Oleh : Rosi Wibawa, S.Kom
(Bagian I)
SKJENIUS.COM, CIKARANG.-- Alhamdulillah. Rabu 05 Agustus 2020, penulis mendapat informai 6.914 Pasien Covid-19 di RSD Wisma Atlit Sembuh, merupakan kabar baik, sekalipun kebijkan New Normal juga di tanggapi beragam.
Sore ini, selesai pertemuan bisnis dari Rumah kawan di Jatibening , saya memesan Grab untuk pulang di dalam perjalanan terlibat pembicaraan dengan pengemudi grab bahwa hari ini hari pertama aplikasi grabnya di nyalakan, hari ini adalah hari pertama dia bekerja kembali. Sepanjang perjalanan, kami pun larut dalam pembicaraa menarik seputar liku-liku kehidupan dan bisnis. Dia bercerita panjang lebar mengenai pekerjaan nya sebagai supir dimulai di semarang sebagai supir expedisi selama 10 tahun, kemudian Supir Forklif di Pelabuhan Tg. Priok
Semua perusahaan Taxi sudah dicobanya. Hingga akhirnya Mobil yang dibeli dengan di cicil melalui perusahaan taxi di jual karena kalah dengan armada taxi online. Hasil dari penjualan taxi tersebut di pergunakan untuk membeli mobil untuk taxi online.
Demikianlah Pak Sopir Grab tersebut berkisah tentang perjalanan usahanya untuk meningkatkan Kualitas Hidup Keluarganya. Perjalanan bisnis, usaha, pekerjaan, yang harus terus bertransformasi mengikuti perkembangan yang ada, dengan tidak mengeluh mencari solusi terbaik.
"Mencari cara terbaik yang biasa di lakukan dengan pengalaman dan kemampuan yang ada, sebuah usaha atau cara hidup yang menurut saya real dan kontekstual," katanya.
Sebagaimana kita ketahui, Taxi online juga adalah sebuah bisnis kemitraan. Sebuah perusahan yang memiliki aplikasi mengajak pemilik kendaraan untuk bergabung menjadi mitra. Kesepakatan kemitraan inilah yang akhirnya menjadi lahan usaha baru bagi kedua belah pihak.
Mungkin kita pernah mendengar mengenai tuntutan dan harapan para pengemudi taxi online kepada pemilik aplikasi dan pemerintah sebagai regulator untuk bernegosiasi agar hak dan kewajibanya pun dapat sama- sama terpenuhi dan tentunya kesepakatan tetap berjalan tanpa merasa ada yang di rugikan
Bahkan, Ratusan sopir taksi online pernah berdemo menolak Permenhub 108/2017. Mereka datang dari berbagai daerah seperti Surabaya, Bandung, Yogyakarta dan kota-kota lainnya. Ada beberapa poin dalam Permenhub yang mereka tolak.
"Kami merasa diperlakukan tidak adil karena kami merasa dibodohi," ujar orator demo di depan Kementerian Perhubungan, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Senin (29/1/2018).
Mereka juga menolak untuk melakukan Uji KIR kendaraan dan juga membuat SIM A Umum. "Ini pembodohan. Jelas-jelas kita pakai aset pribadi kenapa harus pakai SIM A Umum. Yang tidak patuhi aturan kita atau Kementerian Perhubungan? Jelas-jelas SIM A Umum untuk kendaraan umum," ujar orator yang mengaku datang jauh-jauh dari Yogyakarta ini.
Selain itu para sopir taksi online yang hari ini berdemo juga menolak pembentukan koperasi yang dinilainya hanya sebagai alat untuk menguras uang mereka.
Demikianlah liku-liku kehidupan sopir taksi di tengah Prahara Covid-19. Semoga Allah memberi Solusi terbaik, kemudahan dan kelancaran dalam usaha mereka menafkahi keluarganya. (az)
_____________________
Rosi Wibawa, S.Kom, Direktur Pemasaran PT. Samudera Biru Line, Pemerhati Masalah Sosial, Sekretaris Dewan Kemakmuran Masjid Baiturrahman, Cikarang, Jawa Barat.