SKJENIUS.COM, JAKARTA.- MIRIS‼️ Manufaktur RI Babak Belur dihantam Prahara Corona. Kontraksi pada sektor manufaktur ini dipengaruhi utamanya oleh penurunan permintaan domestik, yang selama ini mampu menyerap hingga 70 persen dari total produksi industri manufaktur dalam negeri. Sementara itu, Virus yang belum ada vaksinnya ini berdampak besar terhadap perputaran bisnis di tanah air, maka badai PHK pun melanda. Sehingga mempengaruhi tingkat pengangguran terbuka (TPT) dan angka kemiskinan nasional.
Demikian terungkap dalam diskusi bertajuk “KEMBALI KE EKONOMI PANCASILA ATAU TERPURUK KE JURANG RESESI⁉️” yang diselenggarakan Dewan Perancang Partai Nusantara Bersatu di Pendopo Al-Hikmah, Cikarang, Jawa Barat. “Pertumbuhan ekonomi masuk masa-masa suram lantaran terus-terusan dihantam Corona. Pada kuartal I-2020 Ekonomi Indonesia Sudah Anjlok di 2%-an, Dekati Skenario Terburuk,”
Cetus KGPH Eko Gunarto Putro, SE.
Ketua Dewan Perancang Partai Nusantara Bersatu itu merasa ngeriih mengamati perekonomian global yang sudah mendekati resesi dan semakin melorotnya perekonomian dalam negari. “Indonesia berpeluang masuk ke JURANG RESESI. Hal ini tercermin dari proyeksi sementara bahwa ekonomi nasional akan tumbuh negatif pada kuartal II dan III secara berturut-turut.” Kata Kangjeng Eko.
Namun demikian di sisi lain, KGPH Eko Gunarto Putro, SE juga merasa optimis, Indonesia bisa terhindar dari Resesi Ekonomi dengan kembali ke Jati Diri Bangsa, yakni Sistem Ekonomi Pancasila. "Perlu kita sadari bahwa Wabah COVID-19 bukan hanya menciptakan krisis kesehatan, ekonomi, sosial, dan politik, namun juga menyebabkan krisis globalisasi akibat hantaman keras terhadap kapitalisme Amerika dan sekutunya serta Sosialis-Komunisme Cina," ujar Kangjeng Eko.
Menurut Ketua Dewan Perancang Pembentukan Partai Nusantara Bersatu itu, Hikmah terbesar dari Pandemi Covid-19 adalah menunjukkan betapa rapuhnya Kapitalis Amerika dan Sosialis Cina Komunis. Dalam tempo 3 bulan impian Cina Komunis terkubur. Tak lama kemudian, Wall Street pun tenggelam, Ekonomi Kapitalis Amerika dan sekutunya babak belur. Bahkan, Korea Selatan dan Singapore sudah terperosok ke jurang resesi.
"Hal ini bisa menjadi peluang besar bagi Indonesia yang memiliki kekayaan sumber daya alam melimpah untuk menegakkan kedaulatannya di bidang ekonomi melalui Sistem Ekonomi Pancasila. Sistem Ekonomi berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa yang mengutamakan Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,” tegas Kangjeng Eko.
Kanjeng Eko, mengajak seluruh elemen bangsa untuk menyadari bahwa Pandemi Covid-19 Ini Jadi Pengingat Ekonomi Kita yang Terlalu Kapitalis. Ditegaskannya, selama ini ekonomi kita terlalu kapitalis yang berbasis Riba, Individualis, terlalu memihak pemilik modal dan mengejar petumbuhan. Tapi mengabaikan pemerataan. Di era Jokowi, beliau berani meningkatkan utang dan mengambil tindakan tidak populis yakni memangkas subsidi dan mengalihkan anggaran ke pembangunan infarstruktur yang menjadi program andalannya.
“Rezim Jokowi berpikir dengan memajukan infrastruktur maka ekonomi akan tumbuh 7%, meskipun kenyataannya selama 5 tahun pemerintahanannya pertumbuhan ekonomi hanya berkisar di angka 5% saja. Sekilas nampaknya pertumbuhan ekonomi Indonesia, naik namun diakibatkan pandemi, pertumbuhannya malah anjlok. Tumpukan pun menggunung. Karuan saja, posisi utang Indonesia per akhir Mei 2020 berada di angka Rp5.258,57 triliun,” tandas Kangjeng Eko.
Kangjeng Eko memaparkan, bahwa di tengah pandemi ini yang belum tahu kapan berakhirnya ini, sistem ekonomi yang terbaik adalah ekonomi yang berkeadilan, ekonomi yang mampu memberikan keleluasaan serta kelonggaran kepada para usahawannya atau masyarakat yang benar-benar membutuhkan. "Itulah yang kita maksud dengan Sistem Ekonomi Pancasila. Perekonomian yang dibangun berazaskan kekeluargaan, gotong royong sesuai Amanah UUD 45, untuk meningkatkan taraf hidup seluruh rakyat Indonesia," tegasnya.
Ketua Dewan Perancang Partai Nusantara Bersatu itu menjelaskan, dalam sistem ekonomi Pancasila, prinsip"Ta'awun" (Tolong Menolong) menjadi Soko Gurunya. Selain itu, social investor pun dilibatkan, di mana yang memiliki kelebihan harus mampu menolong yang berkekurangan, yang berkecukupan juga harus mampu membantu yang berkekurangan.
"Sehubungan dengan hal tersebut di atas, kita mendorong pemerintah untuk mengubah portfolio serta prinsip ekonomi yang saat ini ebih cenderung ke arah ekonomi berbasis kapitalis. Inilah waktunya Indonesia kembali kepada sistem ekonomi Pancasila," pungkas Kangjeng Eko. (az)