SKJENIUS.COM, Jakarta.— SUBHANALLAH ! Kala manusia terlena dengan kemajuan di segala bidang baik Ekonomi, militer, kedokteran, tiba-tiba saja mereka terhentak kesadarannya bahwa ternyata kemajuan yang telah dicapai seolah tak berdaya di hadapan makhluk Allah yang sangat kecil tak tampak oleh mata manusia yang disebut Covid-19.
Ketika sadar bahwa kemampuannya terbatas maka manusia khususnya mereka yang beriman, membutuhkan sandaran diri pada zat yang kekuatannya tiada terbatas yakni Kekuatan Allah. Ketidakberdayaan membuat manusia membutuhkan pertolongan Allah.
Karena itu, marilah kita jadikan Pandemi ini sebagai momentum untuk melihat apa yang kita miliki tetapi selama ini kita abaikan, yakni Spiritualitas. Bukankah sebagai Pewaris Nusantara, rakyat Indonesia adalah bangsa yang mewarisi sebuah tradisi spiritual yang sangat luar biasa. Sangat banyak Prinsip Spiritual Nusantara yang Memberi Kita Kekuatan di Saat Krisis.
Terlebih lagi setelah hadirnya Islam di Bumi Nusantara yang dibawa oleh para Guru Mursyid Sufi, maka ajaran esoterik Islam (tasawuf) semakin menyempurnakan Prinsip-prinsip Spiritual Nusantara itu. Ajaran Islam dengan corak sufistik, nampaknya paling mungkin diterima oleh seluruh kalangan masyarakat Nusantara, mengingat ajaran-ajaran tasawuf sarat nilai spiritual akan cocok dengan kenyataan tradisi masyarakat.
Aktivitas masyarakat yang lekat dengan berbagai nilai tradisi dan budaya yang bernuansa ekstatik dan asketik itu, memang sangat tepat didekati dengan ajaran Islam yang memiliki model kecenderungan sama, yakni Tasawuf.Sehingga perpaduan antara berbagai aspek spiritual yang selama ini dijalani Masyarakat Nusantara dengan nilai-nilai spiritual dalam tasawuf Islam telah melahir Budaya Nusantara yang bercorak Spiritual Islam.
Persenyawaan Spiritualitas Nusantara (setelah melalui filter syari’ah) dengan Spiritual Islam yang dikembangkanoleh para Guru Mursyid Sufi telah melahirkan manusia Nusantara Baru, yakni Manusia Nusatara Seutuhnya yang Berimana dan Bertaqwa pada Allah SWT. Mereka Melakoni ajaran Kebatinan Nusantara di dalam bimbingan Qur’an dan Sunnah. Mereka memadukan olah rasa, olah cipta dan olah karsa (zikir, pikir dan ukir) dalam hidupnya.
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi Ulil Albab (orang-orang yang berakal cerdas), (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS Ali ‘Imran : 190-191).
Sehingga tampillah di Bumi Nusantara para Ulil Albab yang kmudian melahirkan Kerajaan-Kerajaan Islam yang besar dan berjaya di Nusantara. Sebut saja misalnya, Malaka, Aceh, Pagaruyung Minangkabau, Demak, Jepara, Palembang, Mataram, Ternate, Goa-Tallo, Bima dan lainnya.
Namun sayangnya, sejak Belanda menjajah Nusantara, melalui berbagai program Orientalis, mereka berupaya memisahkan masyarakat dari spiritualitas. Para orientalis itu menyusun program-program yang bertujuan menghancurkan Islam. Setelah Indonesia merdeka, Barat pun tak tinggal diam, terus berupaya “menjajah”, terutama dalam bidang ekonomi, ilmu pengetahuan, politik dan budaya. Upaya itu dilakukan dengan westernisasi, sekularisasi dan cengkeraman sistem ekonomi kapitalis.
Akhirnya, pada hari ini, entah disadari atau tidak, sebagian besar rakyat Indonesia, menurut Dosen Ilmu Filsafat, Tauhid dan Tasawuf Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah dinilai memiliki krisis spiritual yang semakin akut dan menjadi. Krisis spiritual ini dinilai bukan hanya terjadi pada sebagian kalangan lapisan masyarakat saja. Tapi bahkan hampir melingkupi seluruh elemen bangsa.
