SKJENIUS.COM, Jakarta.-- Subhanallah! Ternyata... Resesi Sudah Terjadi di Indonesia. Pasalnya, realisasi ekonomi nasional minus 5,32% pada kuartal II. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III ini diproyeksikan berada di kisaran minus 2,9% sampai minus 1%. Meski belum diumumkan secara resmi oleh BPS, pemerintah melalui Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Kacaribu, memastikan Indonesia sudah resesi.
Karuan saja masyarakat mengkhawatirkan Dampak Ngeri RI
Resesi: PHK Massal & Kemiskinan, Stagflasi? Menurut Ekonom Institute for
Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira dampak terburuk
dari resesi adalah adanya gelombang PHK massal. PHK ini akan merata di hampir
semua sektor, termasuk perdagangan, transportasi, dan bisnis properti.
Selain adanya gelombang PHK masal, angka kemiskinan
juga bisa naik tajam karena masyarakat rentan miskin sedikit persediaan
cashnya. Mau di sektor usaha mikro, kecil, dan menegah (UMKM) pun, kata Bhima
masyarakat akan sulit. Karena perkantoran akan tutup, omset pasti akan menurun.
Karena itulah dalam kondisi resesi ekonomi, masyarakat
dituntut untuk kreatif dalam mencari sumber penghasilan. Artinya, masyarakat
harus berupaya menciptakan bisnis untuk peluang usaha baru. Pasalnya, tidak ada
satupun yang bisa memprediksi kapan resesi dan pandemi berakhir.
Allah Created You, so You Can be Creative.
Dalam kehidupan ini kreativitas sangat penting, karena
kreativitas merupakan suatu kemampuan yang sangat berarti dalam proses
kehidupan manusia. Kreativitas manusia melahirkan pencipta besar yang mewarnai
sejarah kehidupan umat manusia dengan karya-karya
spektakulernya. Kreativitas melahirkan Peluang Bisnis baru.
Hakikatnya, kreativitas menghasilkan sudut
pandang baru oleh seseorang terhadap suatu masalah. Pola pikir dari
seorang dengan kepribadian kreatif adalah terbuka dan luas, atau sering kali
disebut ‘out of the box’. Perlu kita ketahui, pola pikir yang demikian itu
tidaklah datang secara instan, melainkan melalui suatu proses yang
berkesinambungan.
Mungkin selama ini, Kita sering berpikir tentang
kreativitas hanya dalam artian seni kreatif. Padahal kreativitas lebih
dari itu. Ketika kita menggunakan kemampuan yang diberikan Allah
untuk memecahkan masalah yang kita hadapi, kita memanfaatkan apa artinya
mencerminkan Citra Kreatif Allah yang telah dikaruniakan-Nya kepada kita.
Allah adalah Sang Pencipta yang Maha Kreatif dan terus
menerus mencipta. Bersyukurlah, kita memiliki Allah Pencipta, bukan peniru. Ia
belum pernah menciptakan pribadi seperti Anda sebelumnya. Itu sebabnya, penting
sekali untuk belajar mendengar Allah dan menaati petunjuk-Nya, terutama di
tengah-tengah masyarakat di mana mudah sekali kecewa dengan apa yang dikerjakan
Allah dalam hidupnya.
Rabb kita, Sang Pencipta yang menyukai kreativitas. Dia pun memberi kita masing-masing bakat dan pikiran kreatif. Dengan demikian, di dalam diri manusia sebenarnya ada potensi atau kekuatan-kekuatan kreatif dan inovatif yang tersembunyi. Karena itulah Dia melihat dengan senang hati pada pengejaran kreatif dari makhluk yang Dia ciptakan dengan sempurna.
Dia-lah Sumber
kreativitas, bagi mereka yang mampu mengakses-Nya, tentu akan Menerima
Pencerahan dan Petunjuk-Nya. Sehubungan dengan hal tersebut di atas,
Allah mengingatkan dalam Firman-Nya: "Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah
nasib suatu kaum hingga mereka mengubah diri mereka sendiri,” (QS.
Ar-Ra’d:11).
Jadi, semua perubahan itu harus dimulai dari dalam
diri, lalu membuatnya terlihat dan bermanfaat untuk membantu kehidupan
sehari-hari. Maka, jadikanlah setiap hari sebagai awal untuk menemukan jati
diri terbaik. Untuk itulah, kita perlu melakukan Perjalanan Spiritual Menuju
Pusat Diri. Di dalam diri kita, ada percikan cahaya-Nya, jika kita bisa
mengakses cahaya tersebut maka kita bisa terhubung dengan Allah Yang Maha
Kreatif.
