SKJENIUS.COM, Cikarang.- Tidak bisa dinafikan, Pandemi Covid-19 Ciptakan Badai Sempurna (perfect storm) di Perekonomian. Dalam tempo tiga bulan saja, virus yang berasal dari Wuhan, Cina ini telah membuat ekonomi Indonesia tersungkur, Minus 5,32 Persen pada Kuartal II-2020. Setelah sebelumya anjlok 2,97 persen pada Kuartal I 2020. Indonesia pun Terancam Resesi?
Karuan saja Kondisi Ekonomi yang merosot tajam ini membuat
cemas kalangan dunia usaha. Apalagi kepala ilmuwan Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO), Dr. Soumya Swaminathan, telah mengingatkan tidak ada akhir yang cepat
untuk pandemi Covid-19, meskipun jika akhirnya vaksin tersedia dalam waktu 12
bulan. Sementara itu, Dana Moneter Internasional (International Monetary
Fund/IMF) Sebut Resesi Global Bakal Lebih Buruk dari Krisis 1930. Bahkan
negara Adidaya Amerika Serikat dan 9 negara Kapitalis lainnya sudah terpuruk ke
jurang resesi.
Namun perlu kita sadari bahwa krisis ekonomi telah
berkali-kali menimpa Indonesia apakah itu dalam tingkatan yang kecil maupun
dalam tingkat yang lebih luas. Karena itulah krisis harus disikapi dengan bijak
dan itu membutuhkan pengorbanan yang luar biasa untuk terus bisa melewatinya.
Orang bijak adalah orang yang mampu berbuat benar dan akan lebih tegar
menghadapi masalah seperti covid-19 yang melanda Indonesia saat ini.
Bagi orang beriman yang mengamalkan nilai-nilai spiritual
Nusantara dalam hidupnya, maka reflek pertama tentu dengan kejernihan batin, introspeksi,
mawas diri apa sebab kejadian luar
biasa ini, semua kejadian tentang bencana apapun tentu kehendak Allah Subhanahu
wa Ta'ala. Keimanan menuntut kita untuk meyakini bahwa bencana bisa jadi adalah
suatu peringatan untuk menyadarkan penduduk negeri akan tugas dan tanggung
jawab untuk memelihara alam ini.
Alhamdulillah. Kekuatan Iman dan Spiritualitas Nusantara
dengan Kearifan Lokal inilah yang Menjadi Solusi bagi Anak Bangsa dalam
Mengatasi berbagai Krisis di masa lalu. Pengalaman adalah Guru Terbaik, maka
dalam menghadapi segala macam tantangan, krisis, dan kesulitan hidup orang
beriman harus dapat mengembangkan spiritualitasnya.
Mengembangkan
Spiritualitas Sense of Crisis
Jika, Prahara Corona dianalogikan sebagai Badai Sempurna (perfect
storm), maka sebagai orang beriman dan beraqal kita harus membangun
keyakinan dalam dirinya bahwa sedahsyat apapun badai melanda, tetap akan
berlalu. Kita meyakini semuanya itu terjadi atas seizin Allah dan Allah tentu
punya rencana yang indah dibalik semuanya ini. "Ya Rabb kami, tidaklah
Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari
azab neraka." (QS. Ali Imran :191)
Karena itulah dalam menghadapi darurat kesehatan dan krisis ekonomi saat ini, kita perlu membangun kesadaran spiritual yang kokoh. Spiritualitas yang harus dibangun oleh orang Beriman hari ini, ialah spiritualitas yang berserah diri (tawakal) sepenuhnya kepada Allah yang memiliki dan mengatur segala sesuatu yang ada didunia ini.
Seiring dengan itu, perlu dikembangkan juga spiritualitas
sense of crisis, yaitu spiritualitas yang merasakan adanya krisis. Para
pakar ekonom Indonesia mungkin bisa memprediksi sampai kapan krisis finansial
ini akan berakhir, tetapi mereka tidak dapat memastikan tanggal, bulan dan
tahunnya, semua masih serba gelap ekses-ekses atau dampak dari krisis ini terus
berlanjut.
Pengalaman saya selama 17 tahun sebagai Director of Safety Corporation
and Risk Analysis di PT. Mutiara Samudra Biru, mengajarkan bahwa
sejatinya ekonomi itu tetap berpusat pada kesadaran spiritual dan perilaku
manusia. Sebagaimana asal bahasanya, oikos (rumah tangga) dan nomos
(aturan), maka sejatinya seperti apa kondisi ekonomi akan sangat ditentukan
oleh keputusan manusia dalam berkonsumsi.
Untuk itu, kita perlu menaruh perhatian besar terhadap kesadaran
dan motivasi konsumsi manusia/masyarakat di sebuah negara.
Pasalnya, untuk bisa bertahan satu-satunya jalan ialah bagaimana mengembangkan
gaya hidup yang sederhana yang tidak konsumtif.
Kontribusi Faktor
Keimanan Terhadap Pemulihan Ekonomi
Dengan demikian, bila kita mampu mengelola krisis (Managing
Crises) dengan baik dan benar sesuai Petunjuk Allah, maka sesungguhnya
Krisis Pandemi Covid-19 ini dapat kita jadikan Pemicu Kebangkitan Perekonomian di Bumi Nusantara. Sebagai
masyarakat yang religius dan mewarisi Nilai-nilai Spiritual Nusantara, marilah
kita dayagunakan kontribusi penting faktor keimanan terhadap kemajuan ekonomi.
Karena itulah spirit keimanan, janganlah berhenti sekadar
ekspresi formalisme dan teriakan takbir semata. Namun gairah keagamaan harus
menyentuh kedalaman yang lebih substantif: mempersoalkan basis
etis-spiritualitas kemajuan bangsa.
Insya Allah, Keimanan bisa memainkan peranan penting dalam
pemulihan krisis ekonomi sekiranya persoalan keimanan tidak berhenti pada apa
yang kita percaya, melainkan terutama pada apa yang kita perbuat. Jadi wujud
keimanan tidak sekadar dalam tataran ritualnya semata, tetapi perlu lebih
menekankan pentingnya visi spiritualitas dan komitmen etis di jantung masyarat.
Dengan demikian, upaya pemulihan krisis ekonomi mempunyai
basis yang kokoh, ketika keimanan itu diimplementasikan dalam membantu manusia
untuk menyuburkan rasa kesucian, kasih sayang, perawatan dan gotong royong.
Sehingga akan memantulkan rasa optimis dan semangat juang berkobar dalam bentuk
solidaritas dan kesetiakawanan sosial. (az).