JAKARTA, SKJENIUS.COM.— Setiap bangsa di bumi ini mempunyai sejarah masing-masing meski tidak semua bangsa mempunyai catatan sejarah secara tertulis. Dengan mempelajari sejarah sama dengan mengenal diri sendiri. Sebaliknya, melupakan sejarah sama dengan orang yang menderita hilang ingatan.
Karena itulah, baru-baru ini, Jagad Nusantara Heboh dengan adanya Wacana Mata Pelajaran Sejarah Dihapus. Pasalnya, hilangnya pelajaran sejarah akan berbuntut pada bubarnya negara Indonesia. Tanpa sejarah, suatu bangsa akan bermasalah. Bangsa tuna atau nir sejarah adalah bangsa yang tak punya nilai kebangsaan. Jika mata pelajaran sejarah akan 'dihilangkan', maka rakyat Indonesia akan kehilangan identidas dan jati diri mereka.
Sejarah merupakan komponen penting bagi Indonesia sebagai bangsa yang besar sehingga senantiasa harus menjadi bagian kurikulum pendidikan. Sejarah Nusantara merupakan petunjuk tentang apa dan siapa Manusia Nusantara itu sebenarnya. Sejarah adalah pengalaman manusia dan ingatan manusia dalam upaya mereka mengembangkan Budaya Luhur dan Peradaban Adhiluhung di masa Keemasan Bumi Nusantara
Dengan mempelajari sejarah Nusantara, kita bisa belajar tentang sejarah peradaban Nenek Moyang kita dalam membangun Masyarakat Nusantara dengan pola Toto Tentrem Kerto Raharjo. Sehingga mewujudkan Negeri Gemah Ripah Loh Jinawi. Pola-pola dalam sejarah ini adalah petunjuk bagi kita untuk jadi lebih bijak, lebih cerdas, & juga modal pengetahuan untuk membangun peradaban yang lebih baik di masa depan! Marilah kita belajar dari masa lalu, agar kita bisa mewujudkan Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Nusantara, Negeri para Creator Unggul
Kisah manusia dibatasi oleh waktu, ruang dan tempat manusia itu berada. Dari sudut pandang waktu dan ruang, kreativitas manusia di masa lampau berbeda dengan kreativitas manusia masa kini. Pemahaman tentang ruang dan waktu diperlukan untuk dapat mengembangkan kemampuan berpikir dan Mencipta secara kronologis.
Karena itulah, jika, kita mau meluangkan waktu untuk mempelajari Sejarah Budaya dan Peradaban Nusantara, kita akan menemui kenyataan bahwa Nenek Moyang kita adalah para Creator Ulung, Pencipta yang Kreatif. Lihatlah Candi Borobudur di Jawa Tengah, amatilah Rumah Gadang di Minangkabau, telitilah sejarah Keraton Solo, Cermatilah pembuatan perahu Pinisi di Sulawesi Selatan dan jelajahi berbagai pelosok Indonesia ini, maka kita akan menemukan berbagai hasil Karya Cipta Nenek Moyang kita yang Trus Karyo Tataning Bhumi.
Seiring dengan itu, marilah kita keliling Indonesia untuk menikmati aneka makanan dan minuman selera Nusantara yang Nikmat dan Lezat. Dan janganlah lupa untuk bertanya tentang sejarah dan asal-usul masakan dan minuman yang Anda nikmati itu. Maka, kita akan bedecak kagum setelah mengetahui proses creative dalam penciptaan “Tulang-belulang” menjadi “Sop Tengkleng Solo” yang membuat lidah kita menari ketika merasakan kelezatannya.
Saya mendapat penjelasan dari seorang Tokoh Masyarakat Bekasi, KH. Yus Darniyus, SY, S.Ag yang menceritakan tentang proses Penciptaan “Gabus Pucung”, makanan/lauk kesukaan orang Betawi dan Bekasi. Karena itu, jika Anda berkunjung ke Bekasi atau Cikarang, sempatkanlah untuk menikmati si Hitam yang terkenal dari Bekasi ini.
