SKJENIUS.COM,Jakarta.- Warga Nilai Pemerintah Pusat Lamban Tangani Wabah Corona Dibandingkan Pemda. Hal itu ditunjukkan Lembaga Survei Indikator Politik Indonesia dalam survei terbarunya terhadap 304 responden di 20 kota yang merupakan pemuka opini atau opinion leader di Indonesia.
"Mereka (pemda)
dipandang lebih peka terhadap krisis, tanggap darurat, mampu berkomunikasi
dengan masyarakat, dan mampu berkoordinasi dengan seluruh aparat,"
kata Direktur Indikator Politik Burhanuddin Muhtadi dalam jumpa pers virtual,
Kamis (20/8/2020).
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, perlu kita sadari
bersama bahwa Kualitas Sumber Daya
Manusia (SDM) merupakan kunci utama menyukseskan terselenggaranya pelayanan publik. SDM yang rendah
secara langsung berdampak buruk terhadap kualitas pelayanan publik. Bila
pelayanan publik diselenggarakan seenaknya, tentu susah untuk menciptakan yang
namanya good governance.
Karena itulah dalam dunia bisnis berlaku motto “Bukan apa
dagangannya, tapi siapa CEO-nya?"
Jadi, faktor penentu sukses yang utama dalam BISNIS, bukanlah APA
bisnisnya, tapi yang menentukan itu siapa CEO
(Chief Executive Officer) atau dalam
bahasa Indonesia disebut dengan Pejabat Eksekutif Tertinggi atau Direktur Utama
yang menahkodai Bisnis tersebut.
Maka, KEUNGGULAN
sebuah Bisnis, KESUKSESAN sebuah
perusahaan sebagian besar dipengaruhi oleh KEPRIBADIAN
Sang CEO, orang yang mengelolanya. Demikian
juga dalam Tata Kelola Negara. Anda bisa tampil sebagai Pribadi Mempesona,
memiliki ide-ide brilian dan inovatif, sehingga dapat meningkatkan kinerja dan
performa perusahaan yang Anda pimpin. Namun, jika memiliki kepribadian yang
negatif, menyebalkan, tutur kata kotor, tentu bisa membuat pelanggan yang jadi
andalan dan karyawan yang paling rajin pergi dari perusahaan.
Karena itulah, menurut Pengamat Pendidikan, Megi Hamid,
Sumber daya manusia memegang peranan penting dalam pembangunan. Oleh karena itu
dalam melaksanakan pembangunan suatu wilayah atau negara perlu diketahui
keadaan sumber daya manusia yang ada di wilayah tersebut. Semakin lengkap dan
tepat data mengenai sumber daya manusia yang tersedia, semakin mudah dan tepat
pula perencanaan pembangunan yang di buat.
“Kualitas sumber daya manusia merupakan merupakan komponen
penting dalam setiap gerak pembangunan. Hanya dari sumber daya manusia yang
berkualitas tinggilah yang dapat mempercepat pembangunan bangsa. Jumlah
penduduk yang besar, apabila tidak diikuti dengan kualitas yang memadai,
hanyalah akan menjadi beban pembangunan. Kualitas penduduk adalah keadaan
penduduk baik secara perorangan maupun kelompok berdasarkan tingkat kemajuan
yang telah dicapai,” paparnya.
Kualitas SDM bangsa Indonesia, dalam kategori rendah, dan
rendahnya kualitas SDM disebabkan pula oleh rendahnya kualitas pendidikan.
Sudah saatnya bangsa Indonesia khususnya Pemerintah untuk peduli meningkatkan
kualitas pendidikan sebagai modal dasar semua komponen dalam meningkatkan
kualitas sumber daya manusia. Diakui banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya
kualitas SDM. Pendidikan dan Kesehatan adalah faktor-faktor yang dominan.
Holistic Human
Resource Development: Balancing the Equation through the Inclusion of Spiritual
Quotient
Berkaitan dengan rendahnya SDM tersebut di atas, Dewan
Perancang Partai Nusantara Bersatu,
telah merancang perubahan sistem pendidikan publik dan swasta dengan
mempromosikan perkembangan spiritual dan moral di sekolah dan dengan memberikan
alat pendidik untuk membangun ruang kelas dan sekolah yang memelihara kehidupan
batin siswa mereka.
Untuk itu, kami telah merumuskan Program Pengembangan Sumber Daya Manusia Holistik: Menyeimbangkan
Persamaan melalui Inklusi Kecerdasan Spiritual (Holistic Human Resource Development: Balancing the Equation through the
Inclusion of Spiritual Quotient).