Jika kita bisa terkoneksi dengan percikan cahaya
Ilahiyah di dalam diri ini, maka pencerahan spiritual akan bisa
terjadi. Allah menciptakan kita dengan kreatif-Nya, maka jadilah kreatif
sesuai Petunjuk-Nya.
A Spiritual
Journey to a Source of Creativity and Innovation
Selama ini, mungkin kita sudah mengetahui adanya Allah.
Namun, banyak diantara kita belum mengenal-Nya!? Allah yang kita ketahui adalah
sebatas teori tentang keberadaan Allah itu sendiri. Jadi, besar kemungkinan
kita belum tahu Siapakah Dia sesungguhnya. Kita hanya tahu bahwa Dia memberikan
berbagai peraturan dan regulasi yang wajib kita patuhi. Mengetahui hal ini
membuat kita legalistik dan berislam secara formalistik saja. Sehingga
diperbudak oleh mentalitas kerja untuk mendapatkan pahala-Nya.
Sebagai seorang yang beragama, tentu kita percaya akan
adanya Allah Yang Maha Kuasa itu. Kita pun tentu sudah tahu bahwa Allah Yang
Maha Ghaib. Akan tetapi bagaimanakah hubungannya Yang Maha Ghaib dengan diri
sendiri? Dan apa sebenarnya Yang Ghaib itu dan apa benar adakah Yang Ghaib itu?
Tuhan tentu tak dapat dikaji sedalam-dalamnya, dengan
Rasio kita, bukan? Sebagai seorang beragama wajib percaya akan ada-Nya. Akan
tetapi Yang Ghaib, bagaimanakah keadaan-Nya? Berupakah atau tenagakah dia?
Bagaimana caranya agar kita dapat mengenal dan menemui-Nya
Singkat kata, selama ini, kita baru mengetahui-Nya,
tapi belum merasakan keberadaan-Nya.
Karena kita belum mengenal-Nya. Apalagi menyaksikan-Nya. Pasalnya,
mereka yang mengenal Rabb-nya, pasti mereka memiliki hubungan pribadi
dengan-Nya. Melalui hubungan pribadi dengan Allah kita bisa mengenal
kepribadian-Nya, suara-Nya, perintah-Nya, tindakan-Nya dan semua yang
berhubungan dengan Rabb kita.
Maka, mereka pun akan Mengenal Allah Yang Maha Kreatif. Hal ini tentu saja akan membuat
kita memahami diri sendiri. Kita kreatif karena kita diciptakan oleh
Rabb yang kreatif. Itu memberi kita cinta untuk ciptaan Allah dan
ciptaan terbesar-Nya, manusia.
Hal tersebut akan memberi kita apresiasi baru untuk pekerjaan manusia dan kemuliaan Allah dalam penciptaan. Ternyata, Kita Terlahir Untuk Menikmati Indahnya Dunia Dan Menghadapi Realita. Bukan untuk Mengeluh dalam menyikapi berbagai persoalan dan tantangan zaman yang dihadapi.
Nah, dalam menyikapi dan upaya menyelesaikan problema
kehidupan da tantangan zaman itulah diperlukan Kreativitas dan Inovasi.
Untuk itulah kita perlu melakukan Perjalanan Spiritual Menuju Sumber
Kreativitas dan Inovasi. Pasdalnya, untuk membuat sesuatu yang baru, sesuatu yang fresh,
Anda harus terhubung dengan sumbernya. Anda tidak menciptakan sesuatu yang
segar dengan pikiran, hati, dan tubuh Anda, tetapi dengan energi yang mengalir
dari dalam diri yang terhubung langsung dengan Sumber Energi.
Mungkin selama ini, sebagian besar dari kita diajari
bahwa kreativitas berasal dari pikiran dan emosi. Namun, Guru Mursyid
kita, Allahyarham Doctor Bagindo Muchtar
menyadarkan kita bahwa ide yang paling orisinal, dan bahkan transformatif,
sebenarnya berasal dari inti keberadaan kita, yang diakses melalui "Diri Sejati."
Semua kreativitas dan inovasi dimungkinkan, karena
tarikan energi yang besar mengalir di dalam diri. Kita tidak dapat menciptakan
sesuatu kecuali jika Kita merasa sangat dibebankan dan diremajakan (rejuvenate).
Tidak hanya penting untuk terhubung dengan Sumber
Energi, tetapi juga penting untuk menghemat energi Kita dan mengarahkannya ke
arah yang benar. Orang terbiasa merusak hidup mereka sendiri tanpa sadar dengan
mengarahkan energi mereka ke arah yang tak tepat. Padahal, setiap hari,
Kita menerima energi murni (energi Ilahiyah) ini atau disebut
juga Kekuatan
Spiritual, untuk melanjutkan hidup Kita. Pancaran energi Ilahiyah ini dapat kita rasakan di ujung-ujung
jari jemari kita.