Menurut sejarahnya, Gabus Pucung berawal dari ketidakmampuan masyarakat Bekasi di zaman kolonial Belanda untuk mengkonsumsi ikan mas, mujair atau bandeng yang dirasa mahal bagi rakyat jelata. Untuk itu, dimasaklah ikan gabus yang berkembang biak secara liar dengan menambahkan pucung atau kluwek sebagai bumbunya untuk menghilangkan aroma amis. Sehingga sayur gabus pucung pun tercipta menjadi masakan lezat.
Sebelum Tahun 1970-an, Kota Bekasi dan Cikarang masih berupa rawa-rawa. Belum banyak permukiman mewah ataupun gedung tinggi seperti sekarang. Keberadaan rawa di sana, akhirnya dimanfaatkan tumbuhan dan binatang untuk bertahan hidup. Seperti halnya ikan gabus yang hidup subur di sana. Ribuan ekor ikan gabus hidup bebas di rawa itu. Warga Bekasi yang Inivatif melihat potensi pangan, kemudian memanfaatkan situasi ini dengan Kreatif untuk mengolah ikan gabus menjadi makanan.
Tentu saja masih banyak lagi kisah-kisah Peciptaan yang penuh kreativitas dan inovasi hasil kreasi Nenek Moyang kita sebagai Creator Unggul di masanya, baik di masa Hindu Budha maupun setelah Islam berakulturasi dengan Budaya Nusantara. Hasil Cipta Karya bukan hanya dalam hal makanan dan kebendaan (tangible) tapi juga dalam hal yang tidak berwujud (intangible) berupaya falsafah hidup, ular-ular, pamali, Pepatah Petitih, Syair, Gurindam, Pantun dan berbagai karya seni dan sastra.
Solusi Spiritual: Jawaban untuk Tantangan Terbesar dalam Hidup
Sejarah Nusantara mencatat bagaimana Tradisi Spiritual dapat membantu manusia melepaskan diri dari Jeratan Masalah, Kesulitan Alam dan Tantangan Zaman, kemudian bangkit dengan yang Cara Ilahiyah. Guru Mursyid kita, Syaikh Inyiak Cubadak senantiasa, mengingatkan, “Selalu Ada Solusi Spiritual untuk Setiap Masalah. Kita hanya perlu belajar Cara Mengakses-Nya!”
Nenek Moyang kita adalah Penghayat dan Pengamal Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu, mereka Percaya bahwa Tuhan adalah Sang Pencipta. Oleh karena itu, setiap menghadapi masalah, tantangan alam maupun ketika akan menciptakan sesuatu Beliau-beliau itu senantiasa terlebih dahulu, meninggalkan kesibukan duniawi pergi menyepi untuk memohon Petunjuk dan Bimbingan dari Yang Maha Kuasa
Karena itulah orang bijak di masa lampau, mampu berbuat benar dan akan lebih tegar menghadapi masalah dan kondisi alam. Ketegaran Beliau-beliau yang mengenal nilai-nilai spiritual sebagai penghayat Ketuhanan Yang Maha Esa sungguh mumpuni. Reflek pertama pasti dengan kejernihan batin introspeksi, mawas diri apa sebab kejadian luar biasa ini? Nenek Moyang kita percaya bahwa semua kejadian tentang kondisi alam, serangan musuh dan bencana apapun tentu tak terlepas dari kehendak Tuhan Yang Maha Esa.