Sebagaimana kita sebutkan di awal tulisan bahwa lemahnya SDM
berkaitan dengan Sistem Pendidikan yang dikembangkan Pemerintah Indonesia saat
ini. Untuk itu perlu kita ketahui bersama bahwa pangkal bala, dalam dunia
pendidik adalah pernyataan "Aku berpikir, maka aku ada."
Sejak Bapak Filsafat Modern Rene Descartes (1596-1650)
mengemukakan ungkapan itu, "berpikir" menjadi begitu
penting di dunia. Paradigma analitis logis Cartesian, paham yang didasarkan
pada pandangan Descartes, dengan segera menggusur cara pandang holistik Ibnu
Sina (980-1037) yang mendominasi global selama enam abad.
Dunia menyambut paradigma baru itu. Diperkuat oleh temuan
Newton (1643-1727) tentang hukum gravitasi, paham Cartesian pun menguasai
seluruh sendi kehidupan. Hasilnya, Barat melesat dalam peradaban dunia berbasis
materialistik. Penjajahan dengan penjarahan pada bangsa lain di satu sisi, dan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di sisi lain menjadi kunci kemajuannya.
Paham analitis logis Cartesian pun terus berkembang, termasuk ke dunia
pendidikan.
Bapak Pendidikan Ki Hajar Dewantara pernah mencoba melawan
paham Barat itu dengan mengusung pendekatan holistik ketimuran. Ungkapan ing
ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut
wuri handayani merupakan produk cara pandang itu. Kalangan pendidikan
Indonesia mengapresiasi dan mengutip ucapannya, tapi diam-diam lebih mengadopsi
sistem pendidikan Barat.
Karena itulah, Dewan Perancang Partai Nusantara Bersatu
berupaya mengembangkan sistem pengembangan sumber daya manusia yang holistik,
yang disebut Pendidikan untuk Kehidupan (Education for Life), sesuatu yang
sangat dibutuhkan di masyarakat saat ini.
Alasan dari begitu banyak masalah di dunia kita adalah
karena kita tidak memberi anak-anak kita tentang ajaran spiritual dan nilai-nilai
yang lebih tinggi. Sehingga anak-anak kita akhirnya mendapatkan pesan
bahwa tidak ada nilai yang lebih tinggi, sehingga mereka tidak mengenal Tuhan.
Ini adalah kesalahan fatal dalam masyarakat kita karena mengabaikan
spiritualitas dalam pendidikan.
Jadi, tujuan dari pendidikan spiritual adalah untuk memenuhi
potensi ilahi anak-anak, dan untuk mempersiapkan mereka untuk kehidupan dengan
memberi mereka alat yang mereka butuhkan untuk terus belajar melalui banyak
pengalaman yang akan datang kepada mereka.
Ketika kita berbicara tentang pendidikan spiritual, yang kita maksud bukanlah jenis pendidikan agama semata. Yang kami maksud adalah membantu anak-anak memahami nilai-nilai luhur budaya spiritual asli dari bangsa ini. Jika hal tersebut bisa diterapkan akan menciptakan bangsa yang berkepribadian dan berkarakter. Bukan sebaliknya, hanya memindahkan paham-paham asing secara utuh yang pada gilirannya akan mengakibatkan bangsa ini menjadi terjerat utang riba yang menggunung dalam cengkeraman kapitalis dan terjebak dalam jeratan utang (Debt Trap Diplomacy) Cina Komunis.
Tujuan lain dari pendidikan spiritual adalah untuk membangun
pribadi di semua tingkatan. Kita adalah makhluk tritunggal yang terdiri dari
tubuh, pikiran, dan jiwa, dan jika ada bagian dari kita yang kelaparan dengan
mengorbankan yang lain, maka kita belum lengkap. Mungkin banyak dari kita
pernah mendengar kata-kata Tridaya Shakti yaitu Cipta,
Rasa
dan Karsa. Tetapi sangat
sedikit dari kita memahami secara mendalam tentang Tridaya ini. Inilah sebuah
kekuatan maha dahsyat yang ada pada diri kita yaitu kekuatan Cipta, Rasa dan
Karsa/Kehendak.
Karena itulah dalam tradisi budaya Nusantara, resep sukses
itu terangkum dalam istilah cipta, rasa dan karsa. Tiga komponen kata tersebut
merupakan satu kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan (tritunggal). Pada
masa lalu, kemampuan manusia dalam mengolah cipta, rasa, karsa telah
menghasilkan peradaban menakjubkan.
Cipta, rasa dan karsa merupakan kekuatan
manusia dalam mempertahankan kelangsungan hidup. Inilah yang melahirkan
peradaban besar di masa lalu, sebagaimana ditunjukkan orang-orang yang hidup
pada masa Majapahit, Mataram, Singasari, Demak, Sriwijaya, dan lain-lain. (az).