pasien pertama pada 2 Maret 2020.
Berbagai
masalah pelik tersebut di atas tentu saja membuat kita berduka oleh karena
Pandemi Covid-19. Parahnya lagi, Indonesia resmi masuk
jurang resesi pada kuartal III-2020. Terperosok ke jurang resesi di
tengah jepitan pandemi Covid-19 tentu saja menjadi masalah berat yang harus
diatasi sebagian besar rakyat Indonesia.
Maka,
di masa penuh ancaman virus corona dan kemelut ekonomi ini, mungkin ada di
antara kita yang bertanya, "Lantas di manakah Allah saat Indonesia
berduka dan sebagian besarnya rakyatnya menderita?"
Mungkin
ini merupakan satu di antara pertanyaan yang juga ada di benak kita
masing-masing. Allah seolah membiarkan penderitaan ini. Dimana kita bisa
menemukan kekuatan untuk mengatasi ketakutan, tragedi, bencana serta kesulitan
ekonomi dan keuangan ini?
Saya
berpikir bahwa pertanyaan tentang keberadaan Allah di saat manusia
tertimpa musibah adalah pertanyaan yang tidak sekadar menuntut logika. Pertanyaan
ini menantang iman manusia.
Bagi
saya, berbagai dampak negatif pandemi corona selama delapan bulan ini
melahirkan banyak persepsi terhadap keterlibatan Allah dalam hidup manusia.
Kebimbangan terhadap keterlibatan Allah membuat manusia terjebak pada sikap
tidak percaya dan kehilangan arah hidup.
Padahal,
sesungguhnya Allah selalu berinisiatif mengundang manusia ke sisi-Nya. Maka,
dalam Lensa Spiritual, Pandemi Covid-19 ini, sesungguhnya adalah
panggilan mesra dari kepada hamba-Nya agar datang mendekati-Nya. Karena itulah,
ketika manusia berhadapan dengan persoalan hidup dan menyadari keterbatasannya,
maka kita memasrahkan diri kepada Allah.
"(Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Rabb-nya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati." (QS, al-Baqarah : 112).
Apakah ini berarti semua masalah Anda tiba-tiba akan lenyap jika Anda menyerahkan hidup Anda kepada Allah? Kenapa tidak, tapi bisa juga belum tentu, meskipun beberapa di antaranya mungkin. Kadang penyelesaiannya tak sesuai harapan kita. Tapi percayalah itu yang terbaik untuk kita saat ini.
Maka, jangan
pernah putus harapan. Karena di setiap masalah ada pembelajaran. Bahkan, Allah
akan memberi kita tujuan baru dalam hidup - keinginan untuk hidup untuk Dia,
bukan untuk diri kita sendiri.
Dan
ketika kita mendahulukan kehendak Allah dalam hidup kita daripada keinginan
kita sendiri, banyak konflik dan masalah yang kita hadapi akan mulai
memudar. Allah berfirman, "Dan
barangsiapa yang berserah diri (bertawakal) kepada Allah niscaya Allah
akan mencukupkan (keperluan)nya”. (Ath-Thalaq : 3).
Yaitu
yang mencukupinya, Ar-Robi’ bin Khutsaim berkata : "Dari segala sesuatu yang menyempitkan (menyusahkan)
manusia." (HR Bukhari). Jadi
Allah menyelesaikan Masalah Kita dengan "Cara"-Nya. Maka
bersyukurlah atas segala karunia-Nya. (az).