SKJENIUS.COM, Cikarang.— Tidak bisa kita pungkiri bahwa pandemi covid-19 itu lebih dari sekadar krisis kesehatan, Ia juga telah bertransformasi menjadi krisis Multi Dimensi, krisis ekonomi, krisis sosial, dan di banyak negara krisis politik. Efeknya akan terasa selama beberapa dekade mendatang. Karuan saja, kita semua merasakan dan menyaksikan serta mengalami penyebaran kekhawatiran, kecemasan, dan ketidakstabilan yang paralel.
Resesi sudah tiba. Sekarang bagaimana? Lebih mudah berbicara tentang teori dalam keadaan normal, ketika logika dan rasionalitas dapat bekerja dengan baik. Namun dalam keadaan tidak normal (baca: krisis), apa yang dilakukan oleh kebanyakan orang umumnya didorong oleh emosi – atau lebih tepatnya, emosi negatifnya. Karena itulah, dalam suatu krisis, kondisi mental kita sering kali tampaknya hanya memperburuk situasi yang sudah sangat menantang, menjadi hambatan utama dalam dirinya sendiri.
Sehingga, bukan saja harus menghadapi pandemi dan resesi ekonomi dan segala dampak negatifnya terhadappergerakan bisnis dan arus keuangan, kita pun harus pandai mengelola jiwa dan pikiran (Management of Soul and Mind) serta mengendalikan kestabilan mental. Mengapa semua ini terjadi dan bagaimana kita bisa mengubahnya?
Sebagai CEO dari MDA CARE HOTLINE yang memberikan perhatian kepada berbagai perusahaan untuk membuka cara berpikir dan bekerja yang baru, izinkan saya berbagi sedikit ilmu pengetahuan dan pengalaman tentang bagaimana pikiran merespons krisis, seperti ancaman pandemi dan resesi ekonomi yang sedang dihadapi secara global saat ini.
Studi terbaru kami menemukan bahwa di saat pandemi 58% karyawan melaporkan ketidakmampuan untuk mengatur perhatian mereka di tempat kerja atau saat melakukan Work from Home (WFH). Saat pikiran mengembara, penelitian telah menunjukkan bahwa ia dengan mudah terjebak ke dalam pola dan pemikiran negatif. Selama masa krisis - seperti yang kita alami sekarang - kecenderungan ini diperburuk, dan pikiran bisa menjadi lebih terpancing oleh pemikiran obsesif, serta perasaan takut dan tidak berdaya.
Nah perasaan takut dan tidak berdaya inilah yang menimbulkan kecemasan. Padahal, seseorang yang mengalami ketakutan dan tidak berdaya serta kecemasan itu dapat berdampak nyata pada kesehatan Anda, yang mengarah ke kondisi seperti tekanan darah tinggi, sistem kekebalan yang tertekan, dan peningkatan kerentanan terhadap penyakit. Penting untuk menjaga diri sendiri untuk mencegah efek negatif stres ini. Merawat diri sendiri dan orang yang Anda cintai dapat membantu Anda mengatasi berbagai tekanan di masa krisis dan membantu memperkuat komunitas.
Build Your Resilience in the Face of a Crisis
Emosi adalah perasaan intens yang ditunjukkan kepada seseorang atau kepada sesuatu. Emosi juga merupakan reaksi terhadap seseorang atau sebuah kejadian yang menimpa seseorang. Emosi bisa dikaitkan dengan berbagai perasaan, mulai dari perasaan senang, sedih, hingga marah.
Emosi merupakan hal alamiah yang sering dirasakan oleh setiap manusia. Secara umum emosi dibagi menjadi dua, yaitu emosi positif dan emosi negatif. Emosi positif akan memberikan dampak yang baik bagi diri sendiri bahkan orang lain. Contoh dari emosi positif adalah gembira, bersyukur, kagum, cinta, dan masih banyak lagi.
Emosi negatif sering kali merugikan orang lain bahkan diri sendiri. Contoh dari emosi negatif adalah marah, benci, dendam, kecewa, dan lain sebagainya. Emosi negatif yang tidak dikelola dan dikendalikan dapat berdampak buruk bagi diri sendiri dan bisa mempengaruhi hidup bahkan merusaknya.
Thomas Oppong dalam artikelnya “Psychologists Explain How Emotions, Not logic, Drive Human Behaviour: Increasing your emotional self-awareness is key to making the best decisions”, menjelaskan bahwa, emosi positif seperti kebahagiaan, kenyamanan, kepuasan dan kesenangan membantu kita membuat berbagai keputusan dan memungkinkan kita mempertimbangkan berbagai pilihan serta mengambil keputusan dengan cepat.
