SKJENIUS.COM, Jakarta.-- Sebagian besar orang tentunya menginginkan hidup yang berkualitas. Maka, setiap waktu, orang-orang termasuk kita kerap berbuat banyak hal demi hidup berkualitas. Banyak cara dilakukan orang untuk membuat hidupnya menjadi lebih berkualitas.
Namun,
menata hidup yang berkualitas bukanlah perkara mudah. Butuh waktu lama untuk
memikirkannya. Di sisi lain, banyak faktor yang mempengaruhi jalannya hidup.
Banyak yang
beranggapan hidup yang berkualitas akan didapatkan dengan kemapanan finansial
saja namun nyatanya banyak orang Kaya yang Mengaku Hidupnya Makin Sulit?
Jadi, apa
sebenarnya makna dan ukuran kualitas hidup kita sebagai orang-orang beriman di
tengah dunia yang terus berubah yang merupakan milik Allah ini?
Sebagaimana
sudah kita ketahui bersama bahwa selama ini umat Islam masih tertinggal dari
umat lain, baik dari aspek ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, maupun
lainnya. Negara-negara yang berpenduduk mayoritas muslim, belum mampu
mengembangkan pendidikan, kesehatan, SDM yang melebihi dari negara-negara yang
berpenduduk non muslim. Akibatnya, umat Islam masih tertinggal.
Akan
tetapi, manakala dikaji secara mendalam dari ajaran Islam itu sendiri maupun
tradisi yang dikembangkan oleh utusannya, yaitu Muhammad saw, sebenarnya Islam
mengajarkan hidup berkualitas dengan ukuran yang lebih utuh dan sempurna.
Islam
memandang kualitas hidup manusia tidak hanya di ukur dari segi materil semata
akan tetapi bagaimana kita menjalankan hidup dengan penuh makna bukan hanya
untuk diri sendiri tapi juga bermakna buat orang lain. Rasul pernah bersabda "Sebaik-baiknya
manusia di antara kalian adalah yang paling banyak memberikan manfaat kepada
orang lain." (Alhadits). Karena hidup manusia akan
dipertanggungjawabkan dihadapan sang Kholiknya dan ada kehidupan yang langgeng
lebih baik serta indah di alam akherat. "Dan sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada
yang sekarang (permulaan)." ( QS Ad-Dhuha:4).
Oleh karena itu, menurut ajaran Islam yang saya pahami, makna dan ukuran kualitas hidup kita sebagai orang-orang beriman di tengah dunia yang terus berubah ini setidaknya ada tiga, yaitu:
Pertama,
hidup seseorang dikatakan berkualitas apabila mempunyai kedekatan hubungan pribadi yang
mendalam dengan Allah. Atau dengan kata lain apakah kita mempunyai
ikatan Rohani dengan Allah.
Kualitas
kerohanian atau iman seseorang sangat ditentukan oleh jenis filosofi, doktrin,
ajaran atau pemahaman yang diserapnya, yang juga menciptakan cita rasa jiwa
atau selera jiwa. Sehingga kita merasa begitu dekat dan selalu ingin menaati
segenap perintah-Nya. Karena itu, apabila berdo'a, maka permohonan itu
benar-benar keluar dari hati kita yang paling dalam, pada saat membaca
Ayat-ayat-Nya, kita membaca dengan sungguh-sungguh dan penghayatan yang penuh.
Jadi, Apa yang kita lakukan tidak dibuat-buat.
Kedua, hidup seseorang berkualitas ketika dia mampu mengukir sebuah amal sholeh
sebagai sebuah kualitas hidupnya. Sebagaimana yang telah Allah janjikan dalam
firmannya :
"Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh,
baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan
Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri
balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan." (QS An
Nahl : 97).
Dalam
Firman-Nya tersebut di atas, terlihat sebuah korelasi antara amal sholeh dengan
kualitas hidup seseorang. Karena itulah, dalam kehidupan kita dari hari kehari
dan semakin bertambahnya usia kita sepantasnyalah seiring sejalan dengan bertambahnya
amal perbuatan yang kita lakukan. Dan amal itu mendapatkan pengakuan dari Allah
SWT serta semakin menambah dekat diri kita dengan sang pencipta.
