SKJENIUS.COM, Jakarta.-- Prahara Covid-19 telah menghantam, hampir seluruh sektor kehidupan, tak hanya kesehatan. Sektor ekonomi juga mengalami dampak serius akibat pandemi virus corona. Namun, hingga saat ini pemerintah menyatakan bahwa belum ada tanda-tanda penularan virus corona mengalami penurunan. Maka, penularan virus dari Cina ini masih mengganas di tengah masyarakat, sehingga jumlah kasus Covid-19 di Tanah Air terus bertambah.
Berdasarkan data pemerintah hingga Senin (31/82020) pukul
12.00 WIB, ada penambahan 2.743 kasus baru Covid-19 dalam 24 jam terakhir.
Penambahan itu menyebabkan total kasus Covid-19 di Indonesia saat ini mencapai 174.796
orang, terhitung sejak awal pandemi. Karena itulah di tengah
pendemi Covid-19 saat ini, masyarakat benar-benar membutuhkan
suatu Kebijakan yang mumpuni dari pemerintah terhadap antisipasi
penyebaran wabah tersebut. Namun sayangnya, Kebijakan yang diambil
oleh pemerintah kerap kali menuai kritik dari sebagian masyarakat Indonesia.
Padahal, pandemi ini tidak hanya berdampak pada gangguan
kesehatan saja, namun juga berdampak pada perekonomian masyarakat dan kehidupan
sosial. Daya beli masyarakat merosot drastis. Badai PHK menerjang, pengangguran
bertambah. Kemiskinan meningkatkan, kesenjangan tambah lebar. Ekonomi sudah anjlok,
pada Kuartal II 2020, Minus 5,32%, Siap-siap Resesi di Depan Mata!?
Demikianlah berbagai problem yang mendera bangsa Indonesia
saat ini. Namun demikian, sebagai bangsa yang percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa tentu kita meyakini
bahwa ada Pesan Spiritual di balik musibah ini. Sehingga prahara corona
ini tidak hanya disikapi sebagai gejala alam semata. Namun, wabah virus dari
Cina ini, sesungguhnya adalah "Pepeling" (peringatan) dari
Allah Yang Maha Kuasa. Pandemi ini adalah Ayat-ayat-Nya yang ingin menyadarkan
manusia, betapa tidak berdayanya mereka di hadapan Kuasa Tuhan Yang Maha Esa.
Karena itu, road map penanangan corona ini tidak cukup hanya
mengandalkan Rasional Emprik dan Protokol Kesehatan semata. Namun, diperlukan
holistik problem solving, memadukan aspek Teologis, Medis dan Ekonomis. Maka,
kita harus segera mendekatkan diri kepada Allah agar bersama-Nya kita bisa
mengubah wabah ini menjadi berkah. Jadi, marilah kita jadikan, pandemi ini
sebagai momentum kembali ke Jati Diri bangsa yang Sejati.
Mengubah Corona Jadi
Karunia-Nya
Harus kita sadari, Virus corona yang kecil itu telah sukses
mengubah dunia dalam waktu cepat. Perubahan pun terjadi di berbagai aspek,
mulai dari ekonomi, kesehatan, pendidikan, sosial, bahkan politik. Maka, marilah kita sikapi dan kelola perubahan itu
sesuai Petunjuk-Nya. Semoga corona berubah menjadi Karunia-Nya yang dapat
memicu kebangkitan bangsa dan perbaikan kualitas hidup rakyat Indonesia secara
adil dan merata.
Imbauan pemerintah agar masyarakat menghindari kerumunan (social distancing) — bekerja, belajar,
dan beribadah di rumah (stay at home) —menjadi kesempatan
untuk orang-orang menarik diri dari komunal kepada personal, dari keramaian
kepada kesunyian, dari kebisingan ke dalam keheningan. Bukankah, selama ini
kita hidup di dunia yang bising dan mengganggu, di mana keheningan menjadi
sesuatu yang semakin sulit didapat, sehingga tak dapat ditampik bahwa sedikit
banyak akan mempengaruhi secara negatif kesehatan, jiwa dan pikiran kita.?
Menepi sejenak dari berbagai kesibukan duniawi. Otak kita
Butuh Keheningan. Tutup mulut dan hidung (cover your mouth and nose with mask)
agar bisa melakukan kontemplasi, sehingga dapat mendengar suara hati. Keheningan
menjadi tempat sakral di mana seseorang secara personal menata kembali
spiritualitasnya. Di dalam keheningan, seseorang dapat fokus mendengarkan Petunjuk
(Hidayah)
Allah bagi dirinya dan mendengarkan realitas dunia yang sedang kita hadapi.
Hidayah tidak dapat dibeli, tapi ini adalah nikmat Allah yang hanya dianugerahkan kepada hamba-Nya yang dikehendaki-Nya. Seperti firman Allah SWT berikut ini: "Sesungguhnya, kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk." (al-Qashash: 56).
Sekarang-ketika pemerintah telah memberlakukan Pembatasan
Sosial Berskala Besar (PSBB)—adalah saat yang tepat bagi kita untuk berserah
diri, mohon petunjuk-Nya, menata diri, berfakkur, menggali potensi diri. Kita
harus memanfaatkannya bukan sekadar sebagai mekanisme sosial untuk menahan laju
penyebaran Covid-19, melainkan juga mekanisme refleksi, menakar dan menata
kualitas diri. Yakinlah, Allah akan memberi petunjuk dan solusi terbaik untuk
kita semua. (az)