Namun sebaliknya, emosi negatif seperti kesedihan yang mendalam mencegah kita untuk mengambil keputusan. Begitu pula, rasa takut untuk ditolak membuat kita sulit untuk melangkah keluar dari zona nyaman. Kemarahan dan rasa malu membuat kita rentan mengambil keputusan yang berisiko tinggi, namun dengan hasil yang biasanya tidak memuaskan.
Intinya, emosi negatif yang intens, cenderung membuat kita kehilangan kendali diri. Karena itulah penting membangun Ketahanan Anda dalam Menghadapi Krisis (Build Your Resilience in the Face of a Crisis). Insya Allah berikut ini, akan kami uraikan, bagaiamana caranya membangun Ketahanan Mental-Emosional Di Saat Krisis.
Kekuatan Iman dan Kecerdasan Spiritual, Pilar Ketahanan Mental dan Emosional
Dalam menjalani hidup, selalu ada saja masalah atau problem yang harus kita hadapi. Kehidupan memang tak luput dari persoalan, terkadang demikian kompleks. Sehingga bisa menggerogoti ketahanan mental kita. Terkadang ada beberapa momen dan kesempatan yang kerap sulit dilalui dan menguji emosional, entah itu teman atau rekan kerja yang menyebalkan, pekerjaan yang membosankan, atau persaingan bisnis.
Jadi, apapun yang dihadapi, mental yang kuat adalah solusinya. Ini juga yang amat menentukan dalam mengambil keputusan jika ingin mencapai sesuatu atau keberhasilan. Oleh karena itu memiliki ketahanan mental menjadi salah satu atribut pribadi yang paling dicari oleh seorang pemimpin. Pada dasarnya ketahanan mental merupakan sebuah cara menghadapi tantangan yang ada di depan mata dan kemampuan untuk bangkit kembali dari kesulitan. Ini adalah elemen penting untuk meraih sukses, karena keberhasilan yang sesungguhnya.
Karena itulah, untuk meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan, kita tidak bisa hanya berfokus pada kesehatan fisik. Kesehatan dan ketahanan mental juga memainkan peran yang besar dalam kehidupan. Kesehatan dan Ketahanan Mental sebagai kemampuan diri sendiri untuk mengelola perasaan dan menghadapi kesulitan sehari-hari. Dengan melakukan upaya meningkatkan kualitas kesehatan dan ketahanan mental ini, maka dapat dipastikan hal ini memengaruhi semua aspek kehidupan.
Dengan menjaga kesehatan dan ketahanan mental, maka kita merasakan beberapa efeknya seperti suasana hati yang membaik, membangun ketahanan, dan membantu menikmati hidup secara keseluruhan. Jadi apa yang dapat kita lakukan untuk meningkatkan kesehatan dan ketahanan mental ?
Berikut ini 10 (Sepuluh) Cara Membangun Ketahanan Mental dan Emosional Saat Sedang Diterpa Krisis :
- Bertaubatlah Pada Allah;
- Tingkatkan Kekuatan Iman;
- Berkonsultasilah dan minta bimbingan Spiritual pada Guru Mursyid yang tepat, karena Anda memang memerlukannya.
- Dayagunakan Kecerdasan dan Kekuatan Spiritual;
- Perbanyak Zikir;
- Tilawah Qur’an;
- Hindari Pembicaraan Negatif dengan diri dan orang lain dan jangan membaca, mendengarkan dan menonton hal-hal negatif.
- Bergabunglah dalam lingkungan yang positif dan suportif;
- Jangan pedulikan ucapan negatif orang lain, fokuslah pada solusi;
- Bangun harapan yang terarah dan realitis untuk masa depan;
Jadi mulai sekarang, Anda memiliki berbagai cara langkah-langkah positif untuk menjaga kesehatan mental. Insya Allah cara menjaga kesehatan mental seperti yang disebutkan diatas tidaklah sulit dilakukan, Anda hanya memerlukan menerapkannya secara bertahap dan penuh ketelatenan dalam menerapkannya supaya mendapatkan manfaat jangka panjang.
Jika kamu merasa kesehatan mental sedang menurun dan tidak tahu bagaimana cara tepat untuk memperbaikinya, jangan ragu untuk mendiskusikannya dengan para Spiritual Counselor di MDA CARE. Mudah saja, konsultasi dan diskusi dengan para Counselor kami yang kamu inginkan dapat dilakukan melalui Chat atau Voice/Video Call. (az).
MDA CARE HOTLINE
Jl. Raya Sukamantri No. 110, Cikarang, Jawa Barat.
Contact Person:
Nita Yuliana, SE - 0852-1013-2089
Khairul Zamri, SH - 812-9505-0587
Rosi Wibawa, S.Kom - 0895-0579-3048