SKJENIUS.COM, Jakarta.— MIRIS! Negara kaya raya tapi kualitas Sumber Daya Manusia masih tertinggal. Padahal, keberhasilan suatu pembangunan tidak hanya dilihat dari tingkat pertumbuhan ekonomi, pembangunan infrastruktur dan jalan tol akan tetapi juga dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Sehingga tingkat kesejahteraan masyarakat, justru menjadi tolak ukur paling utama dalam menilai keberhasilan pembangunan suatu negara.
Sayangnya, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia tertinggal jauh dari negara tetangga, yaitu Singapura. Sedangkan jika dibandingkan dengan tetangga di kawasan Asia Tenggara. IPM merupakan indikator global yang juga diukur setiap tahunnya. Salah satu lembaga yang juga melakukan survei untuk mengukur IPM setiap negara di dunia ini adalah United Nations Development Programme (UNDP). Jika menilik pada IPM versi UNDP atau yang lebih dikenal dengan Human Development Index/HDI, Indonesia berada di peringkat 6 ASEAN dan 111 di dunia dari 189 negara.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia tahun 2019 hanya sebesar 71,92 atau masih di bawah target yang dicangankan Presiden Jokowi yakni 71,98. IPM terparah masih dipegang oleh Papua dengan angka 60,84. Artinya, kualitas sumber daya manusia Indonesia memang perlu terus dibenahi.
Perhitungan IPM yang dipublikasikan oleh BPS menggambarkan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. Angka-angka ini digunakan untuk menentukan target pembangunan dan masuk dalam asumsi makro yang dibahas pemerintah bersama DPR tiap tahunnya.
IPM Rendah Gara-gara Pertumbuhan Tak Berkualitas
Berdasarkan penelusuran Dewan Perancang Partai Nusantara Bersatu, rata-rata penyebab IPM rendah akibat tidak adanya perhatian terkait program bagi masyarakat miskin. Membiarkan orang miskin tetap miskin. Bahkan dibeberapa daerah ada yang mati kelaparan akibat gizi buruk. Seperti dulu kasus suku Asmat di Papua 63 orang mati.
Padahal sudah 75 tahun kita merdeka, tapi jumlah orang miskin makin meningkat, pengangguran pun terus bertambah. Persentase penduduk miskin pada Maret 2020 sebesar 9,78 persen, meningkat 0,56 persen poin terhadap September 2019. Jumlah penduduk miskin pada Maret 2020 sebesar 26,42 juta orang, meningkat 1,63 juta orang terhadap September 2019
Selain itu, rendahnya angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2019 di sejumlah daerah lebih banyak dipengaruhi kegagalan memenuhi target indikator rerata lama sekolah. Pada dimensi ini, banyak daerah mencatat rerata lama sekolah 8,34 tahun. Di sisi lain, program wajib belajar yang dicanangkan pemerintah mensyaratkan warga negara menempuh pendidikan selama 9 tahun.
Sementara itu, angka harapan hidup serta daya beli masyarakat peningkatannya masih lamban dibandingkan melek huruf. Entah kapan, peningkatan angka harapan hidup baru akan dirasakan masyarakat Indonesia secara baik dan merata. Demikian juga dalam
penyediaan sebaran layanan kesehatan perlu perhatian lebih serius. Sehingga masyarakat busa mendapatkan kemudahan layanan kesehatan yang dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.
Sehubungan tersebut di atas, Ketua Dewan Perancang Parta Nusantara Bersatu, KGPH Eko Gunarto Putro mendesak pemerintah agar menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan tidak hanya mengandalkan sektor konsumsi. Tujuannya untuk memperbaiki Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia. Satu di antaranya dengan memperbanyak investasi yang menyerap lapangan kerja, bukan padat modal.
Karena itulah, pemerintah harus mendorong peningkatan sektor tenaga kerja pada sektor pertanian, industri, atau sektor riil. Serta melakukan diversifikasi sektor pertanian agar menyerap tenaga kerja yang banyak. Selama ini, sektor pertanian dipengaruhi oleh iklim. Kadang bagus, kadang turun. Kita perlu diversifikasi produk lain agar lebih bagus.
“Karena itulah Kami berkeyakinan produktivitas sektor yang menyerap tenaga kerja banyak perlu digenjot. Jika itu dapat dilakukan maka IPM akan meningkat tajam,” pungkas Ketua Dewan Perancang Partai Nusantara Bersatu, KGPH Eko Gunarto Putro. (az).