Jakarta, SKJENIUS.COM.- Alhamdulillah Shaum Ramadhan tahun ini, dapat kami laksanakan penuh kenikmatan, bahagia dan sejahtera. Seiring bisa berkumpul bersama keluarga, juga banyak Rahmat dan Pencerahan Jiwa yang kami Rasakan. Betapa tidak, dalam Ramadhan tahun ini, kami sekeluarga merasakan betapa Cinta Kasih Allah demikian besarnya kepada kami sekeluarga. Allah mengutus corona untuk “Memaksa” kami melakukan I’tikaf sekeluarga (Family Quarantine), yang mana hal ini belum pernah terjadi di tahun-tahun sebelumnya.
“Thank you Allah for all your blessings to me and my family. for the strength you give me each day and for all the people around me who make life more meaningful”
Namun demikian, seiring dengan berbagai Rahmat yang kami dapatkan, terselip Keprihatinan yang mendalam, menyaksikan saudara kita sebangsa dan Umat Islam di berbagai belahan bumi sedang mendapat ujian yang cukup Berat dari Allah, berupa Musibah Pandemi Corona yang mengguncangkan dunia. Betapa tidak, Virus corona bukan hanya merenggut ribuan nyawa tetapi juga mengubah tata cara kehidupan manusia di seluruh dunia mulai dari interaksi sesama maupun proses berhubungan dengan Allah.
Banyak orang terpaksa mengurung diri (Self Isolation) di rumah, menghindari tempat keramaian, dan menunda perjalanan ke tempat lain. Sebagian lainnya mengubah tata cara bersalaman dari berjabat tangan dan berpelukan menjadi salam menggunakan siku dan kaki. Bahkan, ada juga sebagian orang yang sedemikian ketakutan, sehingga takut pula datang ke Masjid untuk Melaksanakan Shalat Berjamaah, Zikir, Tilawah, Do’a dan Shalat Jum’at. Padahal yang dilarang adalah berkerumun, dianjurkan menjaga jarak (Physical Distancing), Memakai Master dan anjuran lainnya sesuai dengan Protokol Kesehatan. Entah Mengapa mereka jadi Menutup Pintu Masjid ⁉️
Social distancing, Physical Distancing, masker, sanitizer, work from home (WFH), disinfektan, Suspect, Positif, ODP (Orang Dalam Pemantauan), PDP (Pasien Dalam Pengawasan), Rapid Test dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) adalah kata-kata yang semakin banyak muncul akhir-akhir ini selain corona sendiri. Karuan saja pranata hidup menjadi kacau, karena banyak yang tidak menyangka heboh virus ini sedemikian dahsyat. Terutama membebani kejiwaan kita, tapi banyak juga yang cuek namun tidak sedikit yang paranoid. Dua-duanya tentu saja merugikan diri sendiri
Pasalnya, meskipun ada kemajuan di dunia medis, sayangnya puluhan ribu orang telah terinfeksi virus yang disebut COVID-19 ini dan ribuan orang meninggal dunia. Para dokter dan pakar medis mengeluarkan berbagai himbauan kepada masyarakat untuk melindungi diri dari infeksi virus Corona. Namun realitanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) ala Anies Baswedan, nampaknya tidak berjalan mulus atau bahkan bisa disebut gagal saat diimplementasikan untuk mencegah penyebaran virus corona.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, sebagai seorang Spiritual Therapist di Rumah Sehat Al-Hikmah, saya ingin berbagi Ilmu dan Pengalaman dalam bidang Sufi Healing selama 25 tahun. Alhamdulillah para Guru Mursyid kita, Allahyarham Shaik Inyiak Cubadak, Haji. Permana Sasrarogawa dan Doctor Bagindo Muchtar banyak memberikan bimbingan dalam hal PROBLEM SOLVING dan TEKNIK PENYEMBUHAN SUFI (SUFI HEALING). Beliau-beliau itu telah Menafsirkan Islam – sebagai Way of Life yang paling sempurna – memiliki ajaran dan panduan penting untuk meningkatkan Kualitas Hidup, Mengatasi Masalah, Mencegah dan Mengobati penyakit Lahir batin. Maka, tidak diragukan lagi, panduan kesehatan dan spiritual ini, Insya Allah sangat bermanfaat untuk melawan jenis virus baru dan berbahaya, COVID-19.
Tidak ada agama dan aliran kepercayaan yang memperhatikan masalah kesehatan manusia melebihi agama Islam. Rasulullah SAW bersabda, "Ada dua nikmat yang dilalaikan oleh manusia yaitu kesehatan dan masa muda."
Sebagaimana kita ketahui, Sains modern menganalisis masalah di tingkat fisik dan/atau psikologis/intelektual. Metode analisis ini memiliki banyak keterbatasan. Sains modern tidak mengetahui bahwa setiap masalah sebenarnya memiliki 3 komponen penyebab – fisik, psikologis (termasuk intelektual), dan spiritual.
Alhamdulillah, Hikmah adanya corona memberikan peringatan kita untuk kembali hidup normal sesuai dengan Protokol Kesehatan Islam, sekaligus sebagai Solusi Mencegah COVID-19. Protokol Kesehatan Islam mendidik kita untuk Hidup Normal. Sementara itu, Konsep “sehat”, menurut World Health Organization (WHO) adalah “keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan/cacat”.
Dalam definisi ini, sehat bukan sekedar terbebas dari penyakit atau cacat. Orang yang tidak berpenyakit pun tentunya belum tentu dikatakan sehat. Dia semestinya dalam keadaan yang sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial. Jadi, pengertian sehat yang dikemukan oleh WHO ini merupakan suatu keadaan ideal, dari sisi biologis, psikologis, dan sosial sehingga seseorang dapat melakukan aktifitas secara optimal.
Sedangkan Hidup normal, menurut Protokol Kesehatan Islam adalah suatu keseimbangan (Equiblibrium) antara batin dan lahir, aktivitas lahir perlu di tata ulang walau tidak harus secara drastis memenjarakan diri sendiri, kehidupan batin juga perlu di renungkan kembali karena justru sekarang saatnya kita belajar menikmati kebahagian melalui jalan batin yang bebas dari materi.
Jika ternyata sekarang kita malah banyak khawatir (walau berdo'a telah kita tingkatkan frekuensinya), hal itu menunjukkan ada yang tidak pas dengan spiritual kita. Jadi, perlu ditata ulang dalam I’tikaf Ramadhan Anda. (az).