Karena itulah, untuk menemukan solusi atas berbagai problem yang dihadapi Nenek Moyang kita melakukan perjalanan spiritual ke Hadhirat-Nya. Sebagaimana selalu diingatkan oleh Guru Mursyid kita, Allahyarham Doctor Bagindo Muchtar akan pentingnya menata batin dalam bersembah sujud kepada Tuhan Yang Maha Esa mohon ampunan-Nya dan mohon bimbingan petunjuk dalam kecerdasan spiritual agar memperoleh jawaban tentang musibah apakah ini hanya gejala alam semesta biasa (Sunnatullah), atau akibat makrokosmos dan mikrokosmos tidak harmoni lagi. Nah, apabila itu yang terjadi, ketidakharmonisan jagad cilik dan jagad gedhe tentu ada peringatan dari Tuhan Yang Maha Esa.
Oleh karena itu, Spiritualisme Kepercayaan terhadap Tuhan YME selalu menjadi Solusi Spiritual Bangsa Nusantara dalam mengatasi berbagai problema kehidupan yang mereka hadapi. Maka, mereka yang Percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa tentu bisa menata ulang sistem kehidupan, teknologi, ekonomi, sosial dan politiknya agar selaras antara dirinya (alam mikro) dengan lingkungan hidupnya (alam mikro), antara jiwa, pikiran dan tubuhnya. Sehingga kehidupan pribadinya dapat kembali harmonis dengan masyarakat di sekitarnya. Inilah yang dikenal dengan istilah "Tri Hita Karana". Yakni Keharmonisan Diri dengan Tuhan Yang Maha Kuasa dan keselarasan Individu dengan sesama manusia di sekitarnya serta keseimbangan hidup antara manusia dengan alam sebagai ekosistem kehidupannya.
Dengan demikian, berbagai problema kehidupan, krisis, tantangan zaman, kemajuan teknologi dan perkembangan dinamika kehidupan sosial masyarakat bukanlah suatu masalah yang harus dihindari, apalagi ditakuti. Justru kesemuanya menuntut para penghayat kepercayaan dapat beradaptasi. Maka, para pewaris nilai-nilai budaya leluhur ini harus mampu menunjukkan eksitensi mereka di tengah arus zaman. Jadi, wabah corona, resesi ekonomi adalah kesempatan bagi mereka yang Percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk menunjukkan eksitensi diri. Oleh karena itu, para Pewaris Nusantara, sebagai Penghayat dan Pengamal Kepercayaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa harus berani tampil percaya diri di depan publik.
Be Creative like your Creator
Ekspresi pertama Allah, kita diperkenalkan ke dalam Al-Qur'an adalah sebagai Pencipta - Sang Inovator. “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan.'' (QS Al-'Alaq : 1).
Dari posisinya sebagai wahyu pertama serta dari cara Jibril menyampaikan kepada Rasulullah SAW, ayat ini memiliki kedudukan istimewa. Ia berisi pesan-pesan fundamental yang diberikan kepada Rasulullah SAW secara khusus dan umatnya secara umum.
Di antaranya, pesan untuk 'membaca'. Pesan ini sangat penting agar manusia memfungsikan sejumlah perangkat indrawi yang Allah SWT anugerahkan, seperti penglihatan, pendengaran, hati, dan akalnya secara optimal. Namun tidak boleh hanya sekadar membaca. Tapi, proses membaca tadi harus dilakukan karena Allah SWT dan untuk-Nya. Inilah pesan selanjutnya yang bisa diambil dari ayat di atas.
Ini pula yang seharusnya menjiwai proses penelaahan, penalaran, pengamatan, dan pembelajaran oleh seorang Muslim. Dirinya harus selalu terkait dengan Allah Sang Pencipta. Senantiasa berkata dan beramal untuk dan atas Nama-Nya, serta bergerak bersama Iradat dan Qudratullah.
Dalam menciptakan, Allah mengisi alam semesta dengan keteraturan dan keindahan yang tak terbayangkan, Allah adalah yang paling bahagia. Jika Allah adalah Maha Bahagia, .maka begitu juga dengan kita, hamba-Nya, harusnya juga bahagia. Karena itulah, kita harus mampu menemukan kebahagiaan dengan cara melakukan hal-hal yang menantang, memiliki tujuan, dan yang dapat kita atasi. Yakinlah! Anda akan merasakan sebuah kebahagiaan yang luar biasa ketika selesai menghadapi suatu tantangan hidup.
