Jakarta, JENIUSLINE.- Masya Allah🙏 Prahara COVID-19 bukan hanya mengancam kesehatan dan menciptakan krisis ekonomi, sosial, dan politik, namun juga menyebabkan krisis globalisasi akibat hantaman keras terhadap kapitalisme Amerika dan Sekutunya serta porak porandanya perekonomian Cina Komunis.
Demikian disampaikan Ketua Dewan Perancang Partai Nusantara Bersatu, KGPH Eko Gunarto Putro, SE, menjawab pertanyaan wartawan seputar “Analisa Risiko Dampak Ekonomi Corona dan Usulan Solusi,” di kantornya, Pejaten Office Park, Jakarta Selatan. “Bank Dunia memproyeksi ekonomi global minus hingga 5,2% pada tahun ini, resesi ekonomi terdalam sejak perang dunia kedua. Jika PSBB Berlanjut, Ekonomi RI Masuk Jurang Resesi,” imbuh Kanjeng Eko.
Menurut Kangjeng Eko, hal ini bisa menjadi peluang bagi negara dengan kekayaan sumber daya alam melimpah seperti Indonesia, untuk menegakkan kedaulatannya di bidang ekonomi melalui Sistem Ekonomi Pancasila. “Inilah momentumnya Indonesia mengembangkan sistem ekonomi Pancasila warisan founding fathers Soekarno - Hatta,” katanya.
Kangjeng Eko menjelaskan, Sistem Ekonomi Pancasila adalah sistem ekonomi yang berbasiskan Spiritualitas dan azas Gotong Royong. “Ini adalah sebuah sistem ekonomi yang khas dan genuine, Ekonomi Pancasila dijabarkan dalam Pasal 33 UUD NRI 1945 sebagai perwujudan dari sila kelima Pancasila yakni Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia,” ujar Kangjeng Eko.
“Mendayung Antara Dua Karang” di tengah terjangan badai Globalisasi. Begitulah Situasi dan Kondisi yang dihadapi Indonesia saat ini. Bagaikan sebuah kapal yang berada di tengah lautan sedang dihantam badai Globalisasi dan harus melewati dua karang, Amerika Serikat (Kapitalis) dan Cina (Sosialis Komunis).
Karena itu, agar bisa selamat dalam berlayar agar melewati dua karang tersebut, sehingga bisa berlabuh di Pantai Sejahtera, maka dibutuhkan Sistem Ekonomi yang Kokoh. Yakni Sistem Ekonomi Pancasila yang berbasiskan Kearifan Luhur Budaya Spiritual Nusantara dan Gotong Royong yang kemudian disenyawakan dengan Manajemen Ilahiyah (Ilahiyah Management).
IntI ekonomi Pancasila adalah gotong royong dalam Usaha Bersama atau Koperasi. Hal ini merupakan suatu keharusan dan pemerintah Indonesia dituntut punya komitmen. Pasalnya, koperasi merupakan instrumen paling pas untuk ekonomi Pancasila karena dilandasi asas kepercayaan.
Oleh karena itu, Pemerintahan Jokowi-Ma'ruf harus punya komitmen besar dengan beberapa pendekatan yang dilakukan. Utama sekali adalah pendekatan politis dengan meninjau kembali peraturan yang memarginalkan UMKM. Pendekatan politik itu ada dua, pertama peraturan, kedua lewat APBN.
Sedangkan dari kalangan pengusaha, terutama pebisnis Muslim harus turut bertanggungjawab dan berperan aktif dalam mengembangkan Sistem Ekonomi Pancasila ini. Caranya adalah dengan membentuk Spiritual Company.
Spiritual Company ini adalah suatu konsep di mana perusahaan menerapkan nilai-nilai spiritual dalam menjalankan usahanya. Dalam hal ini, Guru Mursyid kita, Allahyarham KH. Abdurrahman Siregar mengatakan peran Allah hendaklah diikutsertakan dalam kehidupan berbisnis.
Jadi, Spiritual company itu menjadikan Allah sebagai best strategic partner. Yakni dengan selalu tunduk taat dan patuh mengikuti Petunjuk-Nya dalam berbisnis dan senantiasa Bergerak selaras dengan Iradat (kehendak) dan Qudratullah. Sebagaimana Allah menjelaskan dalam sebuah Firman-Nya:
“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan-Nya dengan harta dan jiwamu, itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahuinya." (QS. ash-Shaff: 10-11).
Berdasarkan catatan dan pengalaman kami sebagai Spiritual Business Consultant, diidentifikasikan ada Tujuh manfaat yang didapat perusahaan dengan menyandarkan bisnisnya pada aspek spiritualitas.
- Perusahaan akan jauh dari berbagai kecurangan (fraud) yang mungkin terjadi akibat 'menghalalkan segala cara'. Karena, dari sinilah kebangkrutan perusahaan dimulai;
- Meningkatnya produktivitas dan kinerja perusahaan;
- Terbangunnya suasana kerja yang harmonis atau hadirnya sinergi di antara karyawan dan pimpinan perusahaan;
- Meningkatnya citra (image) positif perusahaan;
- Perusahaan menjadi tumbuh dan berkembang secara berkesinambungan (sustainable company);
- Menurunkan perpindahan (turnover) karyawan;
- Tersalurkan Dana Zakat, infaq dan serta Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) dengan terarah.
Maka, sudah selayaknya para pebisnis, apalagi pengusaha Muslim, menerapkan budaya manajemen spiritual, yakni menempatkan nilai-nilai universalitas dalam tujuan pencapaian bisnis. Dalam konsep ini, definisi manajemen berubah dari sekedar getting things done through the people menjadi getting God's will done by the people.
Tugas memakmurkan hidup melalui kejayaan organisasi-seperti ditegaskan dalam surah Hud ayat 61, dipandang sebagai tugas suci. Sehingga spirit ibadah kepada Allah menjadi landasan bisnis yang sangat kokoh. Karena, setiap aktivitas mendapatkan keuntungan yang selalu berkait erat kepada Sang Pencipta (Creator). (az).