SKJENIUS.COM, Cikarang.— PRIHATIN memang! RI Sah Resesi! Sri Mulyani Sebut Ekonomi Bisa -1,7% di Q3. Jadi, Indonesia bisa dibilang sudah masuk ke dalam zona resesi, karena hampir pasti terjadi kontraksi pertumbuhan ekonomi tahunan (yoy) dalam dua kuartal berturut-turut. Secara keseluruhan di 2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia bakal terkontraksi alias minus.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati menyatakan Kementerian Keuangan memproyeksi pertumbuhan ekonomi di kuartal III-2020 akan berada di kisaran -1% hingga -2,9%. Sementara di kuartal II-2020, ekonomi Indonesia sudah minus 5,32%.
"Secara overall (2020) ekonomi kita akan minus 0,6% sampai minus 1,7%," ujar Sri Mulyani di Jakarta, Senin (19/10/2020), sebagaimana dilansir cnbcindonesia.com.
Sementara itu, dalam laporan terbarunya, IMF memperkirakan PDB global tahun ini akan terkontraksi 4,4%. Namun demikian Direktur Pelaksana IMF Kristina Georgieva, menyebutkan utang global tahun depan akan membengkak ke rekor tertingginya 100% dari PDB. Hal ini lantaran seluruh negara perlu meningkatkan pengeluarannya untuk memberantas Covid-19 dan mendorong pemulihan ekonomi.
Karuan saja, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira Adhinegara, menyoroti utang negara yang semakin bertambah. “Pemerintah sedang mewariskan utang pada generasi ke depan,” tutur Bhima kepada Tempo, Sabtu, 17 Oktober 2020.
Bhima mengatakan, di tengah situasi pandemi, pemerintah menambah utang dalam bentuk penerbitan utang valas yang rentan membengkak jika terjadi guncangan dari kurs rupiah. Utang pun dicetak dalam bentuk penerbitan global bond sebesar US$4,3 miliar dan jatuh tempo pada 2050 atau tenor 30,5 tahun.
Dengan demikian, pemerintah membebani utang pada generasi puluhan tahun mendatang. Adapun laporan International Debt Statistics (IDS) atau Statistik Utang Internasional menunjukkan Indonesia masuk ke dalam daftar sepuluh negara berpendapatan kecil dan menengah yang memiliki utang terbesar di dunia. Data tersebut dirilis Bank Dunia pada Selasa malam, 13 Oktober 2020.
Jadi, saat ini rakyat Indonesia menghadapi situasi yang sangat merisaukan. Tak dapat dipungkiri jika Covid-19 telah hampir melumpuhkan kondisi sosial ekonomi masyarakat Indonesia, khususnya di beberapa daerah dengan tingkat penyebaran tertinggi seperti Jabodetabek. Seiring dengan itu Badai PHK melanda di berbagai daerah, jumlah pengangguran pun membengkak. Persaingan kerja semakin tinggi.
Sementara itu, daya beli masyarakat pun makin merosot. Karena itu, omzet usaha pun menurun drastis. Maka, memperoleh penghasilan untuk menutupi kebutuhan hidup tambah sulit. Sedangkan tabungan mulai menipis. Padahal ancaman resesi sudah di depan mata, ditambah lagi dengan warisan utang sebesar 413,4 miliar dollar AS atau setara dengan Rp 6 .076,9 triliun (kurs Rp 14.700) per Agustus 2020.
Nampaknya Tahun 2020 Menjadi Tahun Paling Kelabu Bagi Rakyat Indonesia. Laksana awan gelap yang melingkupi sebuah bukit, memandang dari kejauhan saja rasanya begitu sia-sia. Hingga memasuki Kuartal IV 2020, awan pekat itu nampak belum pudar. Justru sebaliknya, malah semakin bercokol angkuh menantang. Rakyat Indonesia terancam resesi Ekonomi, di tengah jepitan pandemi yang belum bisa diprediksi kapan berakhirnya.
Namun demikian sebgai orang Beriman dan Beraqal tentu saja kita perlu terlalu khawatir dengan ancaman resesi dan pendemi ini. Pasalnya, kita meyakini tidak ada satu pun kejadian di alam semesta ini, baik itu yang dalam pandangan kita kejadian besar maupun kecil, melainkan pasti semua terjadi atas izin Allah. Maka, kita pun harus meyakini bahwa solusi terbaik tentu ada di sisi-Nya.
