SKJENIUS.COM, JAKARTA.- Pemerintah menyebut wabah virus Covid-19 seperti badai yang sangat sempurna. Karena, pandemi ini telah memorak-porandakan segala sendi kehidupan mulai dari kesehatan, sosial, hingga ekonomi. Dipaparkan, Covid-19 menyerang kinerja perusahaan hingga membuat investor saham panik. Harga saham merosot hingga nilai tukar berfluktuasi. Akhirnya, ekonomi anjlok, Resesi Kian Nyata, Sri Mulyani Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III Minus 2 Persen!?
Benarkah, wabah corona ini yang menyebabkan perekonomian
Indonesia melorot? Padahal sejak pemerintahan Jokowi pada 2014 sampai akhir
jabatan periode pertama ekonomi memang tak pernah meroket? Bahkan, Loyo! PDB
Kuartal IV-2019 Tumbuh 4,97%, Terendah Sejak 2016!! Akhirnya tersungkur pada
Kuartal I (Q1) 2020 hanya mencapai 2,97 persen. Nilai itu mendarat jauh dari
target kuartal I yang diharapkan mencapai kisaran 4,5-4,6 persen.
Presiden Joko Widodo di periode pertama kepemimpinannya
terus menggenjot pembangunan infrastruktur dengan mengandalkan utang luar
negeri. Salah satunya yakni pembangunan infrastruktur sejumlah ruas
jalan tol yang kini diangggap sudah menghubungkan kota-kota besar di Indonesia.
Namun demikian, masih ada sejumlah kelemahan dari upaya
pembangunan infrastruktur era Jokowi. Diantaranya, harga tol yang terlalu
mahal, hingga kurang terkoneksinya dengan jalan arteri di banyak tempat. Jadi, Pembangunan Infrastruktur Untuk dinikmati,
Siapa?
Nampaknya, Jokowi terobsesi mengejar pertumbuhan ekonomi
tapi mengabaikan pemerataan, pengembangan SDM dan pembangunan spiritual.
Sehingga Indonesia menguras sumber daya secara berlebihan dan menambah utang luar
negeri semakin menggunung. Sementara itu, rakyatnya terperosok ke dalam arena
konsumerisme yang tak terpuaskan. Kehidupan duniawi yang didorong oleh “kerakusan”,
bukannya kebutuhan.
Berpangkal dari Krisis
Spiritual yang Akut
Maka, wajarlah jika Bangsa Indonesia saat ini dinilai oleh
kalangan pengamat, memiliki krisis spiritual yang semakin akut
dan menjadi. Krisis spiritual ini dinilai bukan hanya terjadi pada sebagian
kalangan lapisan masyarakat saja. Tapi bahkan hampir melingkupi seluruh elemen
bangsa.
Hal ini disampaikan Dosen Ilmu Filsafat, Tauhid dan Tasawuf
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Hamdani dalam
diskusi refleksi akhir tahun Krisis Spiritual Bangsa yang digelar di
Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, Jumat (27/12). "Banyak umat Islam Indonesia
yang semakin tidak mengenal Allah, sehingga mereka menyembah Allah tapi
menghamba ke makhluk dan harta benda," ujarnya.
Menurut Hamdani, krisis spiritual bangsa ini dapat dilihat
dari semakin krisisnya pengetahuan tentang Allah. Esensi ilahi hanya dipandang
ketika beribadah. "Sehingga esensi
Allah semakin samar, abstrak bahkan semakin tidak jelas di setiap kehidupan.
Kemudian, krisis spiritual lain adalah krisis kesadaran tentang Allah,"
tandasnya.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, Ketua Dewan
Perancang Partai Nusantara Bersatu,
KGPH Eko Gunarto Putro, mengingatkan bahwa sesungguhnya, berbagai Krisis yang
terjadi di masa kini adalah berpangkal pada Krisis Spiritual.
Pasalnya di era millenial sekarang yang dikatakan sebagai era serba canggih
atau apa yang disebut manusia modern, telah mengalami disorientasi. Banyak di
antara mereka yang kehilangan arah. Mereka menjadikan dunia sebagai tujuan
hidup. Akibatnya, masa hidupnya tertumpu pada kehidupan dunia semata.
