SKJENIUS.COM, Jakarta.-- MENGERIKAN! Pandemi COVID-19 telah menghantam 7 Negara Besar Kapitalis masuk ke dalam Jurang Resesi. Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS), Rabu (5/8/2020), merilis angka pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan II-2020 melorot sebesar minus 5,32 persen dibandingkan triwulan II-2019, atau year on year (yoy). Padahal pada kuartal sebelumnya sudah anjlok Sudah Anjlok di 2,97 %. Indonesia Dekati Skenario Terburuk?
Karuan saja, kondisi ekonomi yang Anjlok Parah, tersebut di atas membuyarkan skenario pemerintah dalam menghadapi COVID-19. Karena itulah, para Ekonom Mengingatkan Pemerintah Perlu Ubah Strategi Yang Lebih Komprehensif. Agar Indonesia tidak terjerumus ke jurang resesi, maka Presiden Jokowi perlu Menata Ulang Strategi penanganan pandemik virus corona baru (Covid-19) hingga soal pemulihan ekonomi nasional (PEN).
Di tengah pandemi Covid-19 yang mengancam berbagai sendi kehidupan ini, pemimpin bangsa dan pemimpin bisnis disarankan harus memfokuskan kepada dua komponen besar, yaitu sikap pemimpin dan strategi Problem Solving yang Holistik. Dalam hal ini, para pemimpin di Indonesia harus tetap bersikap tenang dan bijak alias tidak gegabah dalam menghadapi krisis ini.
Janganlah mengorbankan kebutuhan jangka panjang hanya karena kepentingan sesaat. Selain itu, dalam penanganan corona ini harus memperhatikan seluruh aspek ketika menyusun strategi untuk bertahan dan menang di era krisis yang multidimensi ini. Maka, diperlukan strategi holistik, komprehensif, dan berorientasi pada tindakan untuk mengatasi pandemi corona dan segala dampak negatif yang diakibatkannya.
Tentu saja Strategi Holistik dan Komprehensif itu hanya bisa dihasilkan dari cara berpikir (Paradigma) yang holistik pula. Karena itulah, diperlukan paradigma baru dalam Menata Ulang Strategi Penanggulangan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Indonesia. Maka, kita perlu mengembangkan cara berfikir holistik. Kita harus memadukan element yang bersifat empirik dengan yang non empirik, yang fisik dengan yang metafisik. Cara berpikir yang Memadukan Spiritualitas, Rasionalitas dan Aktivitas itulah yang disebut Paradigma Ilahiyah.
Paradigma merupakan cara masing-masing orang memandang dunia, memandang persoalan, alur berfikir seseorang yang terbentuk karena pengalaman dan pilihan-pilihan. Adapun secara terminologis paradigma adalah cara berpikir berdasarkan pandang dan yang menyeluruh dan konseptual terhadap suatu realitas atau suatu permasalahan dengan menggunakan teori-teori ilmiahNyang sudah baku, eksperimen, dan metode keilmuan yang bisa dipercaya.
Dengan demikian, Paradigma Ilahiyah adalah cara pandang dan cara berpikir tentang suatu realitas atau suatu permasalahan berdasarkan Konsep Ilahiyah, petunjuk-Nya yang terkandung dalam Al-Quran, Sunnah, Nilai-nilai Hikmah Tasawuf Transformatif, Hidayah dan Ilham. Kesemuanya itu mengandung gagasan yang sempurna mengenai kehidupan dan dapat dirumuskan menjadi teori-teori yang empiris dan rasional.
Inilah perbedaan besar antara paradigma sekuler dengan paradigma ilahiyah Paradigma sekuler mengingkari keberadaan “Ilmu Allah”. Mereka menganut empirisme untuk mengakui ilmu. Empirisme adalah suatu prinsip bahwa semua pengetahuan didapatkan dengan pengalaman. Apa yang tidak dialami atau tidak bisa dijelaskan dengan akal mereka, tidak diakui sebagai ilmu. Pada akhirnya dibuanglah segala konsep Religius dan Spiritual dari bahasan ilmu pengetahuan dalam paradigma sekuler.
Hal ini jelas bertentangan dengan pandangan ilmu dalam tradisi Islam. Dalam cara berpikir, Islam mengenal apa yang namanya sang pencipta (Allah). Islam menganggap apa yang semua ada dijagat raya ini adalah manesfestasi dari eksistensi Allah itu sendiri. Maka apa- apa yang ada semaunya adalah dari Allah. Islam mengajarkan bahwa Allah merupakan sumber dari segala sesuatu. Ilmu dan kekuasaan-Nya meliputi bumi dan langit, yang nyata maupun yang ghaib
Dari pandangan tersebut Paradigma Ilahiyah berupaya untuk mencari tahu dimana posisi Allah dalam prahara corona ini. Pasalnya, wabah berkepanjangan ini juga kental akan nuansa spiritualitas. Duka, amarah dan rasa sakit – pada akhirnya semua umat beragama harus menyadari bencana kesehatan yang sedang berkecamuk ini sebagai ciptaan Ilahi. Sehingga kita menemukan dasar filosofis yang benar sebagai bahan perumusan strategi penanganan pandemi ini dengan tepat dan benar.
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun" (Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah, dan kepada Allah jualah kami kembali).” (QS. Al Baqarah : 155-156).
Maka, dalam pandangan Paradigma Ilahiyah, kita harus menyadari sepenuhnya bahwa Covid-19 adalah makhluk-Nya yang diciptakan dengan tujuan menguji manusia. Jadi, sesungguhnya pandemi virus ini merupakan Ayat-ayat Yang Maha Kuasa di alam semesta ini. Pikiran manusia bisa salah dalam membacanya jika hanya memakai cara analitik reduksionistik. Oleh sebab itu, diperlukan paradigma (cara berpikir) baru di dalam pemecahan masalah-masalah yang ada di tengah Prahara Covid-19 ini.
Dalam menghadapi Virus Corona dan segala dampaknya kita memerlukan kemampuan intuisi efektif. Maka, kita perlu mengembangkan cara berfikir holistik. Kita harus memadukan element yang bersifat empirik dengan yang non empirik, yang fisik dengan yang metafisik. “Allah merahmati orang yang berpikir di awal perencanaannya; apabila rencananya itu karena Allah, ia lanjutkan; dan apabila karena selainnya, ia tinggalkan” (Hasan Al Bashri). (az).