SKJENIUS.COM, Jakarta.-- WASPADALAH ! Perekonomian Indonesia anjlok pada kuartal II-2020
tercatat negatif 5,32 persen. Karuan saj hal ini menempatkan Indonesia di
ambang resesi, setelah pada kuartal sebelumnya juga mengalami kontraksi sebesar
2,97 persen? Karena itulah, para ekonom menilai pemerintah perlu meninjau
kembali kebijakan-kebijakan dalam penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi,
menjadi lebih komprehensif.
Pemerintah didesak untuk menerapkan Holistic
Problem Solving. Sehingga tidak lebih mementingkan penanganan ekonomi
ketimbang pandemi Covid-19. Pasalnya, ekonomi juga dapat terselamatkan jika
pemerintah telah memitigasi penyebaran pandemi. Jadi jangan dibalik-balik,
ekonomi dulu baru covid belakangan. Save a life itu save economy, maka diperlukan Strategi Penyalesaian Masalah
yang Holistik.
Maka, sebagai warga negara yang bertanggung jawab atas masa
depan Indonesia, kita perlu membantu dan mengingatkan pemerintah bahwa berbagai
upaya untuk menghadapi virus ini tidak akan berhasil, kecuali jika kita
mendekatinya secara menyeluruh. Jadi, kita
semua harus menyadari perlunya Paradigma Baru dalam mengatasi pandemi
secara holistik hingga ke seluruh sistem, yang ditunjang kolaborasi dan kerja
sama yang sinergis atau teamwork antara pemerintah,
Ulama, ahli spiritual, entitas bisnis, dan seluruh elemen masyarakat.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, saya mengajak kita
semua untuk mengembangkan Paradigma Ilahiyah dalam Menyigi dan Mengatasi
Ancaman Virus dari Cina ini. Paradigma Ilahiyah
Berupaya Menelisik Wabah Covid-19 dari Sudut Pandang Spiritual. Artinya
kita harus menyadari sepenuhnya bahwa Pandemi Covid-19, sesungguhnya merupakan Ayat-ayat
Yang Maha Kuasa di alam semesta ini. Maka, pikiran manusia bisa salah
dalam membacanya jika hanya memakai cara analitik reduksionistik. Oleh sebab
itu, diperlukan Paradigma Ilahiyah di dalam pemecahan masalah-masalah yang ada
di tengah Prahara Covid-19 ini.
Dengan demikian, kita harus meninggalkan kebiasaan melihat suatu peristiwa hanya pada dua dimensi
yang berbeda secara terkotak kotak. Kita harus memadukan element yang
bersifat empirik dengan yang non empirik, yang fisik dengan yang metafisik.
Karena itulah, kita Perlu Menelisik Pandemik ini dari Sudut Pandang Spiritual.
Pasalnya, segala aspek dalam kehidupan
tidaklah lepas dari yang spiritualitas. Kehidupan nyata tidak lengkap jika
tidak dilihat dari sudut metafisika, termasuk virus corona (covid-19).
Prahara Corona bermula di Wuhan, provinsi Hubei, China, kemudian menyebar ke seluruh dunia. Pandemik ini telah meresahkan dan mengganggu semua aspek kehidupan tidak hanya kesehatan tetapi juga politik, ekonomi, hubungan sosial, pariwisata hingga diplomasi. Industri manufaktur, beberapa kerjasama pariwisata, hotel, restoran dan penerbangan cenderung melorot atau terpuruk sehingga menimbulkan badai PHK, pengangguran makin banyak, kemiskinan meningkat, kesenjangan sosial pun melebar.
Pandemi Covid-19 memporakporandakan Perekonomian Cina
Komunis. Sekaligus mengubur Ambisi Besar Tiongkok Kuasai Ekonomi Dunia lewat
Jalur Sutra Baru, Program OBOR yang berubah jadi Belt and Road Initiative
(BRI). Bahkan, Virus yang belum ada vaksinnya ini telah menyebabkan Krisis Ekonomi Global. Amerika Serikat menyusul Korea Selatan dan Singapore serta
sederet negara Kapitalis di Eropa yang sudah terperosok ke jurang resesi.
Maka, dalam Sudut Pandang Spiritualitas, kita
bisa melihat dan membaca awal mula penyakit global ini terkait dengan arogansi
pemerintah China, tindakan kejam dan mereka terhadap komunitas minoritas Islam
di Uyghur, provinsi Xinjiang. Selanjutnya Prahara Corona Menjadi Lonceng
Kematian Kapitalisme. Uni Eropa babak belur. Komisi Uni Eropa mirip dengan
manusia yang mandul. Uni Eropa masuk ke jurang resesi, setelah
mengonfirmasi pertumbuhan ekonomi minus 11,9 persen pada kuartal II 2020.
Amerika Serikat pun telah menyusul Prancis, Italy dan Jepang lebih dahulu
memasuki jurang resesi
Semoga kita bisa belajar dari wabah virus corona bahwa
siapapun dan kapanpun melakukan penyiksaan, kekerasan dan cara penyalahgunaan
kekuasaan serta mencengkeram dan berambisi menguasai (menjajah) perekonomian
Umat Islam, Pasti Allah akan menolong mereka. "Hai orang-orang mukmin,
jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan
kedudukanmu." (QS. Muhammad : 7)
Sejarah mengajarkan kepada kita bahwa sebelum diutus seorang
Nabi untuk mengadakan Perubaha Besar pada masyarakat, pasti ada peristiwa besar
pada bangsa tersebut yaitu bangsa yang jahiliyah, kesombongan, lupa diri,
euforia, radikalisme, aturan tatanan hilang semua, sehingga hadirlah yang
namanya kebangkitan spiritual diwahyukannya Nabi Muhammad SAW. Kemudian,
negara-negara yang memiliki spiritual yang tinggi dan kuat ini mendatangkan
kekuatan ekonomi, politik, sosial, kekuatan budaya, keamanan, ketahanan. Sehingga muncullah Tatanan Dunia Baru
dengan Kebudayaan Luhur dan Peradaban Adhi Luhung di berbagai belahan dunia,
termasuk di Bumi Nusantara ini.
Jadi, dalam Sudut Pandang Spiritual, kehadiran corona harus
menjadi pembelajaran bagi bangsa Indonesia untuk semakin tumbuh sebagai bangsa
yang kuat Lahir Batin. Karena itulah dalam kondisi seperti sekarang ini, kita
berharap tampilnya pemimpin yang besar, yakni seorang pemimpin yang bukan hanya
bisa membawa kita keluar dari wabah corona saja, tetapi bagaimana permasalahan
ini bisa menjadikan pencerahan, bisa menjadikan kebangkitan dan bisa kemudian
menjadikan suatu kekuatan untuk lebih maju dari bangsa-bangsa lain di dunia.
Dengan demikian, jika kita ingin bangkit, tak ada pilihan
lain, kita harus Mengadakan Revolusi Spiritual mulai detik ini juga. Karena
itulah, pemimpin bangsa harus mampu menjadikan prahara Covid-19 sebagai
Momentum Kebangkitan Spiritual Nasional. Kita perlu melakukan Revitalisasi
Nilai-nilai Luhur Budaya Bangsa untuk Meningkatkan Kualitas Hidup Rakyat. Maka,
sudah saatnya kita membenahi kondisi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara dengan mencetuskan renaissance, here and now or never. (az).