Jakarta, SKJENIUS.COM. - Alhamdulillah 🙏 Dalam Menjalani hari demi hari, terbuka sebuah "Tabir" yang selama ini terselubung di balik Pandemi Covid-19. Terbukti, setiap Allah memberi kenikmatan, di baliknya pasti ada ujian. Setiap ada musibah, di baliknya ada hikmah. Dan virus Corona (Covid-19) adalah musibah. Di balik musibah, itu ada kandungan hikmah yang luar biasa dahsyat. Jauh lebih dahsyat dari pada sisi musibahnya.
Hikmah yang tersembunyi di balik wabah yang mencemaskan Milyaran orang di dunia adalah "Spiritual dan budaya merupakan hal penting dalam membangun Ekonomi."
Realita Tak Terbantahkan, Pandemi ini tidak hanya melumpuhkan dunia saja, namun ia juga menumbangkan klaim-klaim kebaikan dan legitimasi Kapitalisme sebagai sistem ekonomi yang cocok untuk umat manusia. Saat ini, Kapitalisme yang menafikan Spiritualitas itu tengah menghadapi mimpi buruknya sendiri.
Meskipun virus Corona (Covid-19) ini dapat membunuh antara 1 persen hingga 4 persen dari mereka yang terinfeksinya. Namun hal itu akan berdampak terhadap ekonomi yang jauh lebih kompleks daripada yang terjadi pada tahun 1340 M., di mana pada saat itu geopolitik dalam kondisi yang jauh lebih rapuh, dan masyarakat sudah dicekam firasat atas perubahan iklim (aljazeera.com, 3/4/2020).
Imam Bukhari meriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu ‘anha yang berkata: "Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallama tentang Tha’un, lalu beliau memberitahuku, “Tha’un itu merupakan azab yang Allah turunkan terhadap siapa yang Dia kehendaki, dan Allah jadikan sebagai rahmat untuk orang-orang mukmin. Maka tidak ada seorang hamba pun yang tha’un menimpa, lalu dia berdiam di negerinya seraya bersabar mengharap ridha Allah, sedang dia tahu bahwa tidak ada yang akan menimpanya kecuali apa yang telah Allah tuliskan untuknya, kecuali untuknya semisal pahala syahid.”
Jadi, jelaslah, wabah corona ini akan menjadi Karunia bagi orang Beriman, saat mereka memahami "Pesan Spiritual" yang dikirim Allah melalui wabah yang mengguncang dunia itu. Sehingga mereka menyadari bahwa selama ini, kita telah terperangkap dalam Cengkeraman Sistem Ekonomi Kapitalis yang berbasiskan riba. Karena itulah Allah menegur kita dengan bencana corona. Rosulullah ﷺ bersabda:
"Jika zina dan riba sudah menyebar di suatu kampung maka sesungguhnya mereka telah menghalalkan azab Allah atas diri mereka sendiri". (Hadits Riwayat al-Hakim dalam al-Mustadrok, al-Baihaqi Syu'ab al-îmân, dan ath-Thobaroni dalam Mu'jam al-Kabîr).
Ekonomi Spiritual adalah studi lintas disiplin ilmu yang menggabungkan psikologi, ekonomi, budaya Nusantara dan ilmu spiritual Tasawuf Transformatif untuk menjelaskan mengapa kita harus meninggalkan kapitalisme burung bangkai, kompetisi yang sangat ketat, kesulitan ekonomi yang tak berkesudahan, eksploitasi, ketidakadilan, dan perjuangan di dunia ini. Ekonomi Spiritual menjelaskan mengapa metode ekonomi saat ini (Kapitalis Liberal) tidak dapat melakukan apa pun untuk menyelesaikan masalah ini, mengungkapkan sumber sebenarnya dari masalah ekonomi kita, dan menjelaskan satu-satunya solusi faktual yang dapat menciptakan ekonomi yang melayani semua orang.
Ekonomi Spiritual juga menjelaskan asal dan solusi dari masalah ekologis kita.
Ada hubungan antara aktivitas ekonomi dan kesadaran manusia. Hubungan yang erat antara budaya dan spiritual sebagai unsur penting dalam membangun Ekonomi. Perlu kita sadari bahwa Ekonomi bukanlah ilmu fisika seperti elektromagnetisme yang bekerja sesuai dengan hukum alam.
Ini adalah seperangkat ide yang seluruhnya diciptakan oleh manusia. Sisi paling penting dari persamaan ekonomi karena itu, adalah sisi manusia, tetapi sisi ini benar-benar diabaikan dalam semua diskusi ekonomi. Karena ekonomi adalah ciptaan buatan manusia, jika kita ingin memahami masalah ekonomi dan solusinya, kita harus memahami bagaimana dan mengapa manusia bertindak di dunia ini.
Insya Allah, hal itu akan memberi kita wawasan yang diperlukan untuk menyesuaikan dengan baik semua parameter kalkulus ekonomi untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Dengan menggunakan kebijaksanaan spiritual Tasawuf Transformatif yang dikembangkan para Guru Mursyid kita.
