Oleh : Suhu Rosi Wibawa, S.Kom,Mda
SKJENIUS.COM, Jakarta.-- Tak bisa dipungkiri, Dunia
Usaha mengalami tekanan yang luar biasa akibat pandemi COVID-19 ini. Para
pebisnis babak belur menghadapi situasi yang diluar perhitungan mereka.
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) membuat banyak kegiatan ekonomi
terhenti, merugikan bisnis dan badai PHK pun melanda yang menyebabkan banyak
orang kehilangan pekerjaan.
Daya Beli Masyarakat
Makin Menurun, Permintaan Merosot, Banyak Pabrik Tutup, Aktivitas Manufaktur
Menurun, Industri Jasa Terpuruk, Jumlah Pengangguran Meningkat.
Hal ini juga di alami oleh seorang Pedagang Mie Ayam yang saya
temui sepulang pertemuan bisnis di kedai kopi di wilayah Tambun, perut lapar
duit pas-pasan sepertinya mie ayam adalah pilihan tepat untuk mengganjal perut,
makanan yang biasa saya temui di kota kelahiran saya di Wonogiri.
Siang itu selesai menunaikan sholat dhuhur disisi Masjid, nampak
berjejer kedai-kedai UMKM dikelola oleh DKM di masjid tempat
saya sholat dhuhur, yang mengingatkan akan program juga sudah kami jalankan di Masjid
Baiturrahman, Kp. Sukamantri, Cikarang, Jawa Barat, dalam membantu
ekonomi Umat DKM berusaha hadir membantu jamaah dalam membangun dan
mengembangkan usaha yaitu dengan mengeluaran
Voucer Belanja sebesar RP. 5000 nominal mungkin tidak terlihat besar namun efek
nya cukup besar.
Selepas sholat Jum’at DKM akan membagikan Voucer belanja Rp.
5000 untuk berbelanja di warung warung Jamaah yang bekerja sama dengan DKM,
kemudian seminggu sekali pedagang- pedagang yang juga Jamaah Masjid menukarkan
voucer dengan uang kepada pengurus DKM, di era yang serba sulit saat ini tentu
hal ini sangat membantu karena Jamaah pedagang juga akhirnya memiliki modal
untuk menjalankan usaha dan artinya usaha tetap berjalan dan berpenghasilan.
Jamaah pun juga merasa senang karena infaq yang mereka keluarkan juga
bermanfaat untuk umat, ekonomi Gotong
Royong adalah ekonomi yang juga di gagas oleh para pendiri bangsa ini, seperti
halnya Bapak Muhammad Hatta mengenalkan
Koperasi.
Baiklah, kembali kepada pedang Mie Ayam, saya pun berkenalan
ternyata beliau juga dari daerah yang sama yaitu Wonogiri. Setelah menyantap
Mie Ayam pun kami terlibat pembicaraan sebagai sesama warga Wonogiri bercerita
tentang kampung Halaman adalah hal yang menarik sampai saya pun mengetahui
bahwa beliau pernah bekerja sebagai Senior Manager di sebuah perusahaan
Forwarding, pada sebuah perusahaan PMA Korea. Kami pun terlibat
pembicaraan yang intent karena saya pun saat ini sedang merintis usaha di
bidang yang sama yaitu Forwarding. Beliau
bercerita mengenai bisnis Gotong Royong dan cash flow dimana saat ini sudah
memiliki 5 Gerai Mie Ayam dan 1 Soto yang hanya buka pada hari minggu saat car free day, menurut penuturan beliau
bisa mendapatkan Omset Rp.1.000.000 dari penjualan Soto buka dari jam 5 sampai
jam 10 Pagi dan untuk Mie Ayam paling tidak Rp. 500.000 – Rp.1.000.000.
“Namanya orang Jualan, ya, kadang rame kadang sepi tapi ini
harian lho. Artinya jika 1 bulan 20 hari buka kios berapa yang didapat” imbuhnya meyakinkan
saya .
Dilanjutkanya, saya tidak
perlu capek buat MIE saya tinggal pesan MIE nya ke warga Wonogiri juga yang
menyuplai MIE kepada para pedagang Mie Ayam, saya tinggal pilih harga
menentukan kualitas dan tekstur dari mie sehingga saya juga tidak capek dan
pedagang mie tetap bisa membuat mie, begitu juga Bakso dan Pangsit, kecuali ini
dia menunjukkan masakan ayam khas Mie Ayam, Mie ayam itu kuncinya di kuah
masakan ayam ini, kalau ini resep rahasia saya imbuhnya dengan bangga.
Saya juga sedang mengembangkan usaha di Jambi, saya juga masih
mengerjakan Proyek-proyek namun disaat pandemi seperti ini untuk saya memulai
bisnis ini jadi saya ada penghasilan harian, tinggal bagi hasil dengan Karyawan
karena saya juga tidak bisa setiap hari menunggu warung apalagi jika ada
pekerjaan di luar kota, ya Mas rosi tahulah sebagai sesama pebisnis dibidang
angkutan, Mas rosi armada juga masih mengandalkan rekanan bukan ? Masih bangus
jika masih ada customer artinya bisnis berputar, banyak perusahaan Forwarding
dan Angkutan yang terdampak karena banyak Pabrik yang berhenti beroperasi
sehingga harus merumahkan atau paling buruknya mem-PHK karyawannya.
“Sebagai pebisnis pemula
hal yang dilakukan perusahaan Mas Rosi di PT. Samudera Biru Line sudah bagus, membuka kemitraan dengan Perusaaan
Angkutan, Warehouse, Konsolidator dan EMKL, saya yakin PT. Samudera Biru
Line akan sukses dan menjadi perusaaan besar, butuh Mental dan strategi yang
baik, jeli melihat pasar dan memahami apa yang dimau oleh pasar,” katanya.
Sang Tukang Mie Ayam mengingatkan, reputasi sangat penting, ya
kita sama-sama tahu, bisnis ini bisnis receh profit dan resiko kadang lebih
besar resikonya, karena harga barang yang dibawa lebih mahal dari Harga atau
Ongkos Angkutan juga Profit untuk Perusahaan, “Tapi inilah bisnis dan sector usaha yang saat ini masih bisa berjalan
dimasa Pandemi Covid 19 ini, Pangan atau sembako adalah logistik yang harus di
distribusikan ini adalah peluang usaha,” pungkasnya.
Demikianlah percakapan menarik saya tentang Kemitraan Sebagai Pilar Pemulihan Ekonomi di Tengah Pandemi dengan seorang Pedagang Mie Ayam yang sukses di daerah tabun itu. Karena perlu melayani konsumen, saya pun pamit. Semoga nanti bisa mampir lagi saja, barangkali kita bisa berbisnis bagi-bagi keuntungan. Semoga (az)
________________________________
Suhu Rosi Wibawa,
S.Kom, Mda, adalah Direktur Pemasaran PT. Mutiara Samudera Biru Line (https://samuderaline.com/)