Allah Is the Only Solution
Resesi atau pelemahan ekonomi memiliki berbagai ancaman langsung kepada masyarakat. Resesi menimbulkan efek domino kepada kehidupan warga suatu negara yang sedang mengalaminya. Misalnya investasi yang anjlok saat resesi akan secara otomatis membuat angka pemutusan hubungan kerja (PHK) naik signifikan dan menghilangkan sejumlah lapangan pekerjaan. Produksi atas barang dan jasa pun merosot sehingga menurunkan PDB nasional.
Namun demikian resesi, bukanlah akhir segalanya, justru resesi itu sesungguhnya peluang. “Sometimes the world needs a crisis: Turning challenges into opportunities.”
“Ukuran utama seorang pria bukanlah di mana dia berdiri pada saat-saat nyaman, tetapi di mana dia berdiri pada saat-saat tantangan dan kontroversi,” kata Martin Luther King.
Karena itu, menurut Bob Feller, pitcher Hall of Fame untuk Cleveland Indians, “Setiap hari adalah kesempatan baru. Anda dapat membangun kesuksesan kemarin atau melupakan kegagalannya dan memulai dari awal lagi. Begitulah hidup, dengan permainan baru setiap hari, dan begitulah bisbol.”
Dengan demikian, dalam memulai diskusi tentang Senjata Ampuh Bebas dari Resesi Ekonomi & Covid-19 dan Bagaimana Perekonomian Indonesia ke depan diperlukan refleksi terlebih dahulu: “Saat sekarang kehidupan manusia sedang masuk pada dunia lain yang sama sekali belum terpikirkan atau terantisipasi oleh mereka sebelumnya. Logika manusia pada keduniawian materi beserta sifat homoeconicus telah hanyut dalam lupa pada esensi kehidupan sosial dan ekonomi yang dikehendaki oleh-Nya, Sang Pencipta kehidupan.”
Jadi, hadirnya pandemi dan resesi,
sesungguhnya Ayat-ayat Allah yang harus dibaca oleh para Ilmuwan, sebagai Pepeling dari-Nya. Sehingga kita menyadari bahwa melalui wabah dan krisis, sesungguhnya Dia sedang memperingatkan kita agar keluar dari situasi kehidupan sosial dan ekonomi yang tidak sesuai dengan kehendak (Iradat)-Nya itu. Demikianlah situasinya, seperti peralihan manusia dari alam duniawi mereka ‘kematian raga’ menuju kehidupan jiwa kekal. Semua memang tidak kelihatan kasat mata, namun dapat dirasakan oleh iman dan spiritualitas masing-masing insan manusia.
Di tengah keterlenaan itu manusia, Allah menyentak kesadarannya bahwa ternyata kemajuan yang telah dicapai seolah tak berdaya dihapan makhluk Allah yang sangat kecil tak tampak oleh mata manusia yang disebut Coronavirus desease 2019 atau disingkat Covid-19. Bahkan, dari masalah kesehatan kini virus itu telah menjadi problem ekonomi dan nampaknya sedang bertransformasi ke soal politik.
Selama ini, kapanpun kita menghadapi masalah, kita cenderung mencari bantuan dari seseorang, badan, organisasi atau negara yang sepertinya bisa menyelesaikan masalah dan bergantung padanya. Padahal segala sesuatu di bumi adalah bayangan dari hal-hal di Langit yang merupakan kenyataan. Kejadian lahiriah merupakan gambaran batiniah. Meskipun demikian, kita sering mencoba mengikuti bayangan ketika melakukan sesuatu.
Tidak ada gunanya mengikuti bayangan. Kita harus mengikuti kenyataan. Allah lah yang memimpin dan menyelesaikan kejadian di alam semesta ini. Segala sesuatu di bumi dapat dilakukan atau dicapai ketika Allah berkehendak karena Dia punya Kuasa (Qudrat). Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: “Kun (jadilah)", lalu jadilah dia.” (Ali 'Imran : 59)
Tidak ada yang bisa melakukan pekerjaan Allah atau menghentikan-Nya dengan kebijaksanaan, kemampuan, atau kekuatannya. Jadi, saya ingin meminta Anda untuk melihat kepada Allah itu sendiri dan hidup sesuai dengan ajaran Al-Qur’an. Marilah kita sadari bahwa kemampuan kita terbatas. Maka, sebagai manusia yang Beriman dan Beraqal, kita membutuhkan sandaran diri pada zat yang kekuatannya tiada terbatas yakni Kekuatan Allah Ta’ala.
