SKJENIUS.COM, Cikarang.-- Alhamdulillah! Dalam beberapa pekan terakhir ini, saya banyak mendapat kunjungan dan telepon serta korespondensi Via WA serta Messenger dari rekan-rekan pengusaha yang bisnis mereka terkena dampak negatif pandemi Covid-19.
Pada umumnya mereka konsultasi dan
bertanya tentang "Strategi Menjaga dan Mengembangkan Bisnis di saat Resesi di
tengah Pandemi Covid-19."
Sebagaimana kita ketahui dan rasakan
bersama, Pandemi Covid-19 memukul hampir semua sendi kehidupan. Perekonomian
dunia pun berjuang untuk bisa bergerak. Jutaan bisnis berjuang melawan
kepunahan dan ekonomi anjlok setiap hari.
Di berbagai belahan dunia hampir semua
sektor ekonomi terpukul. Tak terkecuali di Indonesia, tidak sedikit sektor yang
sangat terpukul lantaran tidak adanya omzet. Khususnya para pelaku usaha
bisnis, banyak yang mengalami penurunan omzet yang mengharuskan mereka untuk
gulung tikar.
Bagaimana
strategi untuk tetap bertahan sekaligus bisa berkembang di tengah ancaman resesi
dan eskalasi pandemi ini?
Insya Allah, melalui tulisan ringkas ini
saya berusaha menjawab pertanyaan tersebut diatas dan menguraikan beberapa Tips
Mengembangkan Wirausaha di Saat Resesi di Tengah Pandemi COVID-19 secara
bersambung. Seiring dengan itu, bagi Anda yang ingin konsultasi langsung dapat
menghubungi para Counselor di Spiritual Business Consultant yang
namanya saya cantumkan pada bagian akhir uraian ini.
Ya..Wirausaha adalah kunci mengubah nasib
di tengah wabah yang belum diketahui kapan berakhirnya ini. Wirausahawan (entrepreneur) adalah orang yang melakukan aktivitas wirausaha yang
dicirikan dengan pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun manajemen
operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur permodalan
operasinya
Sebagaimana kita ketahui dn rasakan Bersama,
akibat pandemi saat ini, kalangan pedagang merupakan profesi yang mengalami
penurunan pendapatan selama pandemi. Dan sektor-sektor ekonomi lain yang lesu
antara lain tour & travel, aviation, otomotif, real estate, oil & gas.
Sedangkan sektor ekonomi yang berpotensi naik atau berkembang antara lain
kesehatan, food processing, agriculture, e-commerce, teknologi informasi dan
komunikasi.
Produk makanan dan kesehatan di masa
pandemi ini meningkat tajam, dan usaha kulinerlah yang paling mendominasi.
Mengingat makanan merupakan kebutuhan yang memang harus dipenuhi, jadi banyak
orang yang mencari makanan baik itu ke restoran ataupun ke tempat penjual aneka
kuliner.
Nah, peluang seperti ini harus kita respons dengan tepat. Jangan pernah merasa takut dengan batasan yang menghambat untuk berwirausaha, karena tanpa mencoba maka bagaimana kita tau kita akan berhasil atau tidak. Hanya orang-orang sukses yang tidak takut gagal karena mereka mau berusaha dan mencoba, belajar dari kegagalan akan memperkaya pengalaman.
Iman-Taqwa
Kunci Utama Keberkahan Suatu Negeri
Kita harus yakin bahwa kemakmuran dan
kesejahteraan hidup kita tidak ada hubungannya dengan fluktuasi ekonomi negara
karena segala sesuatu dalam ekonomi dan keuangan seseorang berhubungan dengan
rezeki yang sudah ditaqdirkan oleh Allah. Karena itu, rezeki yang kita
dapatkan, sesungguhnya berbanding lurus dengan Keimanan, Ketaqwaan dan
kepercayaan pada diri sendiri serta kemampuan mengelola segala potensi, sumber
daya, sarana dan prasarana yang kita miliki saat ini berbasiskan Manajemen
Ilahiyah (Celestial Management) sesuai
dengan Petunjuk-Nya .
"Jikalau
sekiranya penduduk negeri-negeri tersebut beriman
dan bertaqwa, pastilah Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari
langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami
siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS: Al-A’raf : 96).
Imam Nawawi menyebut bahwa yang dimaksud
dengan berkah adalah tumbuh, berkembang, atau bertambah; dan kebaikan yang
berkesinambungan.
Secara harfiah, ayat tersebut di atas
menjelaskan bahwa Iman-Taqwa Kunci Utama Keberkahan Suatu Negeri. Namun
hakekatnya berdasarkan pemahaman dan pengalaman saya, firman Allah tersebut di
atas juga dapat dimaknai sebagai kunci utama kesejahteraan keluarga, kaum,
organisasi dan perusahaan.