Untuk itu, marilah kita mendekatkan diri kepada Allah. Kita akan mencapai hubungan langsung dengan-Nya melalui ruh yang Dipancarkan-Nya ke dalam Badan Diri kita. "Fa iżā sawwaituhụ wa nafakhtu fīhi mir rụḥī. (Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kupancarkan kepadanya ruh-Ku)." (QS. Shad : 72).
Sehingga pada saat kita terhubung (connected) dengan-Nya, maka Dia akan memberi Pencerahan, Petunjuk dan Pertolongan-Nya. Atau seperti yang kita katakan dalam bahasa modern, kita menemukan inspirasi (in-spirit-asi). Kita terinspirasi !!!
Jadi, menciptakan menjadi lebih dari sekedar pengejaran artisanal. Menciptakan menjadi usaha Ilahiyah. Itu adalah ekspresi Allah di dalam kita. Dalam tindakan menciptakan kita menjadi terhubung dengan diri kita sendiri dalam keadaan kita yang paling ma'rifatullah sebagai Khalifah-Nya di Bumi Nusantara ini. Tuhan bertindak melalui kita.
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang paling sempurna. Manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya tentu berbeda. Dibanding pepohonan yang juga bisa berkembang biak dan dibanding hewan yang juga bisa beranak-pinak, jelas manusia jauh lebih sempurna.
Sebab manusia dengan kasih sayang Allah SWT diberi akal. Kemampuan berfikir pada diri manusia itulah yang menjadi pembeda bahwa manusia adalah makhluk tersempurna. “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS. Attin : 4).
Manusia pun diberikan kemampuan untuk Menciptakan sesuatu dari hasil Ciptaan-Nya itu. Itulah ke-Maha Kuasa-an Allah SWT. Maka, sebagai pencipta, kita juga harus kreatif. Setiap orang dari kita memiliki kreativitas di dalam diri kita. Namun, seringkali ia terkubur begitu dalam di bawah semua sampah sehingga kehidupan, pendidikan dan kebiasaan buruk yang dipelajari telah menumpuk di atasnya. Kita harus menggali lebih dalam untuk menemukan diri kreatif kita. Jangan ragu, itu ada!
Bahkan untuk yang terkubur paling dalam, kadang-kadang menemukan jalan keluar ketika kita terjebak dalam melakukan tindakan yang bersifat Ilahiyah disaat Dia memberi kita kapasitas dan kemampuan untuk melaksanakan. Sering kali, sama sekali tidak ada hubungannya dengan apa yang kita lakukan untuk mencari nafkah.
Guru Mursyid kita, Doctor Bagindo Muchtar mengingatkan, “Ketika kita fokus pada yang Ilahiyah dalam penyerahan akhir, kita melampaui kepedulian dunia dan kreativitas yang ada di dalam diri kita berkembang.”
Maka, pada saat itu, kita "manunggal" dengan Allah di dalam Iradat dan Qudrat-Nya, Dia pun memberikan pencerahan (illumination) dengan Nama dan Sifat-Nya. Sang Pencipta Ngejawantah" (mengekspresikan) diri-Nya melalui kita dalam tindakan kreativitas tertinggi.
Semoga tulisan ini bisa memberi inspirasi dan tambahan semangat dalam upaya Anda untuk Meningkatkan Kesadaran Diri dan Mengembangkan Potensi Anda (To Improve Self-Awareness and Develop Your Potential). Semoga Anda menjadi insan yang Kreatif dan Inovatif seperti Pencipta kita. Untuk itu, Anda perlu belajar cara mengakses-Nya. Temuilah Guru Spiritual yang dapat membimbing Anda melakukan Perjalanan Spiritual Menuju Pusat Kreativitas dan Inovasi (Spiritual journey to the center of creativity and innovation). (az).