SKJENIUS.COM, Jakarta.— Sekalipun, sudah 75 tahun merdeka, namun Isu SARA selalu menjadi hal yang sensitif di Indonesia. Bahkan, seringkali isu SARA mewarnai pelaksanaan Pemilu, Pilpres dan Pilkada. Indonesia adalah negara yang memiliki banyak sekali suku bangsa. Selain itu, negara ini juga memiliki 6 agama resmi dijalankan secara berdampingan. Itulah Bhinneka Tunggal Ika yang menjadi semboyan Indonesia. Sayangnya dalam beberapa hal, keberagaman ini justru menjadi masalah yang sangat besar. Bahkan bisa memicu suatu bentrokan hingga perang.
Karuan saja, banyaknya kasus SARA (suku, agama, ras, dan antar golongan) yang terjadi di masyarakat, tentu membuat sebagian masyarakat merasa risih dan takut akan terjadinya kejadian yang tidak diinginkan. Kasus SARA yang terjadi di masyarakat kebanyakan bermula dari kaum muda. Terbilang dari kasus yang kecil dapat menyebar menjadi kasus yang besar akibat ulah anak muda.
Karena itulah, Kita berharap agar Pemerintah Pusat dan Daerah, sebagai institusi yang berkuasa, seharusnya menyadari persoalan krusial ini. Bukanlah tugas pemerintah yang seharusnya memberikan jaminan keamanan bagi setiap warga negara seyogyanya diperankan dengan maksimal? Maka, pemerintah perlu mewaspadai sejak dini serta mencegah terjadinya konflik SAR. Pencegahan bahaya konflik SARA perlu diwujudkan melalui kemitraan dengan berbagai pihak, terutama Pemuka Agama, Pemangku Adat dan Tokoh Pemuda agar tercipta ketentraman dan ketertiban di masyarakat.
Sudah banyak konflik yang timbul akibat dari isu isu sara yang beredar dimasyarakat. Tentu saja paham ini akan mengancam kesatuan dan persatuan dalam kehidupan bernegara seperti juga contoh konflik antar Agama. Demikian juga paham politik SARA dapat menciptakan kebencian antar umat beragama sehingga memicu timbulnya tindakan kekerasan.
Padahal jika diperlajari tidak ada satu agamapun yang menganjarkan hal demikian. Agama diciptakan agar manusia dapat membedakan hal yang baik dan yang benar. Banyak konflik yang timbul akibat isu sara yang terus berkembang. Biasanya isu tersebut diciptakan oleh pihak yang memiliki kepentingan. Lalu sebenarnya apa sajakah yang menyebabkan hal ini terjadi. Berikut 10 penyebab konflik sara yang wajib diketahui dan diwaspadai.
- Beragam Tanpa Spiritualitas, Sehingga Menimbulkan Kegersangan Jiwa di tengah Umat,
- Krisis Budaya dan Lunturnya Kearifan Lokal di tengah Masyarakat
- Pemahaman Sempit Para Penganut Paham (Mazhab) yang Menganggap Paham yang Dianut Paling Benar,
- Perbedaan Penafsiran Terhadap Isi Kitab Suci yang Diyakini
- Kurangnya Pemahaman Atas Kebebasan Dalam Bergama dan Beribadah,
- Mengusung Paham Radikalisme,
- Masalah Lokasi Tempat Ibadah,
- Kurangnya Kesadaran Politisi dalam Berpolitik, Sehingga Menjadikan Isu SARA dalam Kampanye,
- Kurangnya Kesadaran Masyarakat Akan Toleransi dan Keharmonisan,
- Merebaknya Sikap Individualisme yang melemahkan Soludaritas Sosial.
Sehubungan dengan hal tersebut di Atas, Dewan Perancang Partai Nusantara Bersatu, menawarkan Tasawuf Transformatif sebagai solusinya. Pasalnya, tak bisa dinafikan bahwa terdapat beberapa problem spiritualistas manusia yang terjadi di masyarakat dewasa ini seiring dengan perkembangan zaman.
Hal ini diantaranya terlihat dengan semakin menyebarnya gaya hidup ‘life style’ manusia yang meniru western civilization style atau gaya hidup budaya barat dan sikap Individualisme yang semakin hari semakin marak. Infiltrasi ini sangatlah merusak terhadap sikap, akhlak, tradisi dan kebudayaan bahkan peradaban Islam pada umumnya.
Untuk mengobati problem ini, Guru Mursyid kita, Allahyarham Syaikh Inyiak Cubadak dan KH. Muhammad Zuhri sudah mengajarkan sebuah konsep ibadah untuk selalu mendekatkan diri kepada nilai nilai agama dengan baik dan Benar. Karena pada hakikatnya bukanlah karena mereka tidak beragama melainkan jauh dari Islam yang sebenarnya. Diantara konsep yang diajarkan Beliau adalah Tasawuf Transformatif.
Bertasawuf sejatinya mempunyai peran penting dalam mengatur kehidupan, tetapi sering dijadikan hal sepele yang banyak ditinggalkan bahkan jarang dipikirkan oleh pribadi muslim. Padahal ia laksana sebutir obat untuk menyembuhkan polemik spiritualitas masyarakat dewasa ini guna mempersiapkan kehidupan yang husnul khatimah di dunia dan akhirat. Oleh sebab itu, seseorang harus mengembalikan pemahaman tentang tasawuf yang haqiqi sesuai dengan urgensi dan konsepnya.
Dalam ajaran Tasawuf Transformatif inilah para Guru Mursyid kita menekankan untuk melaksanakan keberagaman sesuai dengan ilmu, iman dan implementasikan dalam kehidupan bermasyarakat dengan amal perbuatan. Implementasi Iman dalam kehidupan masyarakat itu, diwujudkan dalam sikap dan perilaku moderat dalam pelaksanaan kehidupan beragama serta terjalin hubungan yang harmonis antar umat beragama.
Sikap dan perilaku moderat inilah yang perlu dibangun sejak dini untuk menumbuhkan sikap harmonis sebagai sarana mencegah SARA dan mampu meluruskan masalah untuk membangun toleransi kerukunan umat beragama. (az).