Ketiga, hidup seseorang berkualitas ketika dia dapat memberikan manfaat kepada orang
lain. Di dalam hidup ini, kita tak perlu berupaya untuk menjadi seseorang
yang disegani, apalagi ditakuti. Tetapi jadilah seseorang yang berguna bagi
siapa pun di sekeliling diri kita. Kita wujudkan jiwa kepemimpinan dalam diri
kita, agar diri kita bisa menjadi seseorang yang menginspirasi orang lain.
Seiring
dengan itu, perlu kita sadari bahwa sesungguhnya ketika kita berbuat baik
kepada orang lain, manfaatnya akan kembali kepada kita . "Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu
sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu
sendiri." (Al-Isra Ayat 7).
Cara Meningkatkan Pola Pikir untuk Hidup
Berkualitas
Pada awal tulisan di atas sudah diuraikan bahwa ketika berbicara tentang hidup ataupun kehidupan yang berkualitas tak lepas dari adanya berbagai sudut pandang. Kehidupan akan terus mengajarkan kita berbagai macam pelajaran yang berharga untuk dapat dijadikan sebagai sebuah pengalaman. Apa yang biasa terpikirkan oleh manusia terkadang kerap menjadi momok menakutkan bagi diri sendiri.
Karena
itulah, dalam menjalani kehidupan haruslah memiliki prinsip dan tujuan. Jangan
takut untuk berubah untuk menjadi yang terbaik. Kita bisa menentukan masa depan
kita yang cerah jika kita mulai menata kehidupan kamu dengan lebih baik.
Menata
kehidupan dimulai dari menata pikiran. Sejak kecil, kita diajar untuk menjadi pintar. Kita diajar untuk
melatih pikiran kita, sehingga menjadi pintar. Dengan kepintaran tersebut, kita
dianggap bisa hidup dengan baik di kemudian hari. Kita juga bisa menolong orang
lain dengan kepintaran yang kita punya.
Hal ini
bukan tanpa alasan. Dengan pikiran, manusia menciptakan filsafat. Dari filsafat
kemudian berkembanglah beragam cabang ilmu pengetahuan, seperti kita kenal
sekarang ini. Dari situ lahirlah teknologi yang kita gunakan sehari-hari.
Jadi,
pikiran mempunyai kekuatan yang luar biasa bagi kehidupan manusia.
sehingga menjadikannya mahkluk berderajat lebih tinggi daripada mahkluk
lainnya. Pikiran menjadi energi yang dapat mengubah suasana, menaklukkan
lingkungan sekitarnya, dan membuat hidup manusia lebih nyaman.
Pikiran memiliki energi yang mampu mendatangkan banyak kemudahan dalam
bentuk apapun, sesuai dengan kebutuhan hidup manusia. Oleh karena itu,
menggunakan pikiran semaksimal dan sebaik mungkin, bisa membantu anda untuk
mencapai kehidupan yang lebih tenteram dan damai.
Dalam
sebuah hadits disebutkan, "Sesungguhnya
Allah berkata: "Aku sesuai
prasangka hambaku pada-Ku dan Aku bersamanya apabila ia memohon
kepada-Ku" (HR Muslim).
Tegas dalam Hadits tersebut di atas menyatakan bahwa Allah mengikuti sangkaan seorang hamba terhadap-Nya. Jadi, ketika kita berpikir positif, maka itulah yang akan Allah kirimkan kepada kita. Ketika seorang menganggap dirinya berhasil, menggangap dirinya gagal, menganggap dirinya kecewa, atau menganggap dirinya susah, maka Allah akan mengirimkan pikiran itu kepada dirinya.
If you
think you can, you can. If you can not, you can not! Kalau Anda berpikir bisa, Anda pasti bisa.
Tapi, kalau Anda berpikir sudah tidak bisa, maka Anda tidak akan bisa. Allah
akan menakdirkan Anda tidak bisa.
Maka,
mulailah cara berpikir kita yang positif
sehingga Allah akan mengirimkan kepada Anda hasil yang positif. Itulah
pentingnya menata pikiran (mind
management).
Berikut ini cara meningkatkan pola pikir untuk hidup lebih baik dan banyak hal di dunia ini yang bisa kita pelajari untuk terus menjadi pribadi yang lebih berkualitas, yaitu :
- Berfikir positif
- Berani Mengambil Risiko
- Fokus
- Kerja Cerdas
- Bersyukur
- Belajar Seumur Hidup
- Sedekah
Cara Menyelaraskan Pikiran dan Hati agar Bisa
Bekerja Sama
Pernahkah
Anda meragukan sebuah keputusan karena mendengar bisikan yang mengusik pikiran?