Ekonomi Spiritual menjelaskan perilaku makhluk spiritual yang hidup di dunia material. Ini semua ada hubungannya dengan kegiatan ekonomi. Ekonomi Spiritual juga menelusuri, dan menjelaskan, pergeseran historis dari ekonomi hadiah yang ditemukan di banyak budaya asli ke eksploitasi ekonomi yang terjadi hari ini.
Ekonomi Spiritual menganalisis perilaku ekonomi sebagai fungsi kesadaran manusia, dan menjelaskan perkembangan kesadaran menggunakan konsep-konsep dari pandangan dunia para Guru Sufi. Karena itu ia menawarkan perspektif yang sepenuhnya absen dari semua analisis ekonomi lainnya.
Pembaca serius situs blog ini didorong untuk memperkenalkan diri mereka dengan pandangan dunia Tasawuf Transformatif sebagai langkah pertama untuk memahami Ekonomi Spiritual. Secara definitif Ekonomi Spiritual adalah sebuah sistem ekonomi yang berbasiskan spritualisme dan Kearifan Lokal Nusantara, sehingga melahirkan tata perekonomian yang juga melibatkan norma dan moral sekaligus, dalam tataran pelaksanaan perekonomian bangsa dan negara.
Sistem ekonomi ini sebenarnya sudah ada sejak nenek moyang kita bangsa Nusantara mengenal theologi dan budaya dalam kehidupannya. Dari sinilah kemudian berkembang dan melahirkan kehidupan bermasyarakat termasuk juga dalam bidang perekonomian.
Ekonomi Spiritual juga menjadi bagian dari aliran ekonomi normatif, yakni sebuah aturan ekonomi yang menghendaki setiap transaksi ekonomi diikutsertakan nilai-nilai moral dan etika yang juga memiliki artian melibatkan aturan-aturan Allah sebagai pengawas dalam tata pelaksanaan ekonomi tersebut.
Dengan demikian, Ekonomi Spiritual adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang berupaya untuk memandang, menganalisis, dan akhirnya menyelesaikan permasalahan-permasalahan ekonomi dengan cara-cara Spiritual Islam, yaitu berdasarkan atas ajaran agama Islam, yaitu Al Qur’an dan Sunnah Nabi dan Kearifan Lokal Budaya Luhur Nusantara dan Spiritual.
Ekonomi Spiritual memiliki Tiga hal pokok yang menjadi landasan hukum sistem ekonomi spiritual yaitu Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah, hukum-hukum yang diambil dari kedua landasan pokok tersebut secara konsep dan prinsip adalah tetap (tidak dapat berubah kapanpun dan dimana saja), serta Nilai Luhur Budaya Nusantara.
Jadi, Sistem Ekonomi Spiritual merupakan unsur penting dalam sebuah negara. Sebab, berkembangnya perekonomian artinya berkembang juga suatu negara.
Berikut karakteristik ekonomi spiritual yang dapat kita diskusikan lebih mendalam:
1. Pengertian
Ada beberapa prinsip mengenai ekonomi spiritual.
Pertama, ekonomi spiritual adalah bagian dari ilmu ekonomi yang bersifat interdisipliner atau tidak dapat berdiri sendiri, tetapi perlu penguasaan yang baik dan mendalam terhadap ilmu-ilmu pendukungnya.
Kedua, Ekonomi Spiritual merupakan ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang diilhami oleh nilai-nilai Islam dan Nilai Luhur Budaya Nusantara.
Artinya, definisi ekonomi spiritual menekankan karakteristik komprehensif tentang subjek dan didasarkan atas nilai moral ekonomi spiritual yang bertujuan mengkaji kesejahteraan manusia, yang dicapai melalui pengorganisasian sumber-sumber alam berdasarkan gotong royong dan partisipasi.
2. Prinsip
Prinsip ekonomi spiritual menekankan pada tujuh poin:
- Sumber daya merupakan pemberian atau titipan dari Allah SWT sehingga
- Tidak ada kepemilikan mutlak.
- Berjamaah agar saling menggerakan ekonomi.
- Pemerataan kekayaan, sehingga tidak ada disparitas.
- Ekonomi spiritual menjamin pemilikan masyarakat dan penggunaannya direncanakan untuk kepentingan orang banyak.
- Seseorang yang memiliki kekayaan tertentu wajib membayar zakat.
- Prinsip ekonomi spiritual adalah melarang riba dalam bentuk apapun.
Tujuan ekonomi spiritual adalah tidak mengekang kebebasan individu secara berlebihan, menciptakan keseimbangan makro ekonomi dan ekologi, atau tidak melemahkan solidaritas keluarga dan sosial, serta ikatan moral yang terjalin di masyarakat.
4. Karakteristik
Ciri-ciri ekonomi spiritual jelas berbeda dengan ekonomi kapitalis dan sosialis. Ada tiga karakteristiknya, pertama ekonomi Ke-Ilahiyahan yaitu bersumber dari Allah SWT. Ekonomi pertengahan adalah memiliki keseimbangan antara berbagai aspek.
Terakhir, ekonomi berkeadilan yakni memperlihatkan aspek keadilan bagi semua pihak yang terlibat dalam praktik ekonomi spiritual. Wallahua'lam. (az).