“Hal ini terjadi antara lain karena pengaruh sekularisasi
dan juga pengaruh filsafat pragmatis yang sudah cukup lama masuk ke jiwa
mereka. Serta juga tak terlepas dari Cengkeraman Materialisme Kapitalis dan
Pengaruh Sosialis Cina Komunis. Sehingga mereka menghalalkan segala cara untuk
memuaskan hawa nafsunya. Maka hiduplah mereka dalam gaya hidup hedonisme, korup
dan jeratan Riba,” tegas Kangjeng Eko.
Karena itulah, Allah "mengutus" virus corona
untuk mengingatkan manusia yang telah menyimpang dari Jalan Lurus lagi Benar
(shirathal mustaqiem) yang sudah dibentangkan-Nya. Wabah ini membuat kita
diminta menghindari kerumunan (social distancing) agar bisa berdiam diri (stay
at home), tutup mulut dan hidung (cover your Mouth and nose with a mask)
sejenak merenung. Bahwa tidak semua bisa dilakukan tanpa pertolongan Allah. Dia
menunjukkan kekuasaan-Nya lewat makhluk super kecil tak terlihat mata sebagai
ujian. Siapa beriman dan siapa ingkar.
Diingatkannya, kita kerap datang ke tempat ibadah tapi
seberapa sering kita bertemu Allah sebagaimana dijelaskan oleh Dosen Ilmu
Filsafat, Tauhid dan Tasawuf Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta, Hamdani, di atas? Semoga melalui makhluk kecil yang kita sebut dengan
nama indah Corona itu manusia bisa mengenal Allah lebih dekat
sekaligus mengetahui perangai buruk dan elok diri sendiri.
“Semoga kita menyadari
bahwa ternyata sebagian dari kita selama ini telah menempatkan Allah dalam
seremonial belaka. Tak lebih. Meskipun mulut kita sering berkhutbah, penampilan
berjubah, berjenggot, jidat menghitam, tak menjamin benar-benar hadir di depan Allah,”
tandasnya.
Taubat dan Istighfar,
Sebagai Solusi Ilahiyah
Karena itulah, Ketua Majelis Dakwah Al-Hikmah Jawa Barat,
KH. Yus Darniyus, S.Ag, mengingatkan bahwa dalam upaya mengatasi Krisis
Corona ini tak bisa hanya mengandalkan Intelektual yang Rasional
Empirik belaka, namun diperlukan Penanganan Holistik yang memadukan Aspek
Teologis, Intelektual, Medis dan Kecerdasan Spiritual.
Sehubungan dengan hal itulah, KH. Yus Darniyus, S.Ag
mengajak Kaum Muslim melalukan Taubat Nasional untuk menjemput solusi terbaik dari Langit.
Taubat Nasional adalah solusi untuk meredam wabah corona secara Nasional. Sebagaimana
di Firmankan oleh Allah SWT, "Tetapi
Allah tidak akan menghukum mereka, selama engkau (Muhammad) berada di antara
mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan menghukum mereka, sedang mereka (masih)
memohon ampunan." (QS Al-Anfal, Ayat 33).
KH. Yus Darniyus menegaskan, berdasarkan informasi sumber wahyu dan hadits Nabi SAW yang merupakan dasar pijak teologis ini maka disebutkan bahwa yang bisa menyelamatkan seseorang dari suatu bencana termasuk wabah penyakit seperti pandemi covid-19 ini adalah pertaubatan dan istighfar dari kalangan ummat manusia.
"Taubat adalah deklarasi kesadaran atas
kesalahan dengan niat tidak mengulangi kembali dosa. Sementara istighfar adalah pernyatan permohonan
ampun seorang hamba yang merupakan bentuk kerendahan hati dan permintaan maaf
atas segala dosa kesalahan yang diperbuat. Semoga Allah melindungi bangsa
Indonesia dari ancaman resesi akibat wabah coronavirus ini," pungkas
Ketua Majelis Dakwah Al-Hikmah Jawa Barat itu. (az).