SKJENIUS.COM.- JAKARTA.- Alhamdulillah🙏Prahara Covid-19 mengingatkan pentingnya penguatan kesadaran Spiritual. Artinya, kita seperti disadarkan adanya sumber energi yang jauh lebih besar untuk menyelami dan menjelajahi kehidupan nyata ini. Segala aspek dalam kehidupan tidaklah lepas dari yang spiritualitas. Kehidupan nyata tidak lengkap jika tidak dilihat dari sudut metafisika, termasuk virus corona.
Maka, dibalik wabah yang mencemaskan ini, sesungguhnya banyak hikmah yang terkandung di dalamnya. Dengan kata lain, Virus dari Cina ini telah menggiring rakyat Indonesia untuk menengok kembali keberadaan “Energi Luar Biasa” yang ada dalam Diri. Pasalnya, selama ini masyarakat kita cenderung melupakan sisi spiritual dalam kehidupan. Banyak orang terlena dengan nafsu materialis.
Manusia satu-satunya makhluk eksistensialis, yang posisinya fluktuatif, bisa turun-naik martabat dan maqam-nya di sisi Allah. Karena itu manusia sesungguhnya selalu melakukan perjalanan spiritual. Dalam Al-Qur’an disebutkan:
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (Q.S.al-A’raf/7:179)
Jadi, kalau Indonesia mau bangkit, sekaranglah saatnya. Para Pemimpin dari tingkat Pusat dan Daerah harus mampu menjadikan permasalahan Covid-19 sebagai momentum Kebangkitan Spiritual Nusantara.
Ziarah ke Makam ‘Ulama merupakan satu diantara ciri khas dari kearifan lokal yang berkembang di Indonesia dengan segala kemajemukan yang mewarnai dinamika kehidupan masyarakat. Ziarah dalam tradisi Islam Nusantara merupakan satu wujud perjalanan spiritual (the Journey of Spirituality) untuk memetik sumber barakah dari orang-orang yang punya Karamah yang selama hidupnya selalu dekat dengan Allah.
Dengan berkunjung ke makam para wali, peziarah seolah diajak untuk menyelami hikmah-hikmah kehidupan yang sejalan dengan tuntunan Nabi Muhammad untuk selalu ingat dengan sang pencipta dan berusaha memperbaiki perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Semangat untuk memperkuat dan mempertebal keimanan adalah tujuan utama yang hendak diperoleh oleh peziarah sehingga petualangan spiritual atau wisata religius ini bisa menjadi sarana untuk memperkuat ikatan persaudaraan antara sesama muslim yang berasal dari berbagai daerah.
Di era yang sudah modern seperti sekarang ini masih banyak orang-orang yang melakukan ziarah ke makam-makam keramat. Seiring dengan kebutuhan spiritual dan banyaknya permasalahan yang dihadapi oleh suatu individu dalam masyarakat kadangkala menjadikan rasionalitas mereka tidak berdaya sehingga timbul kecemasan dan ketakutan dan untuk mengatasinya adalah dengan berziarah yang diyakini dapat menenangkan jiwa.
Ziarah Makam biasa dilakukan dengan mengunjungi makam-makam keluarga, kerabat, tokoh masyarakat, ulama, wali dan nabi yang telah berjasa bagi perkembangan agama Islam. Makam para ‘Ulama dapat dikategorisasikan sebagai tempat yang memiliki nilai sejarah keislaman sebagaimana makam para wali Allah Jalla Jalâluhu. Para wali dan kekasih Allah itulah yang mampu menghadirkan pancaran sinar keilahian dan cahaya nubuat yang akhirnya mampu menghadirkan daya tarik (magnetic) secara otomatis (otometicly).
Risalah itulah yang akhirnya menjadi media perenungan dan pembelajaran pengembangan nilai diri manusia. Dalam konteks inilah sehingga muncul para penziarah yang selalu membanjiri makam-makam para Wali Allah. Kehadiran penziarah ersebut lantaran bukti cintanya pada sang kekasih Allah, mereka selalu rindu ingin bertemu kekasihnya. Inilah yang akhirnya dijadikan prinsip hidup para penziarah untuk selalu belajar dengan mengembangkan nilai-nilai nubuat dalam prosesi ziarah atau berkunjung ke makam Wali Allah.
Karena itulah, Puncak Pendakian Spiritual pun dapat diraih dalam perjalanan ziarah ke Makam ‘Ulama atau Guru Mursyid. Intinya, belajar dari para wali Allah dan mengambil hikmahnya. Bahwa tiap manudia diingatkan akan pentingnya hidup tetap bijaksana, adil, damai dan penuh toleransi. Karena itulah modal untuk bisa menjadikan diri kita dan peradaban umat menjadi lebih baik ke depannya, seimbang dunia maupun akhirat sesuai dengan ajaran-Nya.
Insya Allah, dalam suasana hening dan damai, ketika Wirid dan Do’a saat ziarah, akan menyeruak satu suara tanpa rupa yang mengarahkan kita untuk mengerti tentang Sejatining Urip. Silakan kita mencerna semua itu, dan membiarkan arahan itu mengkristal menjadi satu tekad. Ya, kita memang perlu punya sebuah tekad agar bisa mengerti kesejatian berbagai hal tersebut agar hidup yang kita jalani menjadi berarti.
Apalah artinya hidup yang panjang, jika itu semua berlalu hanya untuk makan, minum, bersenggama, tanpa tumbuh kesadaran akan arti dari hidup itu sendiri. Sejauh saya mengerti, tanggung jawab menjadi manusia, dan ini yang kemudian membedakan kita dengan hewan, adalah mencapai PENCERAHAN (illumination) dan KESADARAN (Consciousness). (az).