Ketidakberdayaan membuat manusia membutuhkan pertolongan Allah. “Maka siapakah gerangan yang dapat menolongmu (selain allah) sesudah itu? karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal" (Q. S. Ali Imran : 160).
Marilah kita sadari, detak jantung yang ada dalam badan kita sendiri saja, tidak bisa kita atur sendiri, aliran darah di dalam urat-urat di tubuh kita yang tidak bisa kita atur sendiri, peredaran bintang-bintang di angkasa, pasang surutnya air laut, perputaran siang dan malam, seluruh kejadian mutlak ada dalam kekuasaan Allah SWT.
Karena Allah yang menciptakan alam ini, Allah yang memiliki seluruhnya, Allah yang mengaturnya, Allah yang memeliharanya, semua dari Allah dan akan kembali kepada-Nya. Semua dalam genggaman ilahi.
Maka, langkah terbaik untuk menghadapi berbagai masalah, pandemi dan ancaman resesi tiada lain adalah dengan menyerahkannya kepada Allah atau disebut dengan istirja’ (mengembalikan kepada-Nya).
“…..Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan: ‘Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.’ (Sesungguhnya kita milik Allah dan kepada-Nya kita kembali). Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Rabb mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q.S. Al-Baqarah : 155-157).
Ini sekaligus menunjukkan kelemahan kita sebagai manusia dan mengakui kekuasaan Allah Yang Maha segala-galanya.
Qiyamul Lail : The Spiritual Journey to Allah
Setiap orang tentu saja mendambakan kehidupan yang tenang, nyaman, dan aman. Terpenuhi segala keperluan, senantiasa mendapatkan keselamatan. Namun, setiap orang tentu tidak bisa benar-benar menghindarkan dirinya dari berbagai resiko kejadian yang tidak ia harapkan, karena demikianlah hidup di dunia ini. Senantiasa ada suka dan duka, ada siang dan malam, ada sedih dan gembira.
Kejadian demi kejadian yang terjadi tanpa kita harapkan dan tidak kita sukai biasanya kita sebut sebagai musibah. Dan, musibah adalah salah satu dari tanda kebesaran Allah SWT, karena seluruh apa yang ada di alam semesta ini, benda maupun peristiwa, adalah mutlak ada dalam kekuasaan-Nya.
Jadi, menyadari musibah, pandemi dan resesi sebagai tanda kebesaran Allah adalah satu diantara ikhtiar kita memahami hakikat musibah. Apakah musibah itu adalah ujian, peringatan, atau azab dari Allah. Dan saat kita sudah memahami hakikat musibah tersebut, maka kita akan bisa menyikapinya dengan tepat.
Sikap yang harus diambil itu pun telah ditunjukkan Allah dalam Firman-Nya : “Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk salat) di malam hari, kecuali sedikit (darinya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat.“ (QS. Al Muzammil : 1-5).
Secara umum selimut yang disebutkan dalam surat ini bisa diartikan sebagai sesuatu penutup tubuh ketika tidur namun secara implisit dapat dianalogikan juga sebagai suatu beban yang menghimpit tubuh yang dapat diartikan juga sebagai sebuah masalah yang sedang kita hadapi.
Shalat malam menjadi satu diantara ladang beribadah yang begitu luas. Selain berpahala, shalat malam juga jadi waktu yang baik untuk memanjatkan do’a. Shalat malam yang dianjurkan adalah shalat tahajud pada sepertiga malam. Jadi, bagi kita yang saat ini sedang diselimuti masalah, maka perlu Melakukan Perjalanan Spiritual pada Sepertiga Malam Menjemput Solusi ke Hadhirat-Nya.
“Dan pada sebagian malam, lakukanlah shalat tahajud (sebagai suatu ibadah) tambahan bagimu, mudah-mudahan Rabb-mu mengangkatmu ke tempat yang terpuji. Dan katakanlah (Muhammad), “Ya Rabb-ku, masukkan aku ke tempat masuk yang benar dan keluarkan (pula) aku ke tempat keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi-Mu kekuasaan yang dapat menolong(ku)”. (QS Al-Isra : 79-80).
Ayat ini menunjukkan bahwa Shalat Tahajud merupakan kewajiban tambahan bagi orang-orang beriman. Juga agar dengan Shalat tahajud (Shalat Malam) itu akan menambah kedudukan dan meninggikan derajat.(az).