SKJENIUS.COM, Jakarta.— MIRIS! Bukan hanya menderita kerugian puluhan triliun, BUMN pun ternyata punya Utang Luar Negeri yang semakin membengkak. Sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mengalami kerugian tahun ini. Buruknya kinerja keuangan ini, tentu menjadi tanda tanya bagi kita semua? PT. Pertamina mencatatkan rugi bersih sebesar 767,92 juta dollar AS atau setara Rp 11,13 triliun pada semester I 2020. Garuda Indonesia Rugi Rp 10 T di Semester I-2020. PT Angkasa Pura I (Persero) mencatat laporan keuangan negatif sepanjang semester I 2020. Angkasa Pura I rugi Rp 1,16 triliun.
Sementara itu, Posisi utang luar negeri (ULN) Badan Usaha Milik Negeri (BUMN) RI pada kuartal kedua tahun ini masih mencatatkan pertumbuhan yang signifikan meski ekonomi domestik tengah didera pandemi Covid-19. Pada Juni 2020 total ULN BUMN Indonesia mencapai US$ 58,6 miliar (Rp 874,1 triliun) atau naik 22,9% (yoy) dibanding posisi Juni tahun lalu yang mencapai US$ 47,7 miliar. Kenaikan ULN BUMN RI ini bahkan lebih tinggi dari kenaikan ULN industrinya maupun total ULN swasta.
Karuan saja, Anggota Komisi VII DPR RI membidangi Energi, Sumber Daya Mineral dan Lingkungan Hidup (LH), Dr H Mulyanto mempertanyakan kinerja Komisaris Utama PT Pertamina (Persero), Basuki Tjahya Purnama alias Ahok selama bergabung di perusahaan minyak negara itu. “Waktu itu Ahok bilang, merem saja Pertamina sudah untung. Asal diawasi. Nah, kalau sekarang Pertamina rugi, artinya apa? Apa Ahok tidak mengawasi. Kok nyatanya Pertamina bisa rugi,” kritik Mulyanto.
Ya...Seharusnya BUMN itu menghasilkan laba. Pasalnya, BUMN merupakan suatu lembaga Negara yang dinaungi secara langsung oleh pemerintah. Maka dari itu, BUMN memiliki peranan yang besar, yaitu bukan saja untuk mensejahterakan masyarakat, namun juga untuk membantu meningkatkan pendapatan Negara. Seiring dengan itu, ada 7 tujuan lainya dari pendirian BUMN, sebagai berikut:
- Menambah penerimaan bagi Negara di berbagai sector BUMN
- Memberikan sumbangsih bagi pertumbuhan serta perkembangan ekonomi nasional
- Bertanggung jawab atas penyediaan jasa dan barang yang berkualitas untuk memenuhi hajat hidup orang banyak
- Memenuhi kebutuhan masyarakat di berbagai sector yang ada. Beberapa sector seperti pertanian, perikanan, transportasi, telekomunikasi, perdagangan, listrik, keuangan hingga konstruksi.
- Memperoleh keuntungan dari semua sector BUMN yang ada
- Berpartisipasi secara aktif untuk membimbing dan membantu pengusaha ekonomi lemah dalam wujud koperasi dan masyarakat
- Menjadi pionir berbagai kegiatan usaha yang belum dilakukan oleh koperasi dan pihak swasta
Namun, ironisnya, malah banyak BUMN merugi. Bukannya menambah pemasukan negara, malah membebani APBN tiap tahun. Sebagai catatan, selama periode 2015-2019, Kementerian Keuangan mengalokasikan PMN pada sejumlah perusahaan BUMN di antaranya Rp 65,6 triliun di tahun 2015, dan pada 2016 sebesar Rp 51,9 triliun. Kemudian pada 2017 turun menjadi Rp 9,2 triliun serta pada 2018 sebesar Rp 3,6 trilun. Sementara pada 2019 PMN oleh Kemenkeu naik lagi menjadi Rp 20,3 triliun. Sedangkan untuk tahun 2020, uang pajak yang dialokasikan untuk tambahan modal BUMN sebesar Rp 18,73 triliun.
Padahal, secara teori, seharusnya BUMN itu untung, dengan adanya ketersediaan modal dan tenaga ahli serta proyek-proyek penting yang dikelolalanya. Tapi, Kenapa Merugi? Jadi, besar kemungkinan ada faktor non teknis yang menjadi penyebabnya. Karena itu, diperlukan langkah strategis dan konkret dari pemerintah untuk memperbaiki kinerja badan usaha milik negara. Langkah konkret tersebut antara lain, perbaikan dalam hal sumber daya manusia (SDM), perbaikan sistem dan kelembagaan serta manajemen, peningkatan laba, restrukturisasi dan konsolidasi, serta sekuritisasi kontrak dan aset.
Manajemen Ilahiyah Sebagai Obatnya
Untuk itu, perlu diadakan Audit Spiritual untuk mengatahui sejauhmana SDM yang ada menghayati, memahami dan mengamalkan Budaya Perusahaan dan sejauhmana Manajemen BUMN tersebut melandaskan aktivitasnya pada nilai-nilai spiritual. Pasalnya, untuk dapat membangun budaya perusahaan yang kokoh maka setiap organisasi haruslah menempatkan nilai-nilai spiritual pada posisi sentral dan menjadi roh keberlangsungan BUMN tersebut. Karena itu, karakter yang dibangun di dalam perusahaan BUMN haruslah dilandasi dan bersumber pada nilai-nilai spiritual yang Agung dan Mulia.
Dengan demikian, saya mengajak Pemerintahan, khususnya Menteri BUMN, Erick Thohir untuk mengatasi Kerugian BUMN dengan mengembangkan Manajemen Langit (Celestial Management) sebagai obatnya. Artinya, menjadikan Jalan spiritualitas sebagai landasan manajemen dan bisnis BUMN. Manajemen langit atau disebut juga Manajemen Ilahiyah (Ilahiyah Management) merupakan ilmu manajemen yang didasarkan pada penafsiran nilai dan prinsip Ilahiyah yang turun dari langit melalui Firman Allah SWT maupun Sabda Utusan-Nya serta diaplikasikan dalam kehidupan dan arena bisnis.
Dimensi spiritualitas dalam manajemen akan memberikan pondasi yang kuat untuk membangun integritas moral yang kokoh bagi para pelaku bisnis (karyawan, pengusaha, kaum profesional). Karena itulah perusahaan perlu mencantumkan aspek integritas dalam ’core competency’ dalam Budaya Perusahaannya. (az).