Jadi, rumus kesejahteraan atau kesuksesan
tersebut di atas, mungkin akan lebih mudah kita pahami, jika kita uraikan
dengan rumus persamaan matematika sebagai berikut:
....+ ....= x
X = Berkah turun dari langit dan keluar
dari bumi
Maka, Iman + Taqwa = Berkah
Nah, jika ....+....= Bencana !?
Maka, perlu dipertanyakan kualitas Iman
dan Taqwa kita. Pasalnya, rumus Al-Qur'an itu, sesungguhnya adalah menggunakan
Rumus Meta Matematika. Artinya jika rumusnya terpenuhi maka hasilnya, justru
Meta (melampaui) logika dari yang kita perhitungkan secara matematis.
Jadi, persoalannya adalah, sejauhmana kita
memahami apa itu Iman dan Taqwa? Pasalnya, mungkin saja
keimanan dan ketaqwaan yang kita pahami tidak sama dengan Iman dan Taqwa yang
dimaksudkan oleh Allah SWT dalam Firman-Nya tersebut di atas.
Real
Iman Is More Than Just Believing
Guru Mursyid kita, Allahyarham KH.
Muhammad Nasir Abdullah yang dikenal dengan sebutan "Kong Dul"
mengatakan Iman adalah Kekuatan Ghaib yang dianugerahkan
Allah kepada manusia sebagai bekalnya menjadi Khalifah di muka bumi ini.
Karena itu, marilah kita dayagunakan suatu kekuatan yang diberikan Allah kepada kita yang ditanamkan-Nya sejak kita masih di alam arwah sebagai bekal dalam mengemudikan bahtera kehidupan di dunia ini.“Dan (ingatlah), ketika Rabbmu mengeluarkan keturunan anak-naka Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman: ”Bukankah Aku ini Rabbmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Rabb kami), kami menjadi saksi.” (Q.S. Al-A’raf : 172).
Pengakuan manusia di alam arwah itu,
kemudian ditindak-lanjuti setelah berada di dunia dengan mengucapkan Syahadat
Tauhid yaitu: “Mengakui bahwa tiada ilah selain Allah.”Dengan adanya
kesaksian pada waktu di alam arwah dapat kita pahami bahwa Allah telah memberi
kemampuan kepada jiwa anak cucu Adam untuk menghindarkan diri dari kelalaian
bertauhid pada-Nya.
Sedangkan syahadat di alam dunia ini
mengandung pengertian bukan hanya pengakuan saja akan tetapi harus disertai
dengan memenuhi hak-hak yang terkandung di dalam syahadat tersebut, yaitu :
Segala aktifitas harus sesuai dengan IRADAT (keinginan) dan QUDRAT
(ketentuan/kekuasaan) Allah yang telah tertuang dalam firman-Nya, bukan kemauan
selain-Nya.
Syahadat inilah yang menjadi awal pembuktian KEIMANAN seseorang. Syahadat tauhid itu, kemudian diikuti dengan Syahadat Rasul, yaitu : “Mengakui bahwa Nabi Muhammad SAW itu adalah Utusan-Nya.” KEIMANAN adalah ENERGI yang memiliki KEKUATAN GHAIB, oleh karena itu harus betul-betul ditanamkan ke dalam lubuk jiwa manusia.
Apabila tenaga Iman telah masuk ke dalam diri tiap-tiap insan (jiwa) maka ia akan menumbuhkan kekuatan sebagai berikut:
a). Jika
kekuatan iman masuk ke dalam otak, maka akan tumbuh menjadi ilmu
pengetahuan yang berfaedah dan otak itu menjadi cerdas ( rosyadah ).
“Sampaikan
berita itu kepada hamba-hamba-Ku, yang mendengarkan perkataan, lalu mengikuti
apa yang paling baik di antaranya.2) Mereka itulah orang-orang yang telah
diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang berakal. ”
(Q.S. Az-Zumar: 17-18).
b). Kalau
energi iman itu masuk ke urat-urat perasa / hati , maka ia akan tumbuh
menjadi hati yang selamat (qalbun salim). “(Ingatlah)
ketika ia datang kepada Rabbnya dengan hati yang suci.” ( Q.S. Ash
-Shaaffaat : 84).
