SKJENIUS.COM, JAKARTA.- Pandemi Covid-19 memporakporandakan bisnis kapitalis yang berbasiskan riba dan berpihak kepada para pemodal (kapital). Ekonomi AS Minus 32,9 Persen di Kuartal II. Sementara itu, German, Italy, Korea Selatan dan Singapura sudah terperosok ke jurang resesi.
Wabah Virus dari Cina ini juga Menguak Bobroknya Sistem Sosialis Komunis yang berpusat pada manusia dan materialisme. Prahara virus yang belum diketahui kapan mereda ini telah mengubur ambisi Cina ingin mencengkram dunia lewat proyek OBOR (Jalur Sutra Baru).
Sementara itu, Ekonomi Indonesia Sudah Anjlok di 2, 97% di kuartal I-2020, Dekati Skenario Terburuk. Lonceng Kematian Dunia Usaha pun Berdentang Kencang di Tengah Amukan Corona. Para pengusaha tanah air tengah berjuang untuk tetap survive di tengah terpaan badai pandemi ini. Jika wabah terus merebak dan berlarut-larut, maka gelombang tsunami kebangkrutan sektor usaha tanah air tinggal tunggu waktu?
Namun demikian, dibalik situasi yang mencemaskan tersebut di atas, di sisi lain, Wabah Corona ini telah MEMBANGKITAN KESADARAN SPIRITUAL para pebisnis. Pasalnya, virus yang belum ditemukan vaksinnya ini telah mempertontonkan betapa rapuhnya kehidupan dan ekonomi yang berbasiskan materialisme.
Karena itu, semakin bayak yang menyadari bahwa untuk SURVIVE di tengah Wabah Corona, tak cukup hanya mengandalkan kemampuan intelektual dan kecakapan manajemen Barat. Namun aspek kecerdasan spiritual dalam berwirausaha, SPIRITUAL ENTREPRENEUR QUESTION (SEQ), juga memegang peranan penting untuk membangun sebuah usaha.
Kesadaran spiritual adalah sebuah kondisi dimana pikiran kita mendapatkan input informasi langsung dari Percikan Cahaya Ilahiyah (Hidayah) yang ada di dalam diri, dalam kondisi ini sering juga disebut kita sedang mendapatkan Pencerahan Ruhani (Illumination). Jadi, bagi seorang Pengusaha Muslim, selain kecerdasan intelektual, kesadaran emosional dan spiritual pun perlu dibangun untuk menjalani kehidupan, baik sebagai pengusaha, maupun individu, maupun pemimpin perusahaan.
Karena itu, Nenek Moyang kita Bangsa Nusantara adalah masyarakat yang dididik bahwa kemajuan spiritual lah yang harus lebih dahulu didapatkan sebelum hidup bisa sukses dan beruntung. Kemajuan spiritual (yaitu, menghindari dosa dan menyenangkan Allah) menjadi yang pertama dan kesuksesan duniawi yang kedua.
Maka, sudah saatnya prahara corona ini kita jadikan momentum Kebangkitan Kesadaran Spritual Nasional. Kita perlu menemukan kembali jalan spiritual. Kita mendekatinya tidak sekadar tambahan untuk kehidupan, namun menjadi bagian yang holistik. Sehingga dapat kita dayagunakan dalam menghadapi semua jenis tantangan kehidupan nyata, terutama tantangan finansial.
Konsep bekerja sebagai ibadah
Kesadaran spiritual diperlukan sebagai langkah untuk mengatasi efek sistem kapitalisme bisnis yang merusak lingkungan maupun kehidupan manusia itu sendiri. Sebagai bentuk realiasasi menanamkan prinsip spiritual dan bisnis yang selaras, kita bisa menerapkan konsep bekerja dan berbisnis sebagai ibadah.
Insya Allah, saat nilai-nilai spiritual melandasi tugas dan pekerjaan setiap karyawan, maka ini akan menjadi sebuah power yang luar biasa. Ketika setiap karyawan memiliki keyakinan bahwa setiap pekerjaan yang mereka lakukan bernilai ibadah kepada Allah, maka pasti mereka akan mempersembahkan yang terbaik kepada perusahaan.
Dengan demikian, dimensi spiritualitas dapat dijadikan driving force yang kuat untuk menancapkan motivasi dan etos kerja yang selalu mengacu pada prestasi terbaik. Dalam konteks ini mestinya ada kesadaran kuat untuk menjalankan ”teologi kerja (job theology)” : atau sebuah niatan suci untuk selalu menganggap pekerjaan kita sebagai sebuah ibadah dan bentuk pengabdian kita pada Yang Maha Agung.
Insya Allah, Anda akan merasakan kecepatan pertumbuhan bisnis Anda dengan kombinasi etika kerja dan praktik spiritual serta pola pikir anda. Ini memungkinkan anda untuk membuat lompatan kuantum dalam pertumbuhan bisnis. Dan Nikmatilah indahnya kehidupan sebagai jutawan. (az).
