SKJENIUS.COM, Jakarta.-- SUBHANALLAH. Dalam tempo 7 bulan Prahara Covid-19 telah mengubah Tatanan Dunia secara signifikan. Negara Kapitalis Amerika Serikat dan sekutunya terpuruk ke jurang resesi, perekonomian Cina Komunis porak poranda. Indonesia pun mengalami kontraksi ekonomi sebesar minus 5,32% pada kuartal II-2020. Ini merupakan catatan terburuk sejak 1999.
Pandemi memang telah memukul perekonomian Indonesia cukup
keras. Dampaknya lebih buruk dibandingkan saat krisis finansial global
2008/2009. Dilihat dari struktur PDB, hampir seluruhnya mengalami kontraksi.
Konsumsi rumah tangga yang memberikan kontribusi 57,85% pada PDB tercatat
mengalami kontraksi 5,51% pada kuartal II, padahal pada kuartal I masih mampu
tumbuh 5,81%.
Karuan saja, kondisi perekonomian yang suram ini membuat
kalangan dunia usaha cemas. Bahkan, para pebisnis khawatir, Pandemik ini dari
darurat kesehatan dan krisis ekonomi bertransformasi ke persoalan politik. Pasalnya
Krisis ekonomi yang terjadi secara cepat tersebut mengarah pada melemahnya
nilai tukar mata uang (kurs) dan harga-harga kebutuhan pokok yang semakin
tinggi (inflasi). Karena itulah krisis ekonomi bisa berujung ke jurang resesi.
Pemerintah Bisa Kewalahan Jika, Indonesia masuk jurang resesi. Bukan mustahil
akan terjadi krisis politik?
Menyikapi hal tersebut di atas, saya teringat Nasehat Guru
Mursyid kita, Allahyarham H. Permana Sasrarogawa bahwa dalam setiap peristiwa
selalu ada dimensi yang tidak dapat dipahami akal sehat. Karena itulah, kita
perlu mencermati berbagai situasi dan kondisi dari sudut pandang spiritual,
tidak cukup hanya pandangan lahiriah dan hasil analisa intelektual semata.
Sehingga kita bisa menemukan hikmah di balik wabah coronavirus ini.
“Allah SWT memberikan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa diberi
hikmah, sesungguhnya dia telah diberi
kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali
orang-orang yang mempunyai akal sehat”.
(QS. al-Baqarah 2: 269)
Menurut saya, sekurangnya ada Tiga Hikmah yang dapat kita petik dari wabah Covid-19 ini, yang pertama,
Allah ingin menyadarkan kita bahwa betapa lemahnya manusia, dihapan
Kekuasaan-Nya. Karena itulah agar kita mendapat solusi atas masalah ini, kita
harus menyadari kelemahan kita itu. Selanjutnya kita harus berserah diri kepada
Allah Yang Maha Kuasa. Bersimpuh sujud dihadapan Allah,
Memohon Ampunan dan Petunjuk-Nya agar kita dapat keluar dari darurat kesehatan
dan krisis ekonomi ini.
Kedua, seiring dengan hal tersebut di atas, perlu juga kita
pahami bahwa sesungguhnya pandemi coronavirus ini bukanlah gejala alamiah
semata, namun ada kekuatan tertentu yang diduga sebagai "Elite Dunia"
berkonspirasi di balik penyebaran virus yang belum ada vaksinnya ini. Ada
kepentingan bisnis dan politik dari mereka yang ingin menguasai dunia lewat
pandemi ini. Termasuk di dalamnya bisnis alat kesehatan, farmasi, obat-obatan,
terutama vaksin virus itu sendiri.
Dengan demikian, kita rakyat kecil adalah kaum yang terancam dan teraniaya lahir batin. Karena itulah, kita harus menyadari bahwa dibalik keterniayaan itu, sesungguhnya kita mempunyai kekuatan yang luar biasa. Rasulullah SAW bersabda:
"Ada tiga
golongan manusia yang mereka tidak akan ditolak: Orang yang berpuasa sampai
ia berbuka, pemimpin yang adil, dan do'anya
orang yang dizalimi. Allah akan mengangkat do'anya sampai di atas awan dan
dibukakan pintu-pintu langit untuknya, dan Allah berfirman : Demi keagungan-Ku,
Aku benar-benar akan menolongmu meskipun tidak serta merta."(HR.
Tirmidzi dan yang lainnya, hadits ini dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani).
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu di dunia ini. Semua hal
yang berdasarkan insan sulit terjadi, namun bagi Allah Ta’ala hal itu sangatlah
mudah, termasuk memusnahkan coronavirus ini. Jadi, yakinlah bahwa tak selamanya
wabah ini akan mendera kehidupan kita. Karena itu, marilah kita gunakan
kelemahan kita Sebagai Pendorong Perubahan di tengah Prahara Covid-19 ini.
Allah senantiasa membimbing bangsa ini untuk keluar dari berbagai problematika
yang dihadapi.
Ketiga, saat ini, kita semua sedang dalam kondisi seperti orang
yang tersesat di tengah rimba belantara, sedang kita tidak punya kompas
petunjuk arah. Sementara pemimpin kita pun nampak kebingungan. Bahkan, Ahli
manajemen penanganan bencana Puji Pujiono menilai narasi pemerintah yang
berubah-ubah mengenai penanganan Covid-19 membuat masyarakat kebingungan. Dia
menilai narasi dan kebijakan pemerintah dalam menangani
pandemi virus corona atau Covid-19 kerap berubah-ubah. Hal tersebut
mengakibatkan masyarakat bingung, padahal pemerintah sudah mau menerapkan
tatanan normal baru (new normal) di masyarakat.
Nah, dalam situasi dan kondisi seperti ini, kita membutuhkan
Intuisi yang Efektif. Perlu kita fahami bahwa Feeling dam Intuisi ketika
tersesat di tengah belantara jauh lebih peka dari biasa. Yakinlah Cahaya Hati
dan Ketulusan serta Keikhlasan akan memancarkan cahaya harapan (hope). “Sesungguhnya kamu tidak akan
dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang
dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima
petunjuk.” (QS Al Qashash: 56).
Jadi kita harus ada empati kepada situasi dan kondisi
yang dihadapi masyarakat di sekitar kita. Empati dan Ketulusan ini yang akan
menjadi Energi Penggerak untuk menggalang kekuatan diri kita sendiri dan
mengkonsolidasikan kekuatan sosial, ekonomi dan politik yang ada di sekitar
kita.
Insya Allah dengan menyadari ketiga hikmah di balik musibah
Covid-19 ini, bisa menjadi penambah energi dan semangat kita semua untuk
mengatasi Pandemik ini dan Memulihkan Ekonomi masyarakat yang babak belur
terdampak wabah corona. Bahkan, bisa jadi Titik Balik (turning point) yang
Transformatif. (az).