Dari qalbun salim akan lahir akhlak yang
mulia. Kita sebut juga akhlakul insaniyah, yakni manusia yang berbudi pekerti
luhur dengan penuh kasih-sayang sesama saudara seiman.
c) Apabila
iman itu meresap ke dalam alat/syaraf penggerak, maka ia akan menjelma
menjadi alat gerak yang tangkas. Karena itu orang beriman senantiasa cepat
dalam mengambil keputusan dan tangkas dalam melakukan tindakan. “Janganlah kamu bersikap lemah, dan
janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling
tinggi (derajatnya), jika kamu orang yang beriman.” (Q.S. Ali ‘Imran :
139).
d) Pada saat iman berjumpa dengan nafsu, maka tenaga iman akan mengendalikan nafsu dan mengarahkannya menjadi kekuatan yang positif. Nafsu yang terkendali akan memancarkan nur dan menguatkan I’tiqad . Dengan demikian nafsu itu akan berubah menjadi nafsu yang tenang, yakni nafsu muthma’innah yang penuh kedamaian dan tawakkal pada Allah SWT.
Seiring dengan hal tersebut di atas, Ketua
Dewan Syura Majelis Dakwah Al-Hikmah, Kyai Ageng Khalifatullah Malikaz Zaman
mengingatkan iman lebih dari sekedar pengetahuan intelektual. Iman adalah
sesuatu yang Anda lakukan. Ini aktif, bukan pasif. Iman sejati
melibatkan membuat komitmen untuk percaya dan yakin kepada Allah SWT. Maka,
kepercayaan dan komitmen kita kepada Allah tercermin dalam hal-hal yang kita
lakukan.
Jadi, perbuatan baik kita (amal shaleh)
adalah bukti dari iman kita yang sejati dan penuh keyakinan. Karena itulah dalam
Al-Qur'an kata Iman sering disandingkan dengan amal shaleh.
"Barangsiapa yang
mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya Kami beri balasan kepada
mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan.” (An-Nahl: 97).
Orang
Bertakwa Tidak Pernah Merasa Miskin
Guru Mursyid kita, H. Permana Sasrarogawa
mengatakan, Taqwa adalah adalah seseorang Beramal Penuh Ketundukan, Ketaatan,
Kepatuhan dan Kepasrahan dengan senantiasa mengikuti segala Qudrat (kuasa) dan
Iradat (kehendak) Allah SWT.
Taqwa adalah kondisi Pikiran dan jiwa
mukmin yg merasakan Kehadiran Allah dimana saja dia berada (Muraqabah). Dia
ridha dengan kondisi apapun yang dialaminya karena hal itu merupakan anugerah
Allah.
Dia takut untuk bermaksiat kepada Allah.
Tapi sekaligus ia Cintai dan penuh harap -tidak putus asa- dari rahmat Allah.
Karena itu dia Berserah Diri Total (Tawakal) Pada Allah. Karena itulah dalam
Al-Qur'an kata Taqwa dan Tawakal sering dihubungkan.
“Barangsiapa
bertakwa kepada Allah niscaya Dia
akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan
memberinya rezki dari arah yang
tiada disangka-sangkanya.” (QS. Ath Tholaq: 2-3).
Dalam ayat ini diterangkan bahwa Allah
akan menghilangkan bahaya dan memberikan jalan keluar bagi orang yang
benar-benar bertakwa pada-Nya. Allah akan mendatangkan padanya berbagai manfaat
berupa dimudahkannya rizki. Rizki adalah segala sesuatu yang dapat dinikmati
oleh manusia. Rizki yang dimaksud di sini adalah rizki dunia dan rizki akhirat.
Guru Mursyid kita, Allahyarham KH.
Abdurrahman Siregar mengatakan, “Orang yang bertakwa itu tidak pernah merasa
fakir (miskin atau merasa kekurangan) sama sekali.”
Selanjutnya Allah menjelaskan: "Dan barangsiapa bertawakal kepada
Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah
melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap
sesuatu." (QS. Ath Tholaq: 3).
Tawakal berarti berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam menghadapi atau menunggu hasil suatu pekerjaan, atau menanti akibat dari suatu keadaan. Namun, tawakal bukan berarti sekedar penyerahan nasib manusia kepada Allah semata. Tetapi penyerahan tersebut harus didahului dengan usaha manusia dalam mewujudkannya, baik dalam urusan dunia maupun dieniyah. (az).
SPIRITUAL
BUSINESS CONSULTANT
Jika Anda memerlukan Buka Aura, Konsultasi
Bisnis dan Spiritual serta Ruqyah Diri dan Kantor, silakan berkunjung ke :
Jl. Raya Sukamantri No.110, Cikarang, Jawa
Barat.
Contact
Person :
Suhu Rosi Wibawa, S.Kom - 089505793048
KH. Rosyid Sobri – 08127890686
Ustadz Usri Andi - 085270629655
Irawan Wijaya,SE - 08813281367
Nita Yuliana - 085210132089
Suhu Indra Wijaya - 0895603862974
Mbah Jamal Al-Hikmah – 087884909077
Ustadz Rofiq Sururi - 0822-2169-4482