From Spiritual Crisis to Spiritual Awakening
Manusia tentu saja bukan sebatas mahluk jasmani yang cenderung memperhatikan kondisi fisiknya, namun lebih dari itu, realitas ruhani atau spiritualitas adalah elemen terpenting dalam seluruh kehidupan.
Spiritual juga merupakan aspek yang menyatu dan universal bagi semua manusia. Setiap orang memiliki dimensi spiritual. Dimensi ini mengintegrasi, memotivasi, menggerakkan, dan mempengaruhi seluruh aspek hidup manusia.
Karena itulah, kita prihatin dengan kehidupan masyrakat modern yang identik dengan mendewakan ilmu pengetahuan dan teknologi, juga adanya pengagungan terhadap nilai-nilai yang bersifat materi dan meninggalkan unsur-unsur yang sifatnya spiritual. Kemajuan IPTEK telah banyak membawa perubahan bagi masyarakat, terutama dalam cara berpikir, bersikap dan bertingkah laku dalam berbagai aspek kehidupan.
Jika manusia tidak mampu megantisipasi cepatnya perkembangan IPTEK, maka akan menimbulkan ketidak seimbangan antara aspek jasmaniah dan aspek rohaniah. Ketidak seimbangan itu dapat dijumpai dalam realitas, dimana banyak manusia hidup dalam lingkup peradaban modern dengan menggunakan berbagai teknologi, tetapi dalam menempuh kehidupan terjadi distorsi-distorsi nilai kemanusiaan, mental dan jiwa yang tidak siap untuk menempuh peradaban modern.
Akibat dari gaya hidup modern yang lebih mementingkan dunia materi dan mengabaikan aspek-aspek spiritual adalah depresi dan putus asa, seperti kecemasan, kesepian, kebosanan dan prilaku menyimpang. Nampaknya Era modern disamping membawa dampak positif, juga telah menimbulkan dampak negatif.
Karena itulah, Bangsa Indonesia saat ini dinilai memiliki krisis spiritual yang semakin akut dan menjadi. Krisis spiritual ini dinilai bukan hanya terjadi pada sebagian kalangan lapisan masyarakat saja. Tapi bahkan hampir melingkupi seluruh elemen bangsa.
Hal ini disampaikan Dosen Ilmu Filsafat, Tauhid dan Tasawuf Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Hamdani dalam diskusi refleksi akhir tahun Krisis Spiritual Bangsa yang digelar di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, Jumat (27/12).
"Banyak umat Islam Indonesia yang semakin tidak mengenal Allah, sehingga mereka menyembah Allah tapi menghamba ke makhluk dan harta benda," ujarnya.
Menurut Hamdani, krisis spiritual bangsa ini dapat dilihat dari semakin krisisnya pengetahuan tentang Allah. Esensi ilahi hanya dipandang ketika beribadah.
Sehingga esensi Allah semakin samar, abstrak bahkan semakin tidak jelas di setiap kehidupan. Kemudian, krisis spiritual lain adalah krisi kesadaran tentang Allah.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, marilah pandemi ini kita jadikan titik balik (turning point) untuk kembali ke Jati Diri kita sebagai bangsa yang mewarisi Nilai-nilai Spiritual Nusantara dan Kearifan Ruhani para Guru Mursyid Sufi.
The Seven Spiritual Principles that Give Us Strength in Times of Crisis
Terpukulnya ekonomi yang Gagal Meroket dihantam pandemi COVID-19 membuat perekonomian Indonesia mengalami kontraksi sangat tajam. Akhirnya Terjadilah, Pertama Dalam 22 Tahun, RI Terjun Lagi ke Jurang Resesi. Lalu Sampai Kapan RI Terjebak di Jurang Resesi?
Karuan saja Kondisi ini mengkhawatirkan banyak orang. Pasalnya, Pengamat ekonomi sekaligus Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad mengatakan, bahwa sejumlah kehidupan masyarakat akan terganggu akibat kehilangan pendapatan dan pekerjaan, hal ini berpotensi memicu konflik sosial atau konflik horizontal di masyarakat?
Namun, di sisi lain, musibah ini telah membangkitkan Kesadaran Spiritual kita bahwa ada Kekuatan Maha Dahsyat Yang Mengatur alam semesta ini. Berikut ini adalah Tujuh Prinsip Spiritual yang Memberi Kita Kekuatan di Saat Krisis:
1. Kekuatan Transformatif Energi Iman
Sebagai Muslim, di tengah situasi yang tidak menentu ini kita harus meningkatkan Kekuatan Iman agar tidak stres dan putus asa. Allah telah berjanji untuk menyertai kita juga pada saat krisis. “Dan sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang beriman.” (QS al-Anfaal : 19).
2. Harapan dan Keyakinan.
Pesimisme itu beracun dan tindakan tidak percaya pada Allah. Jika kita memiliki iman yang kuat, kita tidak putus asa atau menyerah pada keputusasaan atau pesimisme. Selama kita hidup, mudah untuk goyah dan merasa bahwa Tuhan telah meninggalkan kita, menjadi mangsa ketakutan dan kelemahan.
3.Tenggelamkan Diri Anda dalam Firman Allah
Ada ruang di dalam hati yang tidak mungkin tercahayai kecuali dengan kalam Ilahi. Di sinilah kita bertemu dengan janji Allah bahwa hanya dengan zikrullâh (mengingat Allah)-lah. Adapun sebaik-baik zikrullâh adalah membaca Al Quran.
Jadi, ada jaminan bahwa dengan membaca Al Quran hati menjadi tenang. Maka, Tenggelamkanlah Diri Anda dalam Firman Allah.
4. Zikir Mengakses Sumber Solusi.
Perlu kita sadari bahwa kehidupan kita sehari-hari sebetulnya adalah manifestasi dari seberapa kuat kita terhubung dengan Sang Pencipta, Sumber yang sejati. Karena itulah kita perlu berzikir untuk mendekatkan diri pada Allah. Sehingga kita bisa mengakses
Sumber Solusi dari segala masalah yang kita hadapi.
5.Minta Tolonglah dengan Sabar dan Shalat
Allah akan menolong siapa yang dikehendakiNya. Pertolongan Allah datang kepada orang yang beriman yang sabar sambil memohon pertolongan kepada Allah serta beribadah dan bertawakal hanya kepada-Nya.
“Hai orang yang beriman jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar" (Q. S. Al- baqarah : 153).
6. Kekuatan Do’a.
Iman kita terhubung langsung dengan do’a kita. Do’a bisa memiliki banyak bentuk. Faktanya, setiap pikiran yang kita miliki adalah do’a yang akhirnya terwujud dalam hidup kita. Do’a dapat membantu kita mencapai hasil ajaib yang tidak akan pernah bisa kita capai sendiri.
7. Sedekah Menolak Wabah, Menarik Rezeki
Sedekah menciptakan banyak peluang kebaikan, baik terhadap diri maupun lingkungan sosialnya. Kebaikan sedekah akan dipantulkan kembali kepada pelakunya dalam beragam bentuk, apakah itu kesucian jiwa (hatinya bebas dari rasa kikir), sembuh dari penyakit, maupun bertambahnya harta itu sendiri secara fisik.
Sedekah adalah energi positif yang menggulung energi negatif. Nabi Muhammad SAW bersabda: ”Bersegeralah kalian untuk mengeluarkan sedekah, karena sungguh bencana tak dapat melewati sedekah“ (HR Thabrani).
Semoga tulisan ini bermanfaat dan dapat memberi inspirasi dan menambah semangat dalam upaya Kembali ke Jati Diri Bangsa. Kita adalah bangsa yang Cerdas Secara Intelektual dan Kokoh Secara Spiritual. Silakan Anda share Kepada karib kerabat dan kawan-kawan melalui Group WA, Facebook, Twitter dan Media Sosial lainnya. Wassalam! (az).