Atau, merasa khawatir jangan sampai mengambil keputusan yang salah? Mungkin ini
karena intuisi atau hati nurani Anda sedang berbicara.
Setiap
orang dibekali kemampuan yang sama, yaitu kemampuan memahami berbagai hal
dengan cara tertentu, misalnya dengan mempertimbangkan pengalaman masa lalu,
keinginan dan kebutuhan yang muncul dari alam bawah sadar, atau kondisi
kehidupan saat ini.
Walaupun
bisa menjadi masukan yang berguna, intuisi tidak bisa menggantikan proses
pengambilan keputusan yang normal. Pikiran dan hati, logika dan intuisi,
keduanya akan bekerja sama dengan baik jika Anda mau sedikit berusaha dan
berlatih.
Namun
demikian, perlu disadari bahwa perkara menata hati tidaklah semudah membalik
telapak tangan. Selalu ada godaan bisikan yang menggelincirkan niat lurus
menjadi bengkok. Niat itu harus senantiasa diperbaiki. Di awal, di tengah
hingga di akhir sebuah amal. Lulus dari jebakan riya’, muncullah godaan sum’ah
serta ujub. Butuh perjuangan tak berkesudahan agar ikhlas senantiasa menghiasi
setiap amal. Subhanallah!
Satu diantara
kuncinya adalah dengan memperbanyak zikir, mengingat Allah. Baik lisan maupun
hati dan pikiran, hendaklah selalu menghadirkan Allah SWT. Mengingat betapa
hebatnya kekuasaan Allah, sembari menginsyafi diri lemah dan penuh kekurangan
Maka, Cara Menyelaraskan Hati dan Pikiran agar Bisa Bekerja Sama, antara lain dapat kita lakukan dengan melaksanakan Teknik Zikir Nafas Al-Hikmah. Dengan melakukan Zikir Nafas Al-Hikmah secara rutin, kita dapat membangun harmonisasi dan keseimbangan antara pikiran dan hati. Pasalnya, dua dunia ini sebenarnya sangatlah berhubungan meski masih banyak orang yang belum percaya hal-hal spiritual yang dianggap di luar akal sehat. Karena itulah, kita perlu bertransformasi dari seseorang yang lebih banyak mengedepankan logika menjadi seseorang yang menyelaraskan logika dengan spiritual.
Diam Sejenak untuk Mendengar Bisikan-Nya
Dalam dunia
yang serba bergegas ini, kita acap lupa untuk duduk hening sejenak, melakukan
proses zikir dan tafakur yang penuh keheningan. Kehidupan yang dinamis,
tuntutan untuk cepat dan tepat, serta deadline yang menghantui
baiknya jangan sampai menjadi alasan bagi manusia untuk menolak untuk berhenti,
duduk, diam, mendinginkan pikiran, dan merenungi apa yang telah dilakukan.
Tak banyak
orang mengerti bahwa dalam keheningan seseorang dapat mendengar bisikan-bisikan
paling lembut dari lubuk hati yang terdalam. Sebuah bisikan tulus berasal dari
“Rumah Allah” tempat Allah berbisik mesra kepada manusia. "Qalbul mukmin Baitullah. (Hati
orang yang beriman itu adalah rumah ALLAH.” (Hadits Qudsy).
Qalbu
adalah Singgasana Allah. Pusat kendali diri setiap manusia. Landasan
penampakkan Al Haq. Ranah hamparan kasih rahmat-Nya. Ia adalah cerminan
hakikat-Nya. Mikroskop nilai keluhuranNya. Wadah penampung kalam-Nya. Jaring
penangkap isyarat-isyarat-Nya. Sumber segala kebijaksanaan.
Keheningan
ialah suatu momen utama untuk menata jiwa kembali pada fitrahnya. Ialah waktu
yang tepat untuk meredakan segala amarah, memaafkan perbuatan orang lain,
menghapus dendam, dan mengikhlaskan segala sesuatu pada Penguasa Semesta Alam (Lillahita’ala).
Semoga
Uraian singkat ini bermanfaat bagi anda dan memberi inspirasi dalam upaya
Mendayagunakan Energi Zikir dan Kekuatan Pikir untuk Mengukir Kehidupan
Lebih Berkualitas. Silakan share kepada karib kerabat Anda. Wassalam! (az).