SKJENIUS.COM, JAKARTA.- Alhamdulillah. Seiring wabah corona yang mengancam kesehatan dan memporakporandakan perekonomian, ternyata virus dari Cina ini telah mengoreksi berbagai aspek kehidupan manusia. Covid-19 mempertontonkan kepada kita semua betapa rapuhnya kehidupan yang berlandaskan materialisme dan rasio semata.
Prahara yang meluluhlantakkan perekonomian global ini, memerintahkan kita untuk berhenti sejenak dari berbagai aktivitas yang menyibukkan kita siang malam. Kita harus melakukan Social Distancing, diam di rumah (Stay at Home). Virus yang menebar kecemasan ini, seakan memaksa kita untuk merenung, melakukan Refleksi Diri. Sehingga di dalam suasana hening dan damai, kita bisa mendengar suara tanpa rupa yang mengarahkan kita untuk mengerti tentang Sejatining Urip.
Manusia satu-satunya makhluk eksistensialis, yang posisinya fluktuatif, bisa turun-naik martabat dan maqam-nya di sisi Allah. Karena itu manusia sesungguhnya selalu melakukan perjalanan spiritual. Virus Corona memaksa kita berdiam di rumah agar kita bisa melakukan perjalanan spiritual ke dalam diri, menyelam ke lubuk hati.
Dalam Al-Qur’an disebutkan: “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (Q.S. al-A’raf :179)
Karena itu, marilah kita berusaha mencerna semua arahan dari pesan Ilahiyah yang disampaikan-Nya seiring wabah coronavirus ini dan membiarkan arahan itu mengkristal menjadi satu tekad. Pasalnya, kita memang perlu punya sebuah tekad agar bisa mengerti kesejatian berbagai hal dalam kehidupan agar hidup yang kita jalani menjadi berarti.
Apalah artinya hidup yang panjang, jika itu semua berlalu hanya untuk makan, minum, bersenggama, tanpa tumbuh kesadaran akan arti dari hidup itu sendiri. Sejauh saya mengerti, tanggung jawab menjadi manusia, dan ini yang kemudian membedakan kita dengan hewan, adalah mencapai Pencerahan (Illumination) dan Kesadaran (Consiusnes).
Dalam diri manusia sebenarnya ada potensi atau kekuatan-kekuatan. Ada yang disebut fitrah yang cenderung kepada kebaikan dan ada pula yang disebut dengan nafsu yang cenderung pada keburukan. Namun sayangnya, manusia terkadang cenderung mengikuti hawa nafsunya. Manusia seringkali dikendalikan oleh nafsunya bukan mengendalikannya. Jika manusia telah dikendalikan oleh nafsunya maka dia telah mempertuhankan nafsunya tersebut.
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, Allah menyesatkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya serta meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (menyesatkannya)”. (QS. Al-Jaatsiyah: 23)
Dengan penguasaan nafsu tersebut di dalam diri seseorang maka berbagai penyakitpun timbul pada dirinya, seperti : sombong, membanggakan diri, riya’, buruk sangka, kikir, & sebagainya. Penyakit-penyakit itu yang akan menghalangi manusia dalam menghadapi perjalanan spiritual.
Untuk itulah kita perlu melakukan Ziarah ke Makam Guru Mursyid kita, Allahyarham Syaikh Inyiak Cubadak, sebagai suatu proses Menjemput Pencerahan dan Kesadaran Spiritual. Sebab dengan melakukan “perjalanan religius” ini akan banyak manfaat yang dapat kita peroleh. Berziarah ke makam Guru Mursyid kita, para ulama dan wali-wali Allah disamping akan mendatangkan keberkahan bagi para peziarah juga menyadarkan kita akan kematian.
Seiring dengan itu, kita pun dapat Napak Tilas perjalanan hidup Beliau. Kita diingatkan tentang kealiman dan kesolehan beliau yang berada di dalam kubur. Begitu mulianya beliau, bahkan sampai dalam keadaan wafatnya pun bisa mengajak banyak orang untuk berdzikir mengingat Allah dan bershalawat kepada Rasulullah SAW. Sehingga menjadi tolak ukur manusia untuk Introspeksi diri dalam perbuatan yang kita lakukan selama ini sebelum melakukan kegiatan ibadah ritual ziarah kubur dan kehidupan selanjutnya.
Karena itulah dalam hal persoalan seperti ini, keyakinan dalam setiap diri manusia sangat penting, karna menyakut tentang kepercayaan, kebenaran terhadap suatu kebenaran yang belum tentu dia ketahui kebenarannya oleh panca indra. Melalui ziarah makam, kita diajak untuk memahami kebenaran tentang. keberadaan kehidupan setelah kematian.
Untuk itulah kita perlu menjadikan Al-Qur'an sebagai panduan referensi tentang kebenaran tersebut. Pasalnya keberadaan kehidupan akhirat itu di perkuat oleh kitab-kitab yang di turunkan oleh Allah, sebagai bukti tentang adanya kehidupan setelah mati.
Di dalam Al-Qur'an dijelaskan tentang mengenai kehidupan setelah mati, dengan melalui sebuah tradisi yang telah Nabi Muhammad SAW larang kemudian setelah beliau lakukan menjadi di perbolehkan, tradisi tersebut adalah ziarah kubur, yang terus berlangsung dan dijaga kelestariannya hingga saat ini. Melalui tradisi ini, diharapkan para penziarah mampu mengambil hikmah dibalik tradisi ziarah makam. Agar supaya lebik baik lagi perbuatan penziarah kubur tersebut.
Setelah manusia memahami nilai spiritual dalam diri manusia, mengenai sebuah tradisi yang membawa manusia kearah kehidupan setelah mati. Selesai ziarah ke Makam Syaikh Inyia Cubadak diharapkan mampu mengubah prilaku atau perbuatan manusia kearah yang lebih baik lagi.
Jadi, dalam hal ini tradisi ziarah kubur bermafaat bagi manusia untuk selalu mengingatkan manusia kepada kematian yang jelas akan menjemputnya. Sehingga manusia yang menyadari akan kehidupan di dunia hanya sementara. Tentu akan berdampak pada perbuatan manusia selanjutnya, setelah manusia melakukan ziarah ke Makam Guru Mursyid, Allahyarham Syaikh Inyiak Cubadak. Semoga Allah senantiasa melindungi kita semua dan selalu menuntun kita ke Jalan Lurus dan Benar. (az).