Rasa yang terasa
di ujung jari jari itu adalah Pancaran dari Diri kita di dalam, yang
merupakan stroom-stroom ghaib yang dinamakan Electro Magnetic atau Bio
Electrisitet. Electro berasal electron dan bio dari bion. Maka haruslah kita
meneliti dan menyelidek akan pancaran Diri itu. Penelitian akan mendatangkan
pengetahuan kepada kita bahawa Pancaran itu terdiri dari Zat-Zat yang merupakan
titik titik terang.
Dan adalah tenaga-tenaga yang keluar itu besar sekali
dan dapat dikerahkan menurut kemahuan kita dan dengan kemaun yang teguh banyak
kemungkinan kemungkinan yang diidam-idamkan dengan mempergunakannya boleh
diperdapat.
Menurut Guru Spiritual kita, Allahyarham, Dr. Paryana Suryadipura, Adalah Ruhani
itu tersusun dan terdiri dari Zat Zat atau Electron Electron Hidup yang
mengandung Tenaga Electro-Magnetik. Apabila electron electron hidup itu keluar
dari susunannya iaitu Ruhani, maka tenaga yang keluar dari proses ini adalah
besar sekali akan tetapi ghaib ertinya tidak dapat disaksikan dengan langsung.
Tenaga yang keluar ini dinamai Tenaga
Ghaib atau Metaenergie. Dengan Metaenergie kita dapat mengadakan semua
kemungkinan yang kita idam-idamkan.
Oleh karena tiap-tiap orang mempunyai Metaenergie dan
ini dapat dikerahkan atas kemauan yang teguh, maka tiap tiap orang,
sesungguhnya dapat mencapai semua cita-cita asal mempunyai kemauan yang teguh.
Metaenergie
atau Kekuatan spiritual ini, menurut
ulama besar dunia, Yusuf al-Qaradhawi, bermula dari penanaman (peniupan) roh
ketuhanan atau Spirit Ilahiyah ke dalam diri manusia (QS Shad : 71-72), yang
menyebabkan manusia menjadi makhluk yang unggul dan unik. Firman-Nya, "Kami
jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka, Mahasucilah Allah, Pencipta
yang paling baik." (QS Almu'minun : 14).
Menurut al-Qaradhawi, ada beberapa cara yang perlu
dilakukan untuk mengasah dan mempertinggi kekuatan spiritual ini. Pertama, al-iman al-`amiq, yaitu
memperkuat iman kepada Allah SWT dengan selalu mengesakan dan menyandarkan diri
hanya kepada-Nya.
Kedua, al-ittishal al-watsiq, yaitu
membangun hubungan dan komunikasi yang kuat dengan Allah SWT. Komunikasi
dilakukan dengan ibadah dan senantiasa mendekatkan diri kepada-Nya melalui
ibadah-ibadah wajib (al-mafrudhat) ataupun ibadah-ibadah
sunah (al-mandubat).
Ketiga, tathhir al-qalb, yaitu upaya menyucikan
diri dari berbagai penyakit hati. Kekuatan spiritual, menurut Qaradhawi,
berpusat di hati atau qalb, fu`ad, atau al-ruh.
Penyucian dilakukan agar hati atau kalbu sebagai "pusat kesadaran" manusia menjadi "sensitif" sehingga senantiasa ingat kepada Allah, takut akan
ancaman dan siksa-Nya, serta penuh harap (optimistis) terhadap rahmat dan
ampunan-Nya.
Menurut al-Qaradhawi, kekuatan spiritual ini adalah pangkal (al-asas), sedangkan
kekuatan-kekuatan lain hanyalah penunjang (al-musa`id). Bahkan, menurut Sayyid
Quthub, tak ada kekuatan lain yang bisa menandingi kekuatan yang satu ini. Nabi
SAW dan kaum Muslim pada awal periode Islam diminta oleh Allah SWT agar
mempertajam kekuatan ini dengan turunnya surah Almuzammil dan Almuddatstsir.
Oleh sebab itu, para aktivis perjuangan Islam, menurut
Quthub, wajib hukumnya memiliki kekuatan spiritual ini. Dalam tafsir Fi Zhilal
al-Qur'an, Sayyid Quthub menegaskan kedahsyatan kekuatan yang satu ini.
Katanya, "Bekal mereka adalah iman. Perbendaharaan mereka juga iman.
Sedangkan, sandaran mereka adalah Allah. Semua bekal, selain bekal iman, pasti
habis. Semua perbendaharaan, selain perbendaharaan iman, juga habis. Sementara
itu, setiap sandaran, selain sandaran pada Allah, bakal roboh."
Wallahu a'lam. (az).