SKJENIUS.COM, Jakarta.— Penyebaran virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) di Bumi Nusantara masih mengkhawatirkan. Nampaknya Virus Corona Belum Mau Berdamai dengan Indonesia Bahkan, ada tren laju penularan virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini malah semakin cepat.
Berdasarkan laporan data pada akun Twitter
@BNPB_Indonesia, Selasa (18/8/2020) sore, tercatat ada 1.673 kasus baru. Sehingga
total kasus virus corona di Indonesia menjadi 143.043 orang. Ke depan,
penyebaran virus corona sepertinya belum akan melambat. Sebab, tingkat
reproduksi (Rt) virus corona di banyak provinsi masih di atas satu. Artinya,
seorang pasien positif corona berisiko menulari satu atau lebih orang lainnya.
Rantai penularan belum terputus selagi Rt belum bisa ditekan ke bawah satu.
Karuan saja hal ini menjadi tantangan berat bagi
Pemerintahan Jokowi-Ma’ruf. Pasalnya, masalah darurat kesehatan harus ditangani
bersamaan dengan usaha pemulihan ekonomi yang sudah anjlok itu. Sementara itu Resesi
ekonomi sudah di depan mata - ekonomi Indonesia menyusut tajam pada
triwulan kedua, yang terburuk sejak dihantam krisis moneter 1998'. BPS
menyatakan angka Produk Domestik Bruto pada triwulan II 2020 menyusut sebesar
5,32%. Penyusutan ini lebih besar dari prediksi pemerintah dan Bank Indonesia.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani memprediksi PDB di kuartal II akan
jatuh -3,8%, sementara Bank Indonesia memprediksi penurunan sebesar -4,8%.
Dalam menghadapi krisis ekonomi saat ini, ketidakstabilan
pasar saham, industri manufaktur banyak yang tutup, badai PHK melanda,
pengangguran bertambah, kesulitan keuangan individual, merosotnya daya beli
masyarakat, kemiskinan meningkat serta kesenjangan sosial makin melebar,
pernyataan yang banyak terpampang di media adalah “Apa yang harus kita lakukan
mengenai hal ini?”
Banyak ahli ekonomi mengatakan krisis kali ini apabila
dibandingkan dengan krisis 2008, maka krisis ekonomi pada 2020 memang terbilang
lebih parah. Krisis karena pandemi ini belum pernah kita alami sebelumnya dan
dalam merespon krisis karena virus. Pasalnya, masalah darurat kesehatan harus
ditangani bersamaan dengan pemulihan ekonomi. Cara mengatasinya harus melakukan
penyesuaian, sehingga bisa meresponnya dengan dinamis. Jadi cara penanganannya
harus beda dan tidak sama seperti dahulu, dampak ke masyarakat luas, jauh lebih
besar. Karena itulah, respon pemerintah harus holistik dan
melibatkan seluruh elemen masyarakat. Jadi, harus memadukan Kecerdasan
Intelektual dan Kekuatan Spiritual. Sehingga kita bisa mengatasi darurat
kesehatan dan krisis ekonomi ini secara holistik.
Namun sayangnya, menurut Ujang Ti Bandung, kendala terbesar bagi manusia kala ia dihadapkan pada tantangan untuk berfikir holistik adalah kesulitannya dalam memadukan element yang bersifat empirik dengan yang non empirik,yang fisik dengan yang metafisik karena cenderung terbiasa melihat semua obyek yang ada pada dua dimensi yang berbeda itu secara terkotak kotak
Sedang cara berfikir holistik memiliki kapasitas
dan kualitas diatas cara berfikir empiristik karena cara pandang nya yang lebih
luas (sebab bisa menjangkau dunia abstrak-non empirik ) memungkinkannya bisa
menghubungkan lebih banyak bagan tertentu dari keseluruhan .atau dengan kata
lain kelebihan dari cara berfikir rasionalistik adalah bisa menghubungkan bagan
yang bersifat empirik dan yang non empirik,yang material dan yang non material (spiritual)
sesuatu yang tak bisa dilakukan oleh seorang yang hanya orientasi berfikir
empiristik
Maka, dalam konteks krisis karena pandemi
ini, kita harus berani berpikir dan bertindak out of the box, untuk
mengatasi kendala tersebut di atas. Supaya kita dapat memadukan element yang
bersifat empirik dengan yang non empirik. Pasalnya, Spiritualitas adalah hal-hal
yang ada kaitannya dengan alam non empirik, alam ghaib,
terutama yang berhubunya dengan Yang
Maha Ghaib, Yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta, Allah Subhanahu wa Ta'ala. Sehingga
pandemik ini dapat kita amati dari sudut pandang spiritual dalam konteks
hubungan kita dengan Allah dan dengan orang lain serta alam sekitar kita. Jadi
sudut pandang spiritual mencakup hubungan intra, inter, dan transpersonal. Karena
itulah spiritual juga diartikan sebagai inti dari manusia yang memasuki dan
mempengaruhi kehidupannya dan dimanifestasikan dalam pemikiran dan perilaku
serta dalam hubungannya dengan diri sendiri, orang lain, alam dan Allah.
