SKJENIUS.COM, Jakarta.- Prahara corona masih mengganas. Jumlah korban terinveksi virus Covid-19 terus bertambah setiap harinya. Gubernur Bali I Wayan Koster mengatakan menunda pembukaan daerah setempat untuk kunjungan wisatawan mancanegara yang sedianya akan dibuka mulai 11 September 2020 karena dihadapkan sejumlah persoalan. Karuan saja, Keputusan Gubernur Bali, tersebut membuat 'resah' para pelaku usaha di sektor pariwisata, lantaran pendapatan yang didapat dari kedatangan turis domestik kemungkinan tidak akan bisa menutup kerugian sejak pandemi Covid-19 melanda.
Seiring dengan itu, penambahan angka pasien Covid-19 dilaporkan juga kian melonjak tajam di Sumatera Barat hari ini. Pada Sabtu, 29 Agustus 2020, dilaporkan sebanyak 90 orang warga Sumbar positif Covid-19. Sedangkan, Pemkot Bogor, akan menerapkan jam malam dan kebijakan semilockdown. Kebijakan itu diambil, menyusul ditetapkannya Kota Bogor sebagai daerah dengan risiko tinggi atau zona merah penyebaran Covid-19. Demikian pula update laporan data dari berbagai daerah selama dua pekan terakhir menunjukkan lonjakan yang cukup tinggi. Padahal belum dilakukan test Swab PCR secara massal dan massive?
Karena itulah, berbagai kalangan mendesak pemerintahan Jokowi lebih serius dalam dan bersungguh-sungguh menanggulangi penyebaran virus Corona. Padahal Anggaran untuk penanganan Covid-19 sangat besar, Rp.695,2 triliun. Tapi wabah virus ini belum bisa dikendalikan. Bahkan, Angka Kematian akibat Covid-19 di Indonesia Tertinggi di Asia Tenggara.
Sementara itu, Perekonomian Indonesia kian merosot. Masyarakat berpenghasilan menengah dan menengah ke bawah terkena dampak yang signifikan dari kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di berbagai daerah. Akibatnya, pendapatan menurun dan daya beli masyarakat semakin jatuh. Isu ini menjadi sebuah topik yang hangat karena hal ini menjadi tulang punggung dalam perekonomian Indonesia. Belum lagi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang dilakukan oleh sejumlah perusahaan. Sehingga jumlah pekerja yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) maupun dirumahkan mencapai 3,5 juta lebih.
Maka, solusi apa yang harus dilakukan Pemerintahan Jokowi dalam mengatasi Krisis Corona dan Kemelut Ekonomi yang berada di tepi jurang Resesi ini? Adakah opsi kebijakan yang bisa menyelamatkan keduanya: aspek kesehatan dan ekonomi? Ataukah memang kita hanya bisa memilih salah satunya? Benarkah, selama kita tidak benar-benar serius memutus penyebaran virus Corona? Maka, peluang pertumbuhan ekonomi dan investasi yang kita harapkan tidak bakal bagus? Lalu bagaimana prospek kita?
Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Surat Kabar Jenius berdiskusi dengan beberapa narasumber dan mengumpulkan pendapat dari beberapa pakar. Pada umumnya, para pakar itu mengingatkan pemerintah harus fokus pada upaya menjaga daya beli masyarakat, agar ekonomi tidak turun lebih dalam di kuartal III ini. Pasalnya, Pertumbuhan Ekonomi RI sudah Anjlok, Minus 5,32 Persen pada Kuartal II-2020
Sedangkan Ekonom Senior Universitas Indonesia Faisal Basri menganggap pemerintah tidak serius mengurus virus Covid-19. "Kita lihat komite kebijakan isinya ekonomi melulu, kecuali Menteri Kesehatan," kata Faisal dalam diskusi virtual, Rabu, 26 Agustus 2020.
Dia menuturkan, Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional diketuai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, wakil ketua oleh tiga menteri koordinator, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, dan Menteri BUMN Erick Thohir. Erick juga sekaligus menjabat Ketua Pelaksana. Selain itu juga ada dua sekretaris eksekutif dari ekonomi, yaitu Sekretaris Kemenko Perekonomian Susiwijono dan pengusaha Raden Pardede.
"Satgas penanganan covid, dulu Gugus Tugas bertanggungjawab pada presiden, sekarang bertanggungjawab kepada Erick Thohir. Ini jadi sub koordinasi penanganan virusnya. Sekarang semua ekonomi," ujar Faisal Basri.
Ekonom Senior Universitas Indonesia itu menilai pembentukan tim tersebut berpotensi meminggirkan sektor kesehatan dalam penanganan pandemi virus corona di Indonesia. “Saya lihat sangat kental nuansa penanganan ekonomi ketimbang kesehatannya. Kan corona belum sampai puncaknya. Artinya public health potensial dimarginalkan," tandasnya.
Sementara itu, pakar Spiritual Al-Hikmah, KH. Yus Darniyus, S.Ag mengingatkan agar Pemerintah memberikan solusi yang Holistik dan Komprehensif. Pasalnya, pandemi ini harus disikapi secara Spiritual, jadi tidak cukup hanya dengan Protokol Kesehatan dan Teori Ekonomi semata. “Wabah Virus corona adalah Ayat-ayat Allah yang menjadi ‘Pepeling’ bagi umat manusia. Melalui virus ini Allah menegur kita atas berbagai dosa kita, terutama dosa Sosial, Politik dan Ekonomi,” tandasnya.
Karena itulah, menurut Kyai Yus perlu dilakukan penanganan wabah yang holistik, memadukan pendekatan Teologis, Medis dan Ekonomis. “Dalam pendekatan Teologis, respon atas bencana tidaklah semata dilakukan dengan cara Rasional Empirik namun lebih bersifat Substantial atas Penyebab Bencana, yaitu adanya Kesadaran Spiritual untuk melakukan tindakan yang dianggap dapat Meredam sebuah bencana atau wabah,” tegas Kyai Yus yang juga adalah Ketua Majelis Dakwah Al-Hikmah Jawa Barat itu.
KH Yus Darniyus menjelaskan, segala aspek dalam kehidupan tidaklah lepas dari yang spiritualitas. Kehidupan nyata tidak lengkap jika tidak dilihat dari sudut metafisika, termasuk virus corona (covid-19). “Maka, Kesadaran Spiritual Menjadi Kunci Dalam Meredam Dampak Virus Corona. Jadi, Kalau Indonesia mau bangkit, pemimpin negara harus mampu menjadikan permasalahan Covid-19 sebagai kebangkitan kesadaran spiritual.” kata Kyai Yus.
Dijelaskan oleh Ketua Majelis Dakwah Al-Hikmah Jawa Barat, Kesadaran Spiritual itu, akan membangkitkan Kekuatan Iman, sehingga melahirkan Keyakinan bahwa virus corona sengaja Allah gulirkan di muka bumi ini kepada manusia untuk menguji siapa yang benar keimanannya kepada Allah dan takdir, serta siapa yang berdusta atau hanya berpura-pura beriman kepada Allah dan takdir-Nya.
“Yakinlah wahai saudaraku, sebangsa dan setanah air, semoga kita tidak putus dari rahmat Allah, bahwa saat ini makhluk yang sangat kecil yang bernama virus corona masih berkelana dan berkeliling dunia serta mendatangi siapa pun sesuai dengan kehendak dan titah Sang Khaliq. Tapi, dengan izin Allah, virus corona akan berhentidan berakhir, sesuai dengan qudrat dan iradat Allah SWT,” pungkas pakar Spiritual Al-Hikmah itu. (az).