SKJENIUS.COM, Jakarta.- Tak dapat dipungkiri bahwa Wabah Corona Sadarkan Kita akan Rapuhnya Sistem Kesehatan Nasional. Dalam tempo enam bulan ini, Pandemi Covid-19 Mengungkap Banyak Kekurangan di Sektor Kesehatan. Pemerintah harus mengakui Indonesia masih banyak memiliki kekurangan di sektor kesehatan. Fakta itu tergambar jelas saat Indonesia menghadapi COVID-19.
Karena itulah, pemerintah Jokowi-Ma'ruf harus menata ulang
sistem kesehatan nasional Indonesia, termasuk mengalokasikan anggaran untuk
fasilitas kesehatan. Hal tersebut dilakukan untuk mewaspadai, jika terjadi
pandemi corona gelombang selanjutnya.
Berbagai kekurangan pada sektor kesehatan itu terlihat dari
pemenuhan kebutuhan bahan baku obat dan alat kesehatan yang mayoritasnya masih
diperoleh dari negara lain alias impor. Saat ini, Indonesia masih impor 95
persen. Dengan demikian, apa yang bisa kita produksi sendiri dan apa saja yang
kita beli dari negara lain, sekarang kelihatan semuanya. Demikian juga dengan
tenaga medis, rasio dokter, rasio dokter spesialis, perawat, apa cukup
menghadapi situasi seperti saat ini?
Negara Kaya Tapi
Kurang Sehat ?
Indonesia adalah negara kaya raya. Tanahnya subur, air
melimpah, sinar matahari cerah, musim pun teratur. Bumi dan lautannya
mengandung sumber daya alam yang membuat iri negara lain di dunia. Namun,
ironisnya dengan tingkat perekonomian dan sumber daya alam yang luar biasa itu,
Indonesia ternyata belum mampu menyelesaikan permasalahan kesehatannya dengan
baik.
Hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya angka kematian
ibu yang merupakan salah satu indikator termudah yang paling sering digunakan
untuk mengukur derajat kesehatan di Indonesia. Tingkat kematian ibu melahirkan
di Indonesia dinilai masih berada dalam taraf yang mengkhawatirkan. Dari 1.000
kelahiran hidup, sekitar 30 persen mengalami kematian.
Meiwita Budhiharsana dari Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia mengatakan, berdasarkan data pada 2018 – 2019, angka
kematian ibu di Indonesia masih tinggi, yakni 305 per 1.000 kelahiran hidup.
Angka yang muncul hampir 30 persen itu masih dianggap tinggi jika dibandingkan
Malaysia, yakni hanya 17 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.
Jangan Sampai Bonus
Demografi Jadi Bencana!
Indonesia merupakan negara dengan penduduk terpadat keempat
di dunia setelah Cina , India , dan Amerika Serikat. Berdasarkan Data
Kependudukan Semester I Tahun 2020, jumlah total penduduk Indonesia per tanggal
30 Juni sebesar 268.583.016 jiwa. Dari jumlah itu terdiri 135.821.768
penduduk laki-laki atau naik sebesar 0,71 persen dibanding tahun lalu (134.858.411
jiwa), dan 132.761.248 penduduk perempuan atau naik 0,82 persen dibanding tahun
lalu (131.676.425 jiwa).
Karuan saja, jumlah penduduk yang banyak ini, menurut Andreas Wiratmo Situmeang, Perencanaan Wilayah Kota (2016) Institut Teknologi Sepuluh November, tidak dipungkiri akan menimbulkan masalah-masalah yang kompleks , salah satunya adalah masalah mengenai pelayanan kesehatan terhadap penduduk yang sedemikian banyaknya.
Pemerintah dituntut untuk dapat memberikan pelayanan
kesehatan yang baik untuk penduduknya sendiri karena hal itu nantinya akan
menjadi “bonus” tersendiri untuk suatu negara jika pelayanan kesehatannya
sudah baik dan hal tersebut nantinya menaikkan status negara menjadi
negara dengan penduduk yang sehat.
Kesehatan merupakan investasi penting untuk mendukung
pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan
kependudukan lainnya seperti kemiskinan karena suatu negara tanpa penduduk yang
sehat tidak akan mungkin dapat membangun negaranya sendiri.
Pelayanan kesehatan merupakan faktor penting untuk
meningkatkan “taraf sehat” dari penduduk itu sendiri. Namun nyatanya hingga
saat ini Pelayanan Kesehatan di Indonesia belum bisa dikatakan cukup memadai
untuk seluruh penduduk Indonesia terutama untuk penduduk yang tinggal di daerah
timur Indonesia seperti Maluku, NTT, NTB dan Papua. Sehingga bonus demografi , nantinya tidak berubah jadi bencana.
Pasalnya, realita hari memprihatinkan, kendati memiliki sumber daya alam (SDA) yang
melimpah, hal ini tidak serta merta menjadikan Indonesia Negara yang makmur dan
bebas dari sejumlah masalah fundamental suatu Negara. Salah satu dari
permasalahan fundamental tersebut adalah masalah kesehatan. Faktanya, Indonesia
masih memiliki rapor merah ihwal kesehatan, menurut data dari Organisasi
Kesehatan Dunia atau WHO. Apa saja itu?
10 Masalah Kesehatan di Indonesia
Berdasarkan penilitian dan inventarisasi masalah di tengah masyarakat, Dewan Perancang Partai Nusantara Bersatu mencatat, setidaknya ada 10 masalah utama yang menjadi problem dunia kesehatan di Tanah Air, yaitu :
- Akses Kesehatan belum merata dan Rendahnya Mutu Pelayanan Kesehatan Penduduk,
- Harga obat, biaya berobat dan alat kesehatan (alkes) yang tinggi serta rendahnya penggunaan alat kesehatan buatan dalam negeri,
- Kurangnya Perhatian Pemerintah Terhadap Pengembangan Obat Asli Indonesia, Jamu dan Herbal,
- Mahalnya Iuran BPJS,
- Malnutrisi atau gizi buruk,
- Kematian Ibu dan Bayi Masih Tinggi,
- Penyakit Menular dan Tak Menular,
- Tingginya Gangguan Jiwa,
- Jumlah tempat tidur rumah sakit Indonesia masih kurang,
- Distribusi Tenaga Medis Belum Rata, Masih Ada Puskesmas Kurang Dokter Gigi.
Seiring dengan hal tersebut di atas, pemerintah juga perlu mengatasi beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya problematika kesehatan masyarakat Indonesia. Antara lain karena Kurangnya Pengetahuan Masyarakat Tentang Kesehatan. Sebagian dari masyarakat khususnya masyarakat didaerah yang terpencil, mereka belum mengetahui berbagai macam penyakit, bagaimana mencegahnya, dan bagaimana mengatasinya. Hal ini merupakan faktor yang penting untuk diselesaikan. Karena dengan pengetahuan tentang kesehatan, masyarakat dapat menjaga kesehatan dirinya sendiri dan lingkungannya agar tidak ada penyakit yang menimpa dirinya.
Oleh karena itu, Dewan Perancang Partai Nusantara Bersatu, mendesak pemerintah agar kebijakan
pembangunan kesehatan diarahkan pada upaya meningkatkan akses dan mutu
pelayanan kesehatan melalui peningkatan upaya promotif dan preventif untuk
Membentuk Sumber Daya Manusia (SDM) Unggul menuju Indonesia Maju 2045. Sehingga
pada Bonus Demografi mendatang Indonesia dapat memperoleh sumber daya manusia
(SDM) yang unggul dan berdaya saing. (az).