SKJENIUS.COM, Jakarta.-- Rasulullah Saw sangat menganjurkan umatnya untuk menjalin persatuan dan kesatuan dalam wujud berjamaah. Ia menegaskan berkah itu terletak di dalam suasana berjamaah (al-barakat fi al-jama'ah). Dalam suatu qaul juga dikatakan sinergi mendatangkan energi (al-ittihad yujad al-quwwah). Ini juga yang sering dipopulerkan oleh para ahli manajmen dengan istilah "The Power of We : Succeeding Through Partnerships " (Kekuatan Kita: Sukses Melalui Kemitraan).
Jadi, makna lain dari berjamaah ialah bersinergi.
Dalam ilmu kimia, sinergi antara satu zat dengan zat lain akan melahirkan zat
lain. Sinergi berbagai elemen akan melahirkan power dan force
yang luar biasa. Dalam hadis Nabi juga pernah diungkapkan bahwa doa yang
dipanjatkan secara berjamaah lebih kuat daripada dua sendiri-sendiri
Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah berkumpul suatu kaum
Muslimin, lalu sebagian mereka berdoa, dan sebagian lainnya mengucapkan amin,
kecuali Allah pasti mengabulkan doa mereka.” (HR al- Thabarani).
Sejarah mencatat , di balik Kemenangan Turki
Dalam Perang Malazgirt, Ada Do’a Berjamaah Kaum Muslim yang dperintahkan Khalifah
Abbasiyah sebelum peperangan itu berlangsung. Hampir seribu tahun lalu, di
tanggal 26 Agustus 1071, pertempuran Malazgirt atau Manzikert pecah.
Dua kekuatan berbeda saling berhadapan dalam sebuah
pertempuran di abad ke-11 untuk menentukan nasib Timur Tengah dan tanah
Anatolia. Keduanya adalah Byzantium pimpinan Yunani dan Seljuk pimpinan Turki.
Tentara Byzantium dua kali lebih besar dari tentara Seljuk. Byzantium memiliki
tentara bayaran Prancis, Jerman, Norman, dan Skandinavia di samping kekuatan
utamanya.
Namun Sultan dari Dinasti Seljuk Turki Muslim, Alp
Arslan dapat mengalahkan pasukan besar Byzantium yang dipimpin oleh Romanos IV
Diogenes, kaisar dari kerajaan Kristen yang dipimpin Yunani. Sebelumnya,
Khalifah Abbasiyah Sunni di Baghdad mengirim doa untuk kemenangan Alp Arslan
untuk dibaca di masjid-masjid di seluruh dunia Islam, menurut Turan dan Yinanc.
“Ya Allah! Naikkan bendera Islam dan jangan
tinggalkan mujahid-Mu yang tidak keberatan mengorbankan nyawanya untuk
mengikuti aturanmu sendirian. Buat Alp Arslan menang atas musuh-musuhnya dan
dukung tentaranya dengan malaikat-malaikatmu.”
Sementara itu, dalam riwayat lain di Eropa, pada 27 Mei
1940, Raja George VI yang dikenal sebagai simbol determinasi Inggris dalam
memenangkan Perang Dunia II melawan Jerman, menyerukan hari do'a
nasional menyusul kesadaran bahwa pasukan Inggris di Prancis Utara berada dalam
risiko 'kehancuran total'. Tiga peristiwa luar biasa terjadi setelah hari
doa itu.
Pertama, Hitler menolak saran Jenderal-nya
dan menghentikan kemajuan pasukannya (sesuatu yang belum pernah dijelaskan
sepenuhnya).
Kedua, badai berskala besar yang
belum pernah terjadi sebelumnya menghantam Luftwaffe yang siap menyerang
pasukan yang mengungsi.
Ketiga, terlepas dari badai, ketenangan yang tenang menetap di Selat beberapa hari kemudian yang memungkinkan armada besar kapal datang dan menyelamatkan orang-orang yang melarikan diri.
Entah ini adalah rangkaian kebetulan yang luar biasa,
atau ini adalah tangan Tuhan sebagai tanggapan atas sebuah bangsa yang sedang
berlutut berdo'a.
Kekuatan Do'a
adalah Nutrisi Spiritual
Do'a memiliki kekuatan untuk membuat perbedaan besar
dalam hidup kita dan dunia di sekitar kita. Do'a adalah harapan. Jika kita
kehilangan harapan, berdoalah. Orang yang tak memiliki harapan adalah orang
yang tak pernah berdo'a.
Dengan berdo'a, seorang anak manusia telah mengakui
hakikat kehambaannya di hadapanNya. Yang demikian itu berharga bagi Allah.
Sehingga Allah SWT berfirman dalam Al Quran; “Dan apabila
hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka (jawablah),
bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a
apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala
perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada
dalam kebenaran.” (Al-Baqarah: 186).
Tak lain maksud ayat ini ialah agar seorang hamba itu
berdoa dan jangan ragu tidak akan terkabul. Do’a adalah nutrisi
spiritual. Sebagaimana tubuh membutuhkan makanan jasmani, demikian pula
jiwa membutuhkan makanan rohani. Do’a mengubah kita. Do’a itu
senjata orang mukmin, juga pilar agama dan cahaya langit dan bumi. Rasulullah
bersabda, "Do’a adalah senjata seorang Mukmin dan tiang (pilar) agama serta
cahaya langit dan bumi.” (HR Abu Ya'la). Do’a juga merupakan otak atau
inti ibadah. Rasulullah bersabda, "Do’a
itu adalah otaknya ibadah." (HR Abu Dawud dan At-Tirmidzi).
Namun sayangnya, terkadang manusia sering menganggap do’a
hanyalah seuntai kata-kata atau ucapan biasa. Bahkan lebih mengedepankan
ikhtiar atau usahanya ketimbang memohon atau berdo’a terhadap Allah sebagai
Rabb-nya.
Padahal, sesungguhnya jika seorang manusia lebih dulu
menyadari bahwa do’a itu sangatlah penting, maka ia dalam berusaha atau
berikhtiar akan diawali dengan sebuah ucapan do’a.
Saatnya
Memanjatkan Doa Memohon Allah Menyelesaikan Masalah Kita
Do'a menjadi kekuatan membangkitkan optimisme dalam
menghadapi berbagai problema kehidupan yang harus diselesaikan. Masalah tak
hanya diselesaikan oleh tangan manusia. Sebab manusia memiliki keterbatasan.
Karena itu, manusia harus memohon kepada Allah agar memberikan kekuatan-Nya
untuk mengatasi masalah tersebut.
Caranya dengan memanjatkan do’a yang oleh Rasulullah
disebut sebagai senjata orang-orang beriman. Janganlah berputus asa dengan
rahmat Allah. Bercita-citalah setinggi langit. Allah akan mengabulkannya.
Bangunlah keyakinan kalau Allah akan menolong. Bangunlah rasa percaya diri yang
akan mendorong untuk maju dan berkembang.
Karena itu, kita jangan takabur seperti Firáun. Dia tak
mau bersandar kepada Allah, apalagi berdoá kepada-Nya. Maka ketika orang
melihat kekuasaan Firáun di atas segalanya, dan seolah mustahil dapat runtuh,
ternyata bagi Allah mudah. Cukup dengan menenggelamkan Firáun, kemustahilan
dari keruntuhan tersebut berakhir.
Cara menyelesaikan problem kehidupan bukan hanya
melalui teori-teori sosial seperti pendekatan ekonomi, politik, dan keamanan,
tetapi yang tak kalah pentingnya ialah taubat secara massif dan perlu berdo'a
secara berjamaah yang biasa disebut Istigatsah.
Kita harus berani mengakui kekhilafan diri di
hadapan Allah SWT, Rabb Yang Maha Kuasa. Tidak mungkin manusia sendiri mampu menyelesaikan
seluruh problem yang dihadapinya. Kita memerlukan uluran tangan kasih-sayang
Allah sebagai Sang Maha Kuasa untuk membantu kita menyelesaikan persoalan
berlapis-lapis dipundak kita.
Apa pun masalah kita :
Ingin sembuh dari segala penyakit. Ingin Keluar dari kemelut, Ingin
lepas dari Jeratan Rentenir, Ingin Bebas dari Utang Riba. Atau Kesulitan
Menagih Piutang..!?? Tidak Usah Khawatir,
Allah SWT pasti menyimpan hikmah di balik setiap Masalah yang kita
alami. Dan setiap maslah tentu ada solusi. Maka, arilah kita bersimpuh
sujud di hadapan-Nya, menekurkan kepala dengan penuh harapan mengangkat kedua
belah telapak taangan, seraya berdo’a, memohon Petunjuk, Bimbingan dan Pertolongan-Nya
Marilah Kita
Berdo'a :
اللَّهُمَّ إنِّي أَسْأَلُكَ العَفْوَ وَالعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا
وَالآخِرَةِ، اللَّهُمَّ إنِّي أَسْأَلُكَ العَفْوَ وَالعَافِيَةَ فِي دِينِي وَدُنْيَايَ
وَأَهْلِي وَمَالِي، اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِي، وَآمِنْ رَوْعَاتِي، اللَّهُمَّ
احْفَظْنِي مِنْ بَيْنَ يَدَيَّ، وَمِنْ خَلْفِي، وَعَنْ يَمِينِي، وَعَنْ شِمَالِي،
وَمِنْ فَوْقِي، وَأَعُوذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِي
“Allahumma innii
as-alukal ‘afwa wal ‘aafiyah fid dun-yaa wal aakhirah. allahumma innii
as-alukal ‘afwa wal ‘aafiyah fi diini wa dunyaa-ya wa ahlii wa maalii.
allahummas-tur ‘au-raatii wa aamin rau-’aatii. allahummah-fadz-nii min baini
yadayya wa min khalfii wa ‘an yami inii wa ‘an syimaalii wa min fauqii. wa
a-’uudzu bi ‘adzmatika an-ughtaala min tahtii.”
Artinya: "Ya Allah, Sesungguhnya aku memohon
ampunan dan terbebas dari masalah di dunia dan akhirat. Ya Allah, sesungguhnya
aku memohon ampunan dan terbebas dari masalah dalam urusan agama, dunia,
keluarga dan hartaku. Ya Allah, tutupilah auratku dan tenangkanlah aku dari
rasa takut. Ya Allah! Jagalah aku dari arah muka, belakang, kanan, kiri dan
dari atasku, dan aku berlindung dengan kebesaranMu, agar aku tidak dihancurkan
dari bawahku."(HR. Ahmad 4785, Abu Daud 5074, Ibn Majah 3871).
Menurut Guru Mursyid kita, Allahyarham KH. Abdurrahman
Siregar sudah seharusnya masalah yang sedang terjadi itu dihadapi, bukan untuk
dihindari. Kemudian sebagai seorang Muslim, semua masalah harus dihadapi dengan
keimanan serta ketakwaan. "Tidak ada kesusahan dan kesulitan jika
Allah bersama kita," pungkas Beliau. (az).