Jakarta, - Spiritualitas, Religius dan Nasionalis adalah Tiga Serangkai Kekuatan Politik, Ekonomi dan Budaya Nusantara. Karena itulah, Sriwijaya, Majapahit dan Kerajaan/Kesultanan Islam seperti Malaka, Aceh, Pagaruyung Minangkabau, Demak dan Jepara bisa maju dan berkembang kebudayaan dan peradabannya di masa kejayaannya masing-masing. Jadi, sesungguhnya DNA untuk sukses, Maju dan Berkembang itu sudah ada dalam Diri rakyat Indonesia. Persoalannya, maukah Rakyat Indonesia dan Para Pemimpinnya Menggali Potensi Diri secara Berkelanjutan, Mengamalkan Nilai-nilai Religius dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta membangun rasa Nasionalisme yang kokoh⁉🤦
Demikian diungkapkan oleh Direktur Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) President, Masrul Chaniago, S.Sos dalam Diskusi Virtual bertajuk "Tantangan bagi partai politik, khususnya partai politik baru, semakin tidak ringan pada Pemilu 2024" yang diselenggarakan Dewan Perancang Partai Nusantara Bersatu secara online. "KARUT-MARUT situasi politik di tanah air saat ini ditengarai karena masih banyak politisi yang tidak menjalankan politiknya dengan etika. Mental para politisi yang cenderung mengutamakan kepentingan pribadi dan kelompok serta memaksakan kehendak seperti yang terjadi pasca Pemilu serentak 2019 menunjukan bahwa elit politik kita belum memiliki spiritualitas dalam berpolitik," tambahnya.
Karena itulah, Masrul Chaniago menyarankan agar Dewan Perancang Partai Nusantara Bersatu dalam merumuskan Platform Politiknya dapat menghubungkan kembali Politik, Bisnis dan Agama dengan Spiritualitas. Ditegaskannya, semua upaya politik, seperti pembuatan kebijakan dan pendidikan politik masyarakat, akan percuma, jika tidak ada spiritualitas di dalamnya. "Ini seperti membangun gedung tinggi dengan fondasi yang amat lemah. Ia akan runtuh, ketika goncangan terjadi," ujar Masrul Chaniago yang juga adalah Direktur Utama PT. Servindo Gardatama itu.
Seiring dengan itu, Ketua Dewan Syura Majelis Dakwah Al-Hikmah (MDA), Kyai Ageng Khalifahtullah Malikaz Zaman menjelaskan, Spiritualitas adalah sebuah sudut pandang yang melahirkan cara hidup tertentu, dimana kebutuhan tubuh dilihat hanya sebagai satu bagian dari keseluruhan hidup itu sendiri. "Pendek kata, hidup itu lebih luas dari sekedar makan, pergi jalan-jalan, tampil sok religius di depan umum, membeli pakaian bagus, rumah bagus dan kendaraan mewah. Jika ini tak dipahami, orang akan terjebak pada hidup yang sia-sia dan penuh derita," tegas Kyai Ageng.
Dipaparkannya, Spiritualitas juga menyibak fakta dengan jati diri asali manusia. Tubuh akan tumbuh, sakit, menua dan kemudian mati. Namun, ada sesuatu yang abadi di dalam diri manusia. Ia tak pernah diciptakan, dan tak akan pernah hancur. "Sesuatu itu adalah energi semesta, atau energi kehidupan (Nuril Hayat), yang melahirkan segala sesuatu. Dalam arti ini, manusia adalah satu dan sama dengan seluruh alam semesta," paparnya.
Sementara itu, Sekretaris Dewan Perancang Partai Nusantara Bersatu, Khairul Hikmatullah Zamri, SH, mengingatkan, kalau kita cermati fakta sekarang, yang muncul ke permukaan dalam politik Indonesia hari ini adalah agama (Religius). "Padahal bukan hanya agama semata yang penting dalam politik untuk membuat politik di Tanah Air kita baik dan bermartabat tetapi spiritualitas yang menyangkut dimensi terdalam diri manusia yang menjadi sumber nilai dan etika bagi kehidupan, bahkan untuk menyucikan agama dan politik itu sendiri," kata Khairul Zamri.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, kata Khairul Zamri, Dewan Perancang Partai Nusantara Bersatu sedang menyusun Platform Politiknya berbasiskan Spiritualitas, Religius dan Nasionalis. "Disadari atau tidak, nasionalisme kita lemah. Para pengamat menilai rasa cinta tanah air di kalangan masyarakat luas hingga pemimpin bangsa sudah menurun. Sebabnya karena aspek kebudayaan bangsa Indonesia lemah."Titik nasionalisme sekarang sudah dalam taraf membahayakan," ujar Khairul Zamri.
Sekretaris Dewan Perancang Partai Nusantara Bersatu, menyatakan menurunnya nasionalisme ini tak lepas dari peran Pemerintah yang tidak bisa berperan kuat dalam membentuk politik kebudayaan . Menurutnya beberapa negara punya politik kebudayaan dan peran negara yang kuat seperti Prancis, Jepang, Korea Selatan dan Cina. "Mereka berhasil karena punya politik kebudayaan yang kuat," ujarnya.
Khairul Zamri menjelaskan, Dewan Perancang Partai Nusantara Bersatu sedang meramu formula dan konsep baru untuk membangkitkan nasionalisme tersebut disesuaikan dengan kondisi global sekarang ini. Menurut dia investasi dan kebijakan pemerintah jangan sampai mengganggu kepentingan nasionalisme. "Apapun itu harus mempunyai manfaat sosial yang besar bagi rakyat," ujarnya
Menurut dia semangat nasionalisme penting. Pasalnya, reformasi yang diharapkan bisa membangkitkan rasa nasionalisme juga belum bisa menghasilkan sesuatu yang riil. "Tidak hanya konsolidasi demokrasi, kebebasan politik tetapi tingkat kesejahteraan yang cukup, dan menciptakan lapangan kerja yang cukup pula," ujarnya.
Dalam upaya meningkatkan Semangat Nasionalisme itu Khairul Zamri mengungkapkan pentingnya menggali Nilai-nilai budaya Nusantara dan berbagai Kearifan Lokal bangsa Indonesia. Karena itulah pemimpin bangsa harus memperkuat politik kebudayaan.
"Untuk membuat Indonesia lebih baik dibutuhkan pemimpin yang memiliki jiwa nasionalis. Seperti para pejuang yang mengobarkan jiwa nasionalismenya untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sang Nasionalis Pro Terhadap yang Lemah, bukan sekadar pandai mengumbar janji saat kampanye. Maka, Sang nasionalis adalah mereka yang tampil di institusi eksekutif maupun legislatif dan pro terhadap penciptaan lapangan kerja," pungkas Sekretaris Dewan Perancang Partai Nusantara Bersatu itu. (az).