Dengan demikian, Pandemi Covid-19 ini harus kita
pandang sebagai Ayat-ayat Allah yang mengingatkan
manusia bahwa betapa rapuhnya kita saat menghadapi Kekuasaan-Nya. Melalui Virus
corona, Allah menegur manusia agar tidak sombong dan jumawa atas segala
kekayaan, kekuatan dan kekuasaan yang dimilikinya selama ini. Mungkin itulah
sebabnya Wabah Corona pertama kali menghantam perekonomian Cina Komunis sampai porak
poranda. Karena mereka selama ini telah menzhalimi Etnis Muslim Uighur. Seiring
dengan, negara Adidaya Amerika Serikat yang ingin mencengkram dunia, babak
belur dihajarnya. Bahkan, Ilmu pengetahuan dan teknologi modern mereka, seakan
lumpuh tak berdaya. Sehingga Amerika Serikat dan 7 negara Kapitalis sekutunya
terperosok ke jurang resesi.
Semoga Pandemi Corona ini,
membangkitkan Kesadaran Spiritual kita yang mungkin
selama ini mulai memudar. Semoga kita menyadari bahwa ditinggalkannya dasar
nilai-nilai Ketuhanan dari Ilmu Ekonomi oleh
manusia Sekuler dan menerapkan Sistem
Ekonomi Kapitalis telah berakibat fatal bagi perkembangan
perekonomian dunia.Pasalnya, walau bagaimanapun juga ilmu
ekonomi merupakan ilmu moral, sebagaimana yang diungkapkan oleh seorang pakar
ekonomi dunia, Abhijit Naskar, “Ethics without economy leads to physical
starvation and economy without ethics leads to mental starvation. It’s only
with a healthy combination of both can
the human society live and progress with health, sanity and serenity.”
Jalan
Kesunyian dalam Tafakkur dan Dzikir.....!!!
Jadi, Pada Saat Tekhnik Visualisasi anda gagal total. Bila
Tekhnik Goal Setting anda meleset. Bila tekhnik Alpha Mind Power anda melempem.
Bila tekhnik Your Keep Smile anda berakhir manyun. Bila Teknik The Magic of
Thinking Big anda mandul. Dan bila semua tekhnik pemasaran modern anda gagal
membuat Anda sukses...Berhentilah Sejenak....Stop semuanya....Sekarang saatnya Menempuh
Jalan Sunyi..!!
Sekaranglah saatnya kita harus melakukan Social
Distancing, menempuh Jalan Spiritual, Stay at Masjid Baiturrahman,
I'tikaf dalam sepi. Kita perlu Menempuh
Jalan Sunyi, karena Hidup Tidak tak selalu dengan Jalan Nalar. Menurut Ainun Ridho, Jalan
kesunyian merupakan jalan manunggal pada Sang Maha Tunggal yaitu Allah SWT. Seseorang yang menempuh jalan
menuju kesunyian maka akan keluar kesadaran dan kejernihan fikiran. Bayak cara
yang dilalui untuk menempuh jalan itu, ada yang dengan berpuasa, wirid, baca
al-Qur’an, sholat, dan lain sebagainya.
Tetapi yang paling subtansi dalam menempuh jalan sunyi
ini adalah taffakur (merenung). Para pujangga, filosof, sufi semua pernah
menjalani taffakur untuk memperoleh kebenaran, kejernihan, dan keluar dari
kebodohan. Seirama dengan taffakur adalah dzikir, mengingat eksistensi dan
kebesaran tuhan. Maksudnya “mengingat” adalah yaitu kita
memahami bahwa tumbuhan, langit, bumi, nafas kita dan roh semua bergerak dengan
kekuasaan Allah.
"Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat
tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi Ulul
Albab (orang yang berakal cerdas), (yaitu) orang-orang yang Dzikir (mengingat Allah) sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan
berbaring dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan
sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”
(QS. ‘Ali ‘Imran : 190-191).
Taffakur
(perenungan) dan dzikir merupakan pondasi yang paling subtansi untuk membentuk religiusitas kesadaran manusia. Kalau
kita sudah memiliki kesadaran bahwa Allah yang menciptakan jagat raya dan Allah
selalu mengawasi maka hasil dari semua itu adalah insanul kamil (manusia paripurna), yang sukses dalam titian
langkah di dunia dan akhirat kelak.
Bawalah kesadaran ini
kedalam segala perilaku dan tindakan, baik dalam bekerja, mengelola perusahaan,
menjadi manajer, memimpin negara, menjadi menteri, gubernur, bupati, wali kota,
menangani pandemi, mengatasi krisis corona, memulihkan ekonomi dan sebagainya. Kesadaran
hati dan fikiran mampu menembus cahaya di atas cahaya, dan membuat jalan lelaku
manusia di bawah bayang-bayang bimbingan Allah. Sehingga
dapat ditemukan sebuah pemecahan dan penyelesaian masalah yang komprehensif (Holistic
Problem Solving) yang dapat mewujudkan Keadilan Sